SM Resmikan Bisnis Peternakan, Ratusan Ekor Sapi Ludes Bokingan
WARTAJOGJA.ID - Baru-baru ini, Suara Muhammadiyah (SM) memiliki inovasi berkemajuan. Yakni meluncurkan bisnis barunya yang bergerak di sektor peternakan. Bisnis ini dinamakan SM Farm. Bisnis yang resmi diluncurkan pada Kamis (2/5) di Sendon, Tirtoadi, Cebongan, Sleman, DIY tersebut mendapat sambutan sangat positif dari warga masyarakat. Buktinya saja, setelah diresmikan, sebanyak 178 ekor sapi langsung terjual.
Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari, MA., Dt Marajo mengungkapkan pergerakan bisnis yang dilakukan oleh SM di abad kedua, selain daripada di sektor ekonomi dan pariwisata, pada saat bersamaan juga mulai merambah ke bisnis peternakan. Deni membongkar alasan SM melakukan hal tersebut.
Pertama, pemenuhan kebutuhan hewan dan pangan. Menurut Deni kebutuhan hewan kurban setiap tahun di Indonesia ada sekitar 2,7 juta pertahun. Seperti segmen hewan kurban kategori sapi, setidaknya ada sekitar 800 ribu ekor yang dibutuhkan oleh warga masyarakat. Semua itu, bagi Deni terdapat kans besar untuk bisa dimanfaatkan seluas-luasnya.
"Maka, menimbang jumlah yang sangat banyak, ini merupakan peluang besar bagi SM agar bisa menjadi bagian distributor ataupun menjadi bagian dari peternakan. Kami berinisiatif tidak ada salahnya BulogMu yang memang menjadi bisnis di sektor pangan, kita mencoba bergerak di sektor peternakan untuk kebutuhan Idul Kurban," ujarnya.
Deni menyebut saat ini, tengah dipersiapkan sebanyak 500 ekor hewan sapi yang didatangkan langsung dari Bali. Tetapi, Deni menargetkan ada 1000 ekor hewan sapi. Semua itu, sebut Deni, akan dikelola secara profesional dan mandiri sebagai reaktualisasi pilar dari bagian dakwah menggerakkan denyut nadi ekonomi di akar rumput.
"Untuk tahap awal, SM menyiapkan 500 ekor sapi. Tentu kita berharap, dari ranting, cabang, menjadi mediator, fasilitator, untuk bagaimana usaha peternakan ini bisa dimanfaatkan oleh warga kita sendiri dan masjid-masjid kita sendiri," ujarnya.
Deni mengutarakan, profit dari bisnis peternakan ini sisanya akan didermakan kepada Lazismu Bali. "Insyaallah sebagai komitmen SM, setiap transaksi ini, uangnya selain masuk ke PP Muhammadiyah, juga kita akan sisihkan kepada Lazismu Muhammadiyah. Insyaallah lebih berkah. Sesuai dengan tagline SM Farm yaitu "Berkah dan Memberkahi," sebutnya.
Kedua, adanya potensi yang sangat besar. Deni memetakan di DIY ada 1000 masjid dan musala. Kendati demikian, tidak sepenuhnya dimiliki oleh masjid Muhammadiyah. Tetapi Deni meyakini bahwa ada 100 masjid dan musala yang dimiliki oleh Muhamadiyah. Di sinilah kacamata tajam Deni meneropong lebih jauh bahwa ada potensi yang bisa diperoleh dengan pengembangan bisnis peternakan ini.
"Kami melihat bagaimana masjid dan musala yang dikelola Muhammadiyah lebih dari 100, jika pesanannya lebih dari 5 ekor sapi, maka kalkulasi kami penjualan sapi yang dikelola Muhammadiyah akan diraih keuntungan dengan jumlah yang sangat besar. Maka, tidak ada kekuatan lain selain SM Farm menjadi kerja-kerja kolaboratif kita baik di level, ranting, cabang, daerah, maupun takmir masjid untuk mendistribusikan ternak kita ini untuk kepentingan ibadah kurban ke depan," ungkapnya.
Ketiga, mengelola peternakan sebagai medium investasi. SM bukan saja hadir dalam mengelola peternakan secara komprehensif, tetapi lebih jauh lagi, hendak menjadi fasilitator dalam investasi. Bisnis ini, tegas Deni, tidak bersifat monopoli, tetapi bersifat jejaring dengan melibatkan segenap warga Persyarikatan untuk bersama-sama mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut.
"Bagi warga Persyarikatan, baik ranting, cabang, daerah, masjid yang ingin berinvestasi dalam pengelolaan dan pengembangan peternakan, bisa berkorespondensi dengan SM. Bapak-ibu bisa bergabung bersama kami untuk kami kembangkan dan kelola dalam bisnis peternakan, baik sapi maupun kambing," jelasnya.
Deni menyebut pengejawantahan bisnis baru abad kedua ini merupakan representasi dari close loop economy. Yaitu perputaran ekonomi bergelintar hanya berada di dalam ruang lingkup internal. Artinya tidak jatuh kepada pihak lain yang bisa memberikan profit dalam jangka panjang.
"Inilah yang dilakukan oleh gerbong-gerbong para kapital di negara ini. Bagaimana putaran uang itu dari mereka ke mereka. Dan SM berinsiatif untuk belajar agar konsep close loop economy ini bisa kita wujudkan bagaimana putaran ekonomi berputar di tangan-tangan Muhammadiyah saja," jelasnya.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan PCM, PCA, dan Lazismu di wilayah Gamping, jajaran direksi SM, dan beberapa tamu undangan lainnya. (*)
Post a Comment