News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Yogyakarta Kian Padat Wisata, Seperti Apa Kualitas Udaranya?

Yogyakarta Kian Padat Wisata, Seperti Apa Kualitas Udaranya?

WARTAJOGJA.ID: Sebagai Kota Wisata, Yogyakarta nyaris tak pernah sepi kunjungan wisatawan setiap harinya.

Terutama di pusat perkotaan. Rombongan bus pariwisata berbagai daerah baik pelajar sekolah, instansi pemerintah dan swasta tak pernah absen memadati jalanan menuju pusat destinasi hingga oleh oleh. 

Mulai arah menuji seputaran Malioboro, Taman Pintar, Tugu, Kebun Binatang Gembira Loka, hingga Keraton Yogyakarta.

Lantas, bagaimana situasi terkini kualitas udara perkotaan di Yogyakarta yang notabene tak memiliki kawasan hutan alam sebagai paru paru bumi seperti yang dimiliki kabupaten sekitarnya? 

Kepala Seksi Pengawasan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Intan Dewani  mengatakan pencemaran udara yang terjadi di wilayah perkotaan Yogyakarta saat ini belum terlalu parah dengan padatanya mobilitas kendaraan itu.

"Dari indikator ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) saat ini Kota Yogyakarta kualitas udaranya masuk kategori baik-sedang, angkanya masih di bawah 100, sekitar 50-an," kata Intan di sela menggelar uji emisi di Kota Yogyakarta Senin 11 November 2024. 

Dengan indeks kualitas udara itu, Intan mengklaim kualitas udara di Kota Yogyakarta masih layak dan aman untuk menunjang aktivitas publik di luar ruangan.

Sumbangan polusi karbon lebih dipicu dari jumlah kendaraan yang lalu lalang. Terlebih tak ada pabrik-pabrik atau industri besar beroperasi di Kota Yogyakarta.

Hanya saja, ujar Intan, kondisi jalanan Kota Yogyakarta yang belakangan semakin kerap diwarnai kemacetan, terutama saat masa libur panjang, berpotensi memperburuk kualitas udaranya.

Pemerintah Kota Yogyakarta belakangan gencar menggelar pemeriksaan ambang batas uji emisi kendaraan bermotor. Terutama menyasar kendaraan yang usianya cukup tua dan kurang terawat. Sebab usia kendaraan seringkali berpengaruh pada potensi polusi yang dikeluarkan. 

Misalnya mobil yang tahun pembuatannya di bawah 2010 kadar CO karbon monoksida maksimal 4,5 persen dengan HC atau hidrokarbon 6.000 ppm.

Intan menuturkan, perlu ada gerakan menjaga kualitas udara itu dengan peran partisipasi masyarakat. Salah satunya melalui penggunaan moda tranaportasi kendaraan bermotor.

"Kalau emisi kendaraan bermotor itu tidak memenuhi standar, perlu kesadaran melakukan perawatan,"

"Kami mendorong untuk perjalanan-perjalanan yang relatif dekat, lebih baik pakai kendaraan tanpa bahan bakar seperti sepeda atau jalan kaki," ungkapnya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment