Transformasi Museum Benteng Vredeburg: Optimalisasi Warisan Sejarah dan Ruang Publik yang Inklusif
Yogyakarta,
27 April 2024 - Indonesian Heritage Agency (IHA)
dengan bangga mengumumkan bahwa Museum Benteng Vredeburg, salah satu unit
museum prioritas di bawah naungannya, sejak dilakukan penutupan operasional per
4 Maret 2024 lalu sedang menjalani proses transformasi yang menyeluruh. Museum
ini tidak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia
tetapi juga destinasi wisata yang ikonik di jantung kota Yogyakarta.
Plt.
Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra menjelaskan, “Sebagai bagian dari komitmen kami untuk
mengoptimalkan standar pelayanan dan pengelolaan museum yang profesional,
Museum Benteng Vredeburg sedang melalui sejumlah proyek revitalisasi yang
bertujuan memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung.
Dengan mengedepankan konsep reimajinasi museum, IHA berkomitmen untuk mengubah
persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang
dinamis guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum itu
sendiri.”
IHA mengadopsi pendekatan
revolusioner, menekankan konsep reimajinasi untuk mengubah persepsi dan fungsi
tradisional museum & situs cagar budaya. Dengan strategi yang mencakup reprogramming, redesigning, dan
reinvigorating, inisiatif ini tidak hanya memprioritaskan peran museum
dalam masyarakat tapi juga meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan
budaya, melalui penelitian, program pendidikan, dan pengalaman yang lebih
interaktif dan menarik.
Proyek revitalisasi Museum Benteng
Vredeburg yang dilakukan antara lain adalah perbaikan kerusakan serta
pemeliharaan bangunan yang mencakup perbaikan jalur dalam, termasuk
sarana dan prasarana publik seperti toilet, mushola dan pembenahan lingkungan
dalam. Pembenahan signage untuk
memudahkan pengunjung menemukan kebutuhannya. Kemudian Pembenahan Ruang Diorama
1, 2, 3, dan 4 juga dilakukan. Pembenahan lanskap dan area lingkungan Museum
Benteng Vredeburg antara lain area lahan parkir, jalur plaza pintu masuk sisi
barat, area ticketing, area edupark,
area pagar jagang, pembuatan Taman Patriot serta pembenahan area Bastion.
Penanggung
Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo menjelaskan, “Proses transformasi museum ini bukan hanya
untuk perbaikan fisik, namun kami juga mengupayakan untuk memperkuat peran
museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif dan menarik, yang
mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia serta kesadaran
akan pentingnya pelestarian sejarah.”
Museum Benteng Vredeburg juga akan
mengoptimalkan area museum yang memiliki luas sekitar 46.574 meter persegi ini
juga akan mengoptimalkan fungsinya sebagai ruang publik komunal, guna menjawab
kebutuhan publik akan edukasi dan rekreasi sekaligus mengakomodasi aktivitas
publik dengan membangun coworking space,
coffee shop,ruang anak dan merchandise
shop.
“Proyek revitalisasi sedang kami
maksimalkan dan saat ini berjalan sesuai rencana dimana akan rampung dan dibuka
kembali untuk publik pada awal bulan Juni 2024. Salah satu program baru yang
akan diluncurkan nantinya pada saat Museum Benteng Vredeburg beroperasi kembali
adalah program ‘Wisata Malam Vredeburg” serta instalasi video mapping, sound lighting, dan water fountain di area museum – yang pertama kali akan diluncurkan
pada saat peresmian IHA dilaksanakan pada bulan mendatang di museum ini.”,
lanjut Rosyid Ridlo.
Proses revitalisasi Museum Benteng
Vredeburg dilakukan secara transparan, melibatkan berbagai pihak terkait dan
memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat.Museum Benteng Vredeburg
bukan hanya sekadar tempat menyimpan 7.000 benda peninggalan bersejarah bangsa
Indonesia, tetapi juga sebuah institusi yang berperan dalam pelestarian sejarah
dan identitas nasional.
"Dengan menggali lebih dalam
makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap
keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional. Kami percaya bahwa
melalui partisipasi publik, kita dapat menciptakan museum yang lebih inklusif
dan relevan bagi masyarakat modern," tutup Ahmad Mahendra.
Post a Comment