KAFEGAMA DIY & FEB UGM Gelar Seminar Soroti Bursa Karbon & Pengendalian Emisi
WARTAJOGJA.ID : Keluarga
Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA DIY)
bekerja sama dengan Pengurus Pusat KAFEGAMA dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
(FEB) UGM menyelenggarakan Seminar Nasional Ekonomi Hijau di Kampus FEB UGM
(Jumat, 08/11/24). Topik seminar tersebut adalah "Bursa Karbon sebagai
Instrumen Pengendalian Emisi: Strategi dan Implementasi".
“Bursa karbon
hadir sebagai salah satu instrumen penting dalam pengendalian emisi,
menyediakan kerangka yang memungkinkan perdagangan emisi berbasis kuota,
sehingga dapat menciptakan efisiensi ekonomi dalam pengurangan emisi” jelas
Junaidi selaku Ketua Panitia Semnas Ekonomi Hijau. “Kami berharap seminar ini dapat
menjadi forum diskusi yang bermanfaat, menggali strategi serta berbagi
pengalaman implementasi yang ada di tingkat nasional maupun global”, harap
Junaidi.
“Tema seminar nasional ini relevan
dengan misi FEB UGM”, jelas Didi Achjari (Dekan FEB UGM) dalam sambutan pembuka. Menurut Didi, salah
satu misi FEB UGM adalah keberlanjutan (sustainability), yang fokusnya
pada kegiatan penelitian dan engagement yang berorientasi pada aspek
keberkelanjutan termasuk di dalamnya poverty alleviation, inequality
reduction, circular economy, green and blue economy, green
accounting, green entrepreneurship, small and medium
enterprise, dan sustainability management.
Selanjutnya Didi menjelaskan bahwa
dalam bisnis juga harus peduli pada lingkungan. “Menjalankan bisnis harus
memperoleh keuntungan, namun wajib memperhatikan isu lingkungan baik dari
kelestarian, keberlanjutan dan ekonomi hijau”, tegas Didi. FEB UGM mengarahkan
sebagian risetnya, termasuk skripsi, thesis dan disertasi, dengan topik
lingkungan dan ekonomi / bisnis hijau. Dengan demikian alumni FEB UGM juga
berwawasan dan peduli kepada isu lingkungan.
“Bursa karbon merupakan
kebutuhan saat ini dan masa depan bagi pelaku ekonomi/bisnis”, tegas Inarno
Djajadi (Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa
Karbon / Anggota Dewan Komisioner OJK). Menurut Inarno, tujuan bursa karbon
untuk mengurangi emisi gas rumah tangga secara global. “Perdagangan karbon
merupakan win-win solution antara kepentingan ekonomi dan lingkungan”,
jelas Inarno dalam keynote speech yang disampaikan semnas tersebut.
Selanjutnya Inarno juga mengingatkan bursa karbon merupakan salah satu cara
untuk mengurangi emisi gas rumah tangga dan juga perlu dukungan ekosistem
terkait.
Dalam sesi seminar dihadirkan tiga
narasumber yaitu I Made BagusTirthayatra (Kepala Departemen Pemeriksaan Khusus,
Pengawasan Keuangan Derivatif, Bursa Karbon, dan Transalsi Efek OJK), Jeffrey
Hendrik (Direktur Pengembangan BEI) dan Ardianto Fitrady (Dosen FEB UGM).
Bertindak selaku modetarator Gumilang A. Sahadewo (Pengurus KAFEGAMA DIY/Dosen
FEB UGM).
Catatan penting yang diperoleh dari
ketiga narasumber antara lain: pertama, Indonesioa telah meratifikasi
Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada tahun 2016. Selanjutnya
Indonesia telah menetapkan target Nationally Determined Contribution
(NDC) sebesar 29% - 41% pada tahun 2030. Target NDC sebesar 31,89% dengan usaha
sendiri dan sampai dengan 43,20% dengan bantuan internasional pada tahun 2030.
Pembentukan bursa karbon juga dalam rangka target NDC.
Kedua, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan pada
tanggal 29 Septeber 2023. Izin usaha Penyelenggara Bursa Karbon telah diberikan
kepada BEI oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan nomor
KEP-77/D.04/2023 pada 18 September 2023 lalu. IDXCarbon sebagai penyelenggara bursa
karbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan
efisien. Selain memberikan transparansi pada harga, perdagangan IDXCarbon juga
memberikan mekanisme transaksi yang mudah dan sederhana. Saat ini, terdapat 4
(empat) mekanisme perdagangan IDXCarbon, yaitu Auction, Regular Trading,
Negotiated Trading, dan Marketplace.
Ketiga, BEI akan terus berupaya
untuk mendorong likuiditas pasar karbon dari sisi demand dan supply
baik pasar domestik maupun internasional sesuai dengan peraturan dan
regulasi pemerintah. Selanjutnya BEI akan senantiasa aktif berkoordinasi dan
bersinergi dengan OJK, Kementerian terkait, dan pelaku pasar untuk
menyempurnakan mekanisme perdagangan karbon, memberikan edukasi berkelanjutan,
menyelaraskan pengembangan investasi Environmental, Social & Governance
(ESG) di pasar modal.
Dalam semnas Ekonomi Hijau
tersebut diserahkan “Bantuan Fasilitas
Pembalajaran Mahasiswa FEB UGM” senilai Rp 150 juta dari KAFEGAMA DIY kepada
FEB UGM. Secara simbolis tersebut diserahkan Bogat AR (Ketua KAFEGAMA DIY)
kepada Didi Achjari (Dekan FEB UGM). Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Askrindo Insurance, Bank BPD DIY, Bank BRI,
Mandiri Inhealth, Wardah, Kimia Farma, Mirae Asset Sekuritas, Kahf, Batik
Khasandy, Bakpia A-Satu, dan Toriyu. “Setiap aktivitas
KAFEGAMA DIY harus tetap dalam kerangka guyub, rukun dan migunani”, jelas Y.
Sri Susilo (Humas KAFEGAMA DIY) dalam rilisnya kepada media.
Yogyakarta,
9 November 2024
Y.
Sri Susilo
Humas
KAFEGAMA DIY
Post a Comment