News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

ISI Jogja dan Bunditpatanasilpa Institute of Fine Arts Thailand Teken MoU dan Gelar Pameran Bersama

ISI Jogja dan Bunditpatanasilpa Institute of Fine Arts Thailand Teken MoU dan Gelar Pameran Bersama

WARTAJOGJA.ID : Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan penyelenggaraan pameran bersama digelar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Bunditpatanasilpa Institute of Fine Arts, Thailand di Gedung Rektorat ISI Yogyakarta, Jumat (25/4).

Kedua pihak berharap momentum ini bisa menjadi fondasi awal yang kuat bagi kolaborasi yang lebih luas dan berkelanjutan serta memperkaya khazanah seni dan budaya di kawasan Asia Tenggara.

Langkah strategis ini juga menandai komitmen kedua institusi seni terkemuka di Asia Tenggara untuk memperkuat kolaborasi lintas bidang, mulai dari pendidikan hingga pertukaran budaya.

Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Hum., bersama perwakilan dari Bunditpatanasilpa Institute—Nakornsrithammarat College of Fine Art—yakni Wanitchaya Nualanong beserta jajaran, hadir dalam seremoni penandatanganan tersebut. 

Kerja sama ini membuka peluang luas bagi pertukaran dosen dan mahasiswa, pelaksanaan proyek riset bersama, hingga penyelenggaraan pameran seni kolaboratif. 

Diharapkan, sinergi ini akan menciptakan ekosistem pendidikan seni yang lebih dinamis serta terhubung dengan jejaring global.

Dr. Irwandi menyampaikan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini.

“Kami sangat gembira dapat mempererat hubungan dengan Bunditpatanasilpa Institute. Pertukaran ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik dan artistik mahasiswa serta dosen kami, tetapi juga memperkuat pemahaman lintas budaya di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dr. Irwandi mengungkapkan bahwa para direktur dari College of Fine Art di Thailand turut hadir di Yogyakarta sambil membawa sejumlah karya seni yang akan dihibahkan kepada ISI Yogyakarta. 

Sebagai bagian dari inisiasi kerja sama ini, pameran bersama yang menampilkan karya dosen dan mahasiswa dari kedua institusi akan segera digelar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta.

“Ke depannya, kami akan saling mengundang dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh masing-masing institusi. Bahkan, dalam waktu dekat—tepatnya bulan Juli—beberapa dosen kami dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam sebuah acara internasional di sana,” imbuh Dr. Irwandi.

Pandangan senada disampaikan oleh perwakilan Bunditpatanasilpa Institute. Wanitchaya Nualanong menyoroti kedekatan budaya antara Indonesia dan Thailand sebagai landasan kuat kolaborasi ini.

“Sebagai sesama negara ASEAN, kita memiliki banyak kesamaan akar budaya. Namun, perbedaan yang ada justru menjadi daya tarik dan dapat memperkaya perspektif seni kita masing-masing,” ujarnya.

Ia juga menyinggung status Thailand sebagai negara yang tidak pernah dijajah, yang menurutnya memberikan warna tersendiri dalam perkembangan budaya dibandingkan Indonesia.

Kerja sama ini bukan kali pertama antara ISI Yogyakarta dan institusi seni di Thailand. Sebelumnya, dosen ISI Yogyakarta, Lutse Lambert Daniel Morin, telah menjalin komunikasi yang membuka jalan bagi terwujudnya MoU ini.

“Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari hubungan baik yang telah terjalin sebelumnya,” ungkapnya.

Mereka mengenang berbagai kegiatan seperti lokakarya dan program pertukaran yang telah dilakukan sebelumnya, termasuk kunjungan dosen ISI Yogyakarta ke Nakornsrithammarat College of Fine Art.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Dekan III Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Lutse Lambert Daniel Morin, menjelaskan lebih lanjut mengenai pameran yang menjadi bagian awal dari kerja sama ini. Pameran tersebut menampilkan 11 karya dari seniman Thailand dan 63 karya dari ISI Yogyakarta, mencakup berbagai medium seperti seni dua dimensi, tiga dimensi, hingga karya virtual. Pameran ini akan berlangsung hingga 9 Mei 2025 dan merupakan hasil kolaborasi dengan Bunditpatanasilpa Institute serta beberapa perguruan tinggi lainnya di Thailand.

Lutse menyoroti daya tarik utama dari pameran ini, yakni pertukaran budaya yang mendalam antara Indonesia dan Thailand.

“Melalui pameran ini, mahasiswa, dosen, dan seluruh sivitas akademika dapat saling bertukar pengetahuan dan apresiasi terhadap seni tradisional kedua negara. Kami berharap ini dapat menjadi jembatan untuk membawa seni Nusantara ke panggung internasional,” jelasnya.

Ia juga menemukan kesamaan dalam beberapa aspek kesenian tradisional Indonesia—seperti wayang dan seni tradisi Yogyakarta lainnya—dengan seni Thailand.

“Meskipun terdapat perbedaan dalam gaya dan perwujudannya, akar tradisi yang mendasari karya-karya seni kita memiliki kemiripan yang menarik,” pungkasnya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment