News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Peneliti FTI UII Yogyakarta Ungkap Pengaruh Aspek Sosio-Teknis Praktik 5S Terhadap Keberlanjutan UKM Manufaktur

Peneliti FTI UII Yogyakarta Ungkap Pengaruh Aspek Sosio-Teknis Praktik 5S Terhadap Keberlanjutan UKM Manufaktur


WARTAJOGJA.ID : Dosen sekaligus peneliti dari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mengungkap korelasi aspek sosio-teknis praktik 5S terhadap keberlanjutan UKM manufaktur.

Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII Yogyakarta Dr Imam Djati Widodo mengungkapkan peningkatan kinerja keberlanjutan (sustainability performance) menjadi salah satu parameter penting dalam memperkuat daya saing UKM di sektor manufaktur, khususnya di Pulau Jawa.

Parameter ini menunjukkan adanya upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara capaian kinerja keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial. 
 
Dalam kerangka pencapaian tujuan ini, banyak UKM yang mulai mengadopsi praktik 5S sebagai sebuah pendekatan yang telah terbukti efektif dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas kerja. 

Namun demikian, dalam tinjauan kajian empiris, peranan faktor sosial seperti komitmen pimpinan, keterlibatan karyawan, dukungan pelatihan, sikap, dan budaya kerja masih menjadi tantangan dalam penerapan praktik 5S secara berkesinambungan. 
 
"Tantangan tersebut dapat dilihat dalam bentuk resistensi sosial dalam lingkungan kerja akibat minimnya internalisasi nilai, sinergitas dan totalitas dukungan dari para pimpinan, karyawan serta pemangku kepentingan lainnya," kata Imam Djati Widodo, Selasa (11/3/2025).
 
Secara konseptual, praktik 5S cenderung dipahami sebagai pendekatan langkah prosedur yang lebih bersifat teknis operasional. 

Ketidakseimbangan antara sudut pandang aspek sosial dan teknis tersebut merupakan salah satu kesenjangan penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang merepresentasikan  hambatan untuk kesinambungan praktik 5S dalam jangka waktu panjang. 
 
Disamping itu, berdasarkan kajian lapangan pada UKM manufaktur didapati fakta bahwa praktik 5S seringkali diabaikan ketika karyawan di seluruh lini departemen kerja mengalami peningkatan beban kerja dan kompleksitas tugas. Fenomena ini mengindikasikan bahwa praktik 5S belum menjadi prioritas sebagai dasar proses perbaikan operasi manufaktur secara berkelanjutan. 
 
Temuan tersebut juga menjadi gap penelitian dimana secara teknis seharusnya praktik 5S dapat berintegrasi dengan sistem manajemen standar seperti manajemen mutu (ISO 9001), manajemen lingkungan (ISO 14001), manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (ISO 18001), dan berbagai platform sistem manajemen lainnya. 
 
Oleh karena itu, peneliti membangun hipotesis dalam bentuk model konseptual 5S yang mengintegrasikan antara aspek sosial dan teknis dalam praktik 5S sebagai upaya peningkatan kinerja keberlanjutan melalui mekanisme koordinasi relasional diantara para pemangku kepentingan yang terdiri dari pimpinan, karyawan, pemasok dan pelanggan. 
 
Sementara Dosen Jurusan Teknik Industri FTI UII, Nashrullah Setiawan, Ph.D menambahkan, konsep mediasi koordinasi relasional menitikberatkan pentingnya intensitas komunikasi dan kualitas hubungan diantara para pemangku kepentingan. 

Pengembangan model tersebut didasari oleh pemikiran teoritik yang komprehensif meliputi Socio-technical System Theory, Change Management Theory, Lean Management, Performance Measurement and Management, dan Relational Coordination Theory.  
 
"Validitas hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh aspek sosial praktik 5S memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan," ujarnya. 
 
Di sisi lain, aspek teknis tidak memiliki pengaruh langsung secara signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan. Namun demikian, melalui peranan mediasi koordinasi relasional dengan berbagai pemangku kepentingan, integrasi kedua aspek baik sosial dan teknis dalam praktik 5S memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan.

Hal ini menjadi kesimpulan bahwa mekanisme sosial seperti koordinasi relasional merupakan variabel mediasi yang sangat penting dalam menjaga kesinambungan praktik 5S agar berkontribusi terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan pada UKM manufaktur khususnya di Pulau Jawa Indonesia. 
 
Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai strategis dari model konseptual praktik 5S yang telah dicapai, perlu dilakukan pengembangan penelitian ke depan melalui berbagai pendekatan yang berbeda baik dari sisi metodologi penelitian yang lebih bersifat kualitatif longitudinal maupun ruang lingkup pengujian industri dalam skala geografis yang lebih luas dari sektor manufaktur dan jasa.


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment

banner