Cerita Budidaya Kaktus Hias Kulon Progo Melesat Hingga Layani Pembeli Seluruh Indonesia
WARTAJOGJA.ID : Bisnis budidaya memang tak ada matinya.
Apalagi jika menyangkut hobi dan memiliki pasar potensial, maka yang dibutuhkan hanyalah ketekunan dan cara merangkul pasarnya.
Seperti Pasangan suami istri, Joko Setiyono (34) dan Siti Dini Arsih (34) yang berhasil menangkap peluang besar dari bisnis budidaya kaktus, sansevieria, sukulen dan tanaman tropis lainnya.
Merintis usaha di Kulon Progo mulai tahun 2017, keduanya kini memiliki pelanggan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Joko dan Dini menamai usahanya Arid Zona. Atau zona tanaman kering.
Memulai usahanya dari menyewa lahan kebun untuk budidaya, saat ini mereka bisa memiliki kebun sendiri di dua lokasi di Tayuban dan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kulon Progo. Omzet tertinggi terjadi saat pandemi berlagsung di tahun 2020-2021.
"Saat itu pernah dapat Rp80 juta sebulan," kata Dini kepada sejumlah media yang mengikuti touring di Kulon Progo, Sabtu (8/2/2025).
Saat pandemi berlangsung, lanjut Dini, banyak orang yang tertarik mengoleksi kaktus, sansevieria, aloe vera dan sukulen lainnya, untuk mengisi kegiatan selama masa pembatasan aktivitas.
Pembeli tidak hanya dari Pulau Jawa seperti Jakarta dan Surabaya, namun datang dari Medan, Kalimantan hingga Papua yang tetap menjadi pelanggan loyal Arid Zona.
Meski pandemi telah berakhir, namun pecinta kaktus tidak surut. Hobiisnya justru semakin banyak. Bahkan di antaranya tertarik menjadi reseller.
Meski omzetnya tidak bisa menyamai momentum Covid, Arid Zona tetap bisa meraup minimal Rp30 juta setiap bulannya dari penjualan seribuan pot tanaman tropis tersebut.
Menurut Dini, mayoritas pembelinya berbasis online. Transaksi dilakukan lewat pesan percakapan, dan pengirimannya melalui jasa ekspedisi. Pembeli memiliki dua opsi pengiriman.
Dikirim utuh, yakni tanaman beserta pot yang terdapat tanahnya. Atau, dikirim kering tanpa menyertakan potnya, sehingga tanaman kaktus dan lainnya hanya dibungkus menggunakan tisu atau kertas lalu dipaking menggunakan kardus.
"Pembeli lama kebanyakan minta dibongkar potnya, karena sudah bisa merawatnya. Kalau pembeli yang baru suka kaktus, bisanya minta dikirim sama potnya," ujar Dini.
"Kami punya pelanggan yang minta dikirim sansevieria sama potnya ke Papua Tengah. Harga tanamannya Rp350 ribu, ongkirnya bisa Rp120 ribu, tapi tetap dibayar, karena ya beliaunya memang hobiis," sambungnya.
Semua Orang Bisa Budidaya Kaktus
Beda dengan istrinya yang mengurusi administrasi, Joko Setiyono berkutat dengan budidaya kaktus dan sukulen lainnya.
Minatnya terhadap kaktus terjadi saat ia membantu temannya membuat warung kopi di Malang pada tahun 2017. Warung itu didekor dengan kaktus sebagai pemanisnya. Maka mereka berburu kaktus di beberapa wilayah.
"Setelah saat itu, kami jadi suka kaktus. Kebetulan teman saya tidak bisa budidaya, saya yang bisa. Dan mulai berpikir untuk memulai bisnis kaktus," ujarnya.
Tahun yang sama, Joko memutuskan kulakan kaktus dan menjualnya lagi, namun belum berani budidaya.
Setahun berikutnya, ia mulai budidaya secara otodidak, dan belajar dari komunitas di media sosial. Tahun 2019, ia mulai menyewa kebun di Kulon Progo, dan mulai menemukan arah bisnis dan pemasarannya. Puncaknya, pandemi justru membawa berkah. Kini, ia memiliki dua kebun kaktus yang harus diurus.
"Modal awal itu, saya beli 400 indukan dari Thailand, beberapa lainnya dari lokalan, pemain lama yang tidak lagi merawat tanamannya. Kita beli ramai-ramai dari Yogyakarta, satu tanaman ukuran 4 cm sekitar Rp150 ribu, kalau di Indonesia harga bisa sampai Rp350-Rp400 ribu," ujarnya.
Di kebunnya tersebut, Joko menyemai, menyilangkan, dan merawat tanaman tropis tersebut dibantu lima pekerja harian. Joko juga aktif membuat konten edukasi di kanal Youtube. Di platform berbasis video tersebut, juga menjadi etalase tokonya. Medium ini menjadi satu-satunya pemasaran yang dianggapnya efektif.
"Sebulan bikin sekitar tiga konten video. Selain jualan, juga edukasi. Bagaimana merawat kaktus dan sansevieria, dan tips-tips lain yang bisa dipraktikkan di rumah," ujar Joko.
Menurutnya, kaktus dan tanaman tropis lainnya memiliki perawatan yang sangat mudah. Penyiraman bisa dilakukan dua pekan sekali, sampai pot benar-benar basah.
Atau jika saat kemarau, penyiraman bisa dilakukan lima hari sekali. Kaktus juga bisa diberi kompos daun, dan pupuk lainnya untuk merangsang pertumbuhan. Maklum siklus hidup kaktus sangat lama. Umur lima tahun, ukurannya hanya sekitar 3-4 cm.
"Semua bisa merawat kaktus, bahkan menyilangkannya denagan jenis lain. Kemarin ada anak kelas 6 SD sudah bisa melakukannya," imbuhnya.
Kaktus memang bisnis jangka panjang. Budidayanya membutuhkan kesabaran. Namun kaktus yang sekali berbunga bisa menghasilkan 500-700 biji. Biji-biji ini lantas disemai hingga tumbuh, lalu dipindahkan ke dalam pot-pot terpisah saat berusia sekitar 1 tahun.
Mereka dipindah lagi saat berusia 2 tahun. Tiap tahapan siklus ini sebenarnya bisa dibisniskan. Biji kaktus juga bisa dijual, apalagi yang sudah tumbuh dalam sungkupnya.
"Budidaya kaktus ini memang sangat lama. Makanya yang jenis ijo-ijo, kita jual paketan Rp50 ribu bisa dapat 35-50 pot, buat muter harian. Jenis yang bagis seperti varigata atau varigata sriata, kita pilah lagi karena harganya lebih mahal, dan kelas kontes," ujar Joko yang masih memiliki kaktus yang dirawatnya sejak 2008. Kaktus ini pernah menjadi juara tiga dalam ajang kontes kaktus dan sukulen nasional.
Layanan Sat Set
Bagi Arid Zona, layanan ekspedisi yang mumpuni dapat membantu kelancaran bisnis tanaman hiasnya. Sejak tahun 2020, Arid Zona sudah mempercayakan kepada JNE untuk membantu layanan pengiriman.
Sebagian besar kaktusnya dikirim lewat JNE. Apalagi untuk wilayah Pulau Jawa.
Sebagai pelanggan loyal, Arid Zona juga berhak menadapatkan fasilitas sebagai member JNE Loyalti Card (JLC). Dengan JLC tersebut, Arid Zona mendapatkan fasilitas penjemputan paket dari kurir JNE.
"Kami juga mendapatkan layanan pick up, namun seringnya paking itu selesai sore, jadi kami antar sendiri ke JNE Wates pada malam harinya," ujar Dini.
Selain mendapat diskon khusus, Arid Zona juga pernah mendapat benefit lain dari JLC, seperti voucher belanja.
Menurutnya, pelayanan JNE sat set dan konsisten. Meski Arid Zona memberikan garansi pribadi kepada pelanggan, paket yang dikirim selalu diterima pelanggan dengan baik, sehingga garansi tersebut tidak pernah terpakai.
Mengantarkan Kebaikan JNE
Touring sepeda motor yang diikuti 10 awak media dari Forum Jurnalis Jogja (FJ2) dan Forum Wartawan Komunikasi dan Bisnis (Forwakobis) tersebut dilepas Marketing Communication & Partnership Regional Jateng-DIY-JTBNN JNE Express, Widiana dengan start dari Kantor JNE Yogyakarta, Sorogenen No. 196 Nitikan Umbulharjo Yogyakarta, Sabtu (8/2/2025) siang.
Widiana mengucapkan terima kasih kepada jurnalis yang mengantarkan kebaikan JNE dengan berbagi takjil di Kulon Progo. Hal ini sejalan dengan proses bisnis JNE yang selalu menerapkan prinsip Berbagi, Memberi dan Menyantuni dan semangat ‘Connecting Happiness’ yang diteladani dari pendiri JNE Alm. H. Suprapto Soeparno.
Makna dari prinsip tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan banyak orang.
Rombongan touring yang menyusuri Jalan Srandakan menuju Kulon Progo, singgah di Arid Zona, sebelum akhirnya menuju ke Panti Asuhan Muhammadiyah Wates untuk memberikan takjil kebaikan dari JNE.
Donasi ini diterima pengasuh panti asuhan, Heru Nurdani yang turut disaksikan perwakilan JNE Wates, Ika. Takjil tersebut diharapkan bisa menjadi sajian buka puasa atau menu pendamping tadarusan bagi 55 anak Panti Asuhan Muhammadiyah Wates.
Post a Comment