News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Penyebab Jogja Planning Gallery di Malioboro Tak Dibangun Tahun Ini Meski Semua PKL Sudah Direlokasi

Penyebab Jogja Planning Gallery di Malioboro Tak Dibangun Tahun Ini Meski Semua PKL Sudah Direlokasi


WARTAJOGJA.ID : Relokasi ribuan pedagang kaki lima atau PKL Teras Malioboro 2 di kawasan Malioboro Yogyakarta yang diwarnai pro kontra dan aksi penolakan sudah rampung sejak pertengahan Januari 2025 lalu.

Rencananya, lahan Teras Malioboro 2 yang lokasi berada di ujung utara Jalan Malioboro atau diapit kantor DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Hotel Inna Garuda itu akan dibangun Jogja Planning Gallery oleh Pemerintah DIY.

Jogja Planning Gallery atau JPG yang digadang sebagai ikon wisata edukasi baru di Malioboro ini semacam museum modern. Yang nanti isinya menggambarkan wajah penataan Yogyakarta di masa lalu, saat ini, dan masa depan.

Meski semua PKL telah direlokasi ke tempat baru di Kampung Beskalan dan Ketandan, namun Pemerintah DIY menyatakan jika pembangunan JPG iti belum akan dimulai tahun 2025 ini.

Alasannya, JPG itu berada di Jalan Malioboro yang merupakan kawasan Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh lembaga dunia UNESCO. Sehingga butuh syarat lain untuk mendirikan bangunan baru.

“Semua pembangunan yang ada di kawasan Sumbu Filosofi harus ada HIA (Heritage Impact Assessment)," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUESDM) DIY Anna Rina Herbranti, Selasa 21 Januari 2025.

Kajian HIA atau analisis dampak pusaka merupakan kajian untuk menilai dampak pembangunan pada nilai-nilai penting suatu kawasan. Kajian ini untuk memastikan bahwa pembangunan yang akan dilakukan tidak merusak nilai-nilai penting kawasan tersebut. 

Anna membeberkan, pada tahun 2025 ini, Pemda DIY akan mengejar pemenuhan syarat kajian HIA ini agar bisa selesai. Langkah ini dilakukan setelah tahun 2024 lalu perumusan konten atau isi JPG sudah rampung.

“Jadi kajian HIA ini yang kami lakukan dulu pada tahun 2025 ini, setelah itu baru disusun DED (Detail Engineering Design) untuk interior bangunan JPG,” ungkap Anna.

Namun tak hanya kajian HIA yang ditunggu selesai untuk memulai pembangunan JPG. Selain kajian itu, untuk membangun JPG juga akan menunggu pemindahan gedung DPRD DIY yang ada di sisi selatannya ke lokasi baru. 

Sebab, kata Anna, kawasan bangunan JPG nantinya akan berdiri di atas tanah bekas Teras Malioboro 2 dan lahan yang saat ini masih digunakan sebagai kantor DPRD DIY.

“Kami juga akan mencocokkan waktu pembangunan JPG dengan pemindahan kantor DPRD DIY," kata dia.

Anna mengungkap, dari hasil pembahasan dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, diharapkan pembangunan JPG bisa lebih cepat.

Terkait rencana bangunan JPG, Anna mengatakan akan menyesuaikan dengan hasil sayembara desain bangunan JPG yang telah digelar tahun 2022 lalu. 

Hasil karya tiga pemenang sayembara itu nantinya akan diharmonisasikan dan diwujudkan pada fasad JPG.

Adapun Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono mengatakan, bangunan JPG nantinya tidak hanya sekedar menceritakan tentang Yogyakarta dari masa ke masa. Melainkan juga hal hal yang mewarnai perjalanannya. 

"Termasuk cerita alur kehidupan yang mengiringi perjalanan manusia, sejak lahir sampai harapan ke depannya ini, juga akan menguatkan falsafah Yogyakarta yakni Hamamayu Hayuning Bawono," kata dia.

Keberadaan JPG itu, kata Beny, diproyeksikan menjadi sumber informasi baru bagi masyarakat baik dalam negeri maupun mancanegara dalam memahami konsepsi Hamamayu Hayuning Bawono yang sebenarnya.

Beny menegaskan, tahapan pembangunan JPG akan terus berjalan. Kemungkinan besar juga akan dilakukan reposisi rencana kegiatan pembangunan lain agar tidak ada penundaan prosesnya.

"Yang bisa dilakukan dulu akan langsung dilakukan, jangan sampai Teras Malioboro 2 sudah dipindah, tetapi di lokasi asalnya tidak ada kegiatan selama bertahun-tahun,” kata dia.

Adapun Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, nama JPG sendiri sampai saat ini masih dalam pertimbangan. Namun apapun branding-nya ke depan, ia berharap JPG tidak hanya menjadi pusat kunjungan masyarakat, tapi juga menjadi pusat pembelajaran.

“JPG nanti berisi konten representasi transformasi dari masa lalu, menuju masa kini dan masa depan, dimulai dari era Sri Sultan Hamengku Buwono I," kata dia.

Dian memastikan, isi dari JPG akan berbeda dengan diorama arsip di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD), Museum Sonobudoyo, atau pun materi pameran di Benteng Vredeburg.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment