FSMR ISI Yogyakarta Gelar Seminar Soroti Kreativitas & Keterampilan Seni Era Otomatisasi Perspektif Moral & Etika
WARTAJOGJA.ID: Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar seminar bertajuk Kreativitas & Keterampilan Seni pada Era Otomatisasi: Perspektif Moral & Etika, Senin (4/11/2024).
Acara ini berlangsung pada 4 dan 5 November 2024 dan menjadi platform bagi diskusi mendalam mengenai dampak perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), terhadap dunia seni. Menghadirkan narasumber dari Akademi
Bidang Ilmu Filsafat Universitas Sanata Dharma yaitu Dr. Johanes Haryatmoko, SJ dan Dr. Deddy Setyawan, M.Sn dari Akademisi Bidang Ilmu Film & Televisi, FSMR ISI Yogyakarta.
Ketua Pelaksana Seminar, Heri Nugroho, mengungkapkan bahwa tema seminar dipilih karena pentingnya memahami bagaimana otomatisasi dan teknologi modern memengaruhi proses penciptaan karya seni.
"Kami ingin menggali isu-isu moral dan etika yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi ini, serta bagaimana seniman dapat beradaptasi dan berkolaborasi dengan AI," ujarnya.
Proses berkarya seni, seperti yang dijelaskan oleh Heri, tidaklah sederhana. Seorang seniman harus melalui berbagai tahapan penguasaan teknis dan pengembangan gagasan sebelum menghasilkan sebuah karya.
Namun, dengan kehadiran AI, banyak proses yang sebelumnya memakan waktu lama kini dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
Heri Nugroho menyampaikan bahwa tema tersebut dipilih dikarenakan di era digital yang semakin maju ini, kita disuguhkan dengan berbagai kemajuan teknologi yang membuka jalan bagi ekspresi kreatif dalam bentuk yang baru. Kemunculan kecerdasan buatan menjadi salah satu tanda masuknya era otomatisasi. Dalam bidang seni, kecerdasan buatan telah memperluas peluang kolaborasi antara manusia dengan teknologi. Dalam berkarya seni, kecerdasan buatan menyingkat sebuah proses panjang menjadi sangat singkat untuk menghasilkan sebuah ciptaan baru. Seni media rekam menjadi salah satu bidang seni yang sangat dekat dengan tekhnologi, sehingga dalam era otomatisasi ini seni media rekam dengan tekhnologi tentu banyak memiliki hubungan saling mempengaruhi terhadap prosesnya dalam penciptaan karya seni.
Di satu sisi keberadaan teknologi kecerdasan buatan sebagai alat bantu sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan olch para seniman dalam kemudahan menciptakan karya seni, namun di sisi lain adanya tekhnologi ini menimbulkan keresahan dan kegelisahan dari para pelaku ni, ada ketakutan kecerdasan buatan ini akan menggantikan peran senin menciptakan karya Seni Media Rekam 2024.
Menjadi seorang pencipta karya seni yang handal pastilah banyak proses yang dilampaui berkaitan dengan pengasshan keterampilan/penguasaan teknis, kematangan mental, dan wawasan/gagasan. Untuk membuat sebuah karya seni lukis misalnya, seorang pelukis harus melalui proses yang panjang, dari mengolah keterampilan tangan melalui latihan-latihan dasar seperti sketsa, menggambar bentuk, dan berlatih teknik arsir, dan seterusnya hingga pada akhimya mampu menuangkan cat pada kanvas untuk menjadi sebuah karya seni lukis yang secara mutlak dan original merupakan karya miliknya yang dia kerjakan sendiri dengan sentuhan langsung tanpa intervensi dari pihak lain. Kemunculan Artificial Intelligence (Al) menjadi salah satu tanda masuknya cra otomatisasi. Dalam bidang seni, AI telah memperluas peluang kolaborasi antara manusia dengan teknologi. Dalam berkarya seni, AI menyingkat sebuah proses panjang menjadi sangat singkat untuk menghasilkan sebuah ciptaan baru. Seni media rekam menjadi salah satu bidang seni yang sangat dekat dengan teknologi, schingga dalam era otomatisasi ini seni media rekam dengan teknologi tentu banyak memiliki hubungan saling mempengaruhi terhadap prosesnya dalam penciptaan karya seni.
Di satu sisi keberadaan teknologi kecerdasan buatan seperti AI sebagai alat bantu sangat menguntungkan untuk nanfaatkan oleh para seniman dalam kemudahan menciptakan karya seni, nama in adanya teknologi ini menimbulkan keresahan dan kegelisahan dari para pada ketakutan kecerdasan buatan ini akan menggantikan peran seniman dalam m karya.
Menjadi sebuah pertanyaan baru ketika berbicara mengenai hakikat karya seni dan senimannya, bahwa karya seni yang orisinil berhubungan secara langsung atas kemampuan teknis, estetis, gagasan dan pengalaman spiritual dari senimannya yang berkaitan mutlak terhadap cipta dan rasa pada diri manusia/senimannya terhadap proses yang dilakukan dalam penciptaan karya tersebut.
Penggunaan AI sebagai alat pencipta karya seni tidak it menimbulkan kontroversi berkaitan dengan orisinalitas dan kepemilik Sejauh apa Al bisa memerankan fungsinya sekadar sebagai alat pencipta karya, tidak masuk pada wilayah privat seniman atas karyanya?
Dekan Fakultas Seni Media Rekam, Dr. Edial Rusli, menekankan bahwa seminar ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi juga merupakan langkah penting untuk mendorong penelitian baru dan kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan institusi lain.
"Kami berharap seminar ini dapat melahirkan peneliti-peneliti baru yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang seni media rekam," jelasnya.
Acara ini menghadirkan narasumber dari berbagai institusi pendidikan, termasuk Dr. Johanes Haryatmoko, SJ dari Universitas Sanata Dharma dan Dr. Deddy Setyawan, M.Sn dari bidang Ilmu Film & Televisi.
Dengan format luring dan daring, seminar ini dihadiri oleh banyak peserta dari berbagai universitas, menciptakan suasana interaktif yang meriah.
Heri Nugroho berharap seminar ini akan memicu diskusi lebih lanjut mengenai tanggung jawab seniman dalam menggunakan teknologi.
"Kami ingin para seniman tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pemikir kritis yang mampu mempertahankan nilai-nilai moral dan etika dalam berkarya," ungkapnya.
Heri menegaskan harapan agar seminar ini tidak hanya memberikan wawasan, tetapi juga menghasilkan ide-ide inovatif yang dapat diterapkan dalam praktik seni sehari-hari.
"Kami ingin memastikan bahwa hasil seminar ini bermanfaat bagi semua peserta dan memberikan dampak positif bagi pengembangan seni di Indonesia," tutupnya.
Seminar Seni Media Rekam 2024 tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga sebuah momentum bagi seniman dan akademisi untuk berkolaborasi, berinovasi, dan merayakan kreativitas di tengah kemajuan teknologi.
Adapun pemakalah dari luar lingkungan ISI Yogyakarta yang turut meramaikan seminar ini terdiri dari Institut Teknologi dan Bisnis Asia Malang, Universitas Negeri Makassar, Universitas Dinamika Surabaya.
Lalu Institut Seni Indonesia Surakarta, Universitas Gadjah Mada, UPN Veteran Jawa Timur, Institut Teknologi dan Bisnis PalComTech dan Universitas Putra Indonesia "YPTK" Padang.
Dengan rangkaian acara yang beragam, seminar ini diharapkan dapat memperkuat komitmen dalam pengembangan seni dan budaya di Indonesia.
Post a Comment