News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Tim ITB Mengajak Siswa SD Mengenal Lingkungan Sekolah Lebih Baik Melalui Permainan Edukatif Partisipatoris

Tim ITB Mengajak Siswa SD Mengenal Lingkungan Sekolah Lebih Baik Melalui Permainan Edukatif Partisipatoris

WARTAJOGJA.ID – Dalam semangat pengabdian masyarakat dan pendidikan inklusif, Tim dari dosen Prodi Desain Interior ITB; Kukuh Rizki Satriaji, S.Ds., MT., Yogie Candra Bhumi, M.Ds., Hatif Adiar Almantara, M.Ds., dan Eliihadi Alfin, M.Ds, termasuk mahasiswanya; Muhammad Luqman dan Muhamad Akmal Mushtofa bersama mitra kolaborasinya menyelenggarakan kegiatan unik di SD Filial Semokan Ruak, Lombok Utara. Melalui berbagai permainan edukatif partisipatoris, siswa diajak untuk lebih mengenal lingkungan sekolah mereka sambil belajar dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Kondisi lingkungan sekolah yang terbatas tidak menyurutkan semangat siswa dan guru untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program PM Bottom Up DRPM ITB 2024, yang didukung penuh oleh kolaborasi beberapa institusi, termasuk ISI Yogyakarta (dosen Desain Produk; Nandang Septian, M.Ds.), Karasa Bandung (Andi Abdul Qodir dan Arum Kartikaninqbudi), dan Eco Ethno Center. Tidak hanya melibatkan tim ahli, kegiatan ini juga menggandeng guru serta warga setempat yang dengan sukarela membantu menyediakan konsumsi dan ikut memasak bersama, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat.

Kegiatan Interaktif yang Menginspirasi
Selama satu hari penuh, para siswa diajak mengikuti serangkaian aktivitas edukatif yang dirancang untuk merangsang kreativitas, memperkuat interaksi sosial, dan menanamkan rasa cinta terhadap sekolah, lingkungan, dan budaya lokal. Berikut adalah beberapa kegiatan menarik yang berlangsung:
1. Mendongeng (storytelling) dan Kreasi Seni
Sesi mendongeng menjadi pembuka yang penuh imajinasi. Para siswa mendengarkan cerita mengenai kehidupan hewan buatan tim Tutur Kami, yang dilanjutkan dengan berkreasi menempelkan stiker karakter ke dalam cerita yang mereka bayangkan. Aktivitas ini diakhiri dengan sesi menggambar, di mana mereka bebas menuangkan imajinasi berdasarkan cerita tersebut.

 
Siswa-siswi sedang mengkreasikan stiker sambil menggambar (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
2. Eksplorasi Ruang Kelas Impian SIswa
Dalam aktivitas ini, siswa diminta untuk memilih letak kursi di kelas yang paling mereka sukai dan membayangkan kelas seperti apa yang ideal bagi mereka. Siswa diberikan lembar aktivitas yang dapat mereka isi dan gambar sesuai keinginan. Ruang kelas tidak lagi memiliki batasan sesuai kondisi saat ini namun penuh dengan ide-ide khas anak-anak yang dapat membantu mereka untuk menjadi lebih semangat belajar. Kegiatan ini tidak hanya menggugah kreativitas siswa, tetapi juga membantu guru memahami pandangan siswa terhadap ruang belajar mereka.
 
Siswa-siswi sedang mengerjakan lembar aktivitas yaitu memilih posisi duduk sesuai preferensi masing-masing (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
3. Berburu Harta di sekolah (Treasure Hunt)
Sesi aktivitas di luar kelas salah satunya adalah permainan mencari harta karun yang tersembunyi di sekitar lingkungan sekolah. Kegiatan ini dipandu oleh Karasa Bandung, para siswa diajak menjelajahi lingkungan sekolah bersama dengan para mentor. Aktivitas ini dirancang untuk mengenalkan mereka pada setiap sudut sekolah sekaligus menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan belajar.
 
  
Kegiatan treasure hunt yang dipimpin oleh Karasa Bandung (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
4. Simulasi Kesenian Tradisional Peresean
Siswa laki-laki mendapatkan kesempatan untuk belajar, berlatih dan bertanding seni tradisional peresean, salah satu warisan budaya khas Lombok. Selain melatih fisik, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal.

5. Belajar Memasak Kue Tradisional Abuk
Siswa perempuan diajak mempelajari pembuatan kue tradisional abuk khas Lombok. Selain mengenalkan budaya kuliner lokal, kegiatan ini juga melatih keterampilan praktis dan kebersamaan.

Dampak Positif yang Terlihat Langsung
Melalui pendekatan kreatif ini, antusiasme siswa untuk belajar meningkat secara signifikan dengan banyaknya pertanyaan selama keikutsertaan mereka pada setiap aktivitas yang diberikan. Mereka terlihat lebih aktif, ceria, berani, dan bersemangat mengikuti setiap kegiatan. Sekolah memang harus dapat memberikan metode pembelajaran yang menyenangkan yang mampu menciptakan pengalaman bermakna yang membekas dalam ingatan anak-anak. Para guru yang terlibat pun dapat menduplikasi atau bahkan mengembangkan aktivitas interaktif ini kedepannya.
 
Siswa-siswi berfoto dengan alat belajar kreatif (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
Membangun Hubungan di Daerah Pelosok
 
Siswa-siswi bersama dosen ITB (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
Komitmen Tim ITB untuk menjangkau daerah pelosok tidak hanya diwujudkan melalui kegiatan edukatif, tetapi juga dengan membangun hubungan yang lebih dalam dengan komunitas lokal. Pendekatan ini memberikan kesempatan bagi siswa dan masyarakat untuk merasa lebih dihargai dan didengar. Dalam kegiatan ini, guru dan warga setempat tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi mitra aktif yang turut berperan dalam menyukseskan program.
 
Tim Eco Ethno Center sedang menikmati kudapan ringan bersama siswa-siswi (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
Keterlibatan warga lokal dalam menyediakan konsumsi dan memasak bersama menjadi contoh nyata dari sinergi antara tim pelaksana dan komunitas. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga memberikan peluang pertukaran pengalaman dan pembelajaran antara tim pelaksana dan masyarakat. Guru, sebagai ujung tombak pendidikan, juga mendapatkan inspirasi baru tentang metode pembelajaran kreatif yang dapat diterapkan di kelas.
Selain itu, siswa diperkenalkan dengan nilai-nilai kearifan lokal melalui kegiatan seperti seni peresean dan memasak kue tradisional. Interaksi ini memperkuat ikatan mereka dengan budaya lokal sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas mereka. Inisiatif seperti ini menjadi jembatan yang menghubungkan dunia akademis dengan kebutuhan dan potensi lokal.
 
Foto bersama Tim ITB, ISI Yogyakarta, Karasa Bandung, Tutur Kami dan Eco Ethno Center bersama siswa-siswi di depan gedung sekolah SD Filial Semokan Ruak, Lombok Utara (sumber: Dokumentasi Tim, 2024)
Kegiatan di SD Filial Semokan Ruak ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pendidikan, seni, dan budaya dapat bersinergi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Harapannya, inisiatif seperti ini dapat terus berkembang dan menginspirasi berbagai pihak untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan, terutama di daerah terpencil.
Mari Terus Berkarya untuk Pendidikan yang Lebih Baik!

Penulis : Kukuh Rizki Satriaji, Nandang Septian, dan tim
Lokasi : SD Filial Semokan Ruak, Bayan, KLU, NTB

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment