Mahasiswa UII Yogyakarta Ciptakan Vision Guard, Inovasi Cegah Risiko Miopia dan Hypermetropia
WARTAJOGJA.ID : Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta berhasil menciptakan inovasi baru berupa alat yang dapat memantau sekaligus mencegah risiko miopia dan hipermetropia.
Alat bernama Vision Guard ini digarap
lima mahasiswa UII Yogyakarta lintas prodi yaitu Eka Maryani Saputri dari prodi kedokteran, Fakultas Kedokteran UII, Muhammad Nur Zaki dari prodi Teknik Kimia, Bagas Wahyu Herdiansyah dari prodi Informatika, Andi Nurulyunisa Permata Sari Pettalolo dari prodi Teknik Industri, dan Nabiilah Atha Fakhirah dari prodi Teknik Industri dan Fakultas Teknologi Industri.
Para mahasiswa mendapat bimbingan dari dosen Ir. Muchamad Sugarindra, S.T, M.T,I., IPM melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).
"Vision Guard merupakan alat yang terintegrasi dengan Internet of Things berbasis Website yang dapat memantau faktor risiko rabun jauh (miopia) dan rabun dekat (hipermetropia)," kata Ir. Muchamad Sugarindra, S.T, M.T,I., IPM – Dosen Pembimbing | Dosen Jurisan Teknik Industri FTI UII dalam siaran pers Jumat (5/7).
Sugarindra menuturkan Smart Glasses ini dirancang dengan beberapa modul sebagai penunjang yang memiliki fungsi utama untuk memantau faktor risiko dan mencegah terjadinya keparahan miopia dan hipermetropia terbanyak melalui intensitas cahaya, kedipan mata, jarak pengguna dengan layar digital, dan durasi pengguna.
Anggota tim Eka Maryani Saputri dari Prodi kedokteran, Fakultas Kedokteran UII, Angkatan 2021 menjelaskan pemantauan faktor risiko miopia dan hipermetropia ini bertujuan agar pengguna dapat mengatur intensitas cahaya yang baik
"Ketika sedang menggunakan layar digital, jumlah kediapan mata yang ideal selama menggunakan layar digital, mengatur jarak yang sesuai antara pengguna dengan layar digital, dan durasi yang tepat untuk pengguna menggunakan layar digital," kata Eka.
Eka menjelaskan mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan kelainan refraksi sangat membatasi fungsi tersebut.
Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus.
"Ada tiga kelainan refraksi, yaitu: miopia, hipermetropia, astigmatisme, atau campuran kelainan-kelainan tersebut," kata Eka.
Anggota tim lain Nabiilah Atha Fakhirah - Prodi Teknik Industri , Angkatan 2022 mengatakan miopia dan hiperopia adalah kelainan refraksi yang dapat memengaruhi penglihatan. Ada beberapa faktor risiko yang terkait dengan perkembangan kondisi ini. Salah satu faktor risiko miopia adalah genetik.
Jika salah satu atau kedua orang tua menderita miopia, kemungkinan besar anak mereka juga akan mengalaminya. Menghabiskan lebih sedikit waktu di luar ruangan dan lebih banyak menggunakan layar juga dapat meningkatkan risiko miopia, terutama pada anak usia sekolah (Hobbs, 2022). Di sisi lain, hyperopia lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda, terutama yang berusia 6 hingga 35 bulan.
Anggota tim lainnya, Muhammad Nur Zaki - Prodi Teknik Kimia, mengatakan
Vision Guard ciptaan mereka ini akan terhubung dengan aplikasi website berbasis Internet of Things yang bermanfaat untuk memantau keadaan pengguna.
"Sehingga bisa mencegah terjadinya keparahan miopia dan hipermetropia," kata Zaki.
Adapun anggota tim Bagas Wahyu Herdiansyah dari Prodi Informatika menjelaskan Vision Guard memiliki keunggulan yaitu portable, serta dapat mengolah data pemakaian smartphone, laptop, atau komputer/PC secara lebih efisien dan akurat.
"Produk tersebut bersifat fleksibel sehingga tidak mudah patah karena terbuat dari bahan ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) yang sudah terbukti aman dan medical grade," urainya.
Andi Nurulyunisa Permata Sari Pettalolo dari Prodi Teknik Industri, , Angkatan 2022 membeberkan, hadirnya kacamata pintar ini membuat masyarakat dapat menghemat pengeluaran mereka.
"Karena jadi tidak perlu sering membeli kacamata baru untuk mengganti yang rusak. Oleh karena itu, produk kacamata pintar ini sangat direkomendasikan bagi masyarakat yang sering menggunakan gadget elektronik dalam kegiatan sehari-harinya," kata Nurulyunisa.
Post a Comment