Ngobrol Ramadhan ISEI Yogya : Sambut Ekonomi Lebaran di DIY
WARTAJOGJA.ID: ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Cabang Yogyakarta bekerjasama dengan GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) DIY, PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) DIY dan YSS Production menyelenggarakan “Ngobrol Ramadhan” (Ngobran) edisi #04 di Roemi Kotabaru, Yogyakarta (Minggu, 07/04/24). Acara yang dilanjutkan buka puasa bersama (bukber) tersebut dihadiri oleh perwakilan 25 pengurus dan anggota ISEI Cabang Yogyakarta.
Ngobran dengan topik “Sambut Ekonomi Lebaran di DIY”
menghadirkan narasumber Didi Achjari (Ketua ISEI Cabang Yogyakarta), Bobby
Ardiyanto SA (Ketua GIPI DIY/Pelaku Industri Pariwisata DIY), Arif Effendi
(Pengurus PHRI DIY/Pengusaha Hotel), Wawan Harmawan (Wakil ketua KADIN
DIY/Pengusaha Kuliner), Anggito Abimanyu (Pengurus Pusat ISEI/Dosen DEB UGM),
Ahmad Ma’ruf (Dosen FEB UMY) dan Y. Sri Susilo (Dosen FBE UAJY/Sekretaris ISEI
Cabang Yogyakarta. Selaku moderator Ronny Sugiantoro (Humas ISEI Cabang
Yogyakarta).
“Lebaran selalu dikaitkan dengan arus orang dan uang dari
Ibu Kota dan kota-kota besar ke daerah”, jelas Didi Achjari (ISEI Cabang
Yogyakarta). Menurut Didi, mobilitas temporer tersebut membawa sisi negatif dan
positif. Sisi negatifnya adalah kemacetan berpindah
juga ke daerah. Jalan-jalan di kota dan kabupaten di DIY dipenuhi kendaraaan
dari berplat nomor luar kota. Mereka mungkin harus mengalah untuk tidak keluar
rumah kalau tidak ada urusan penting.
“Sisi positif dari mudik adalah perputaran uang di DIY
meningkat tajam”, tegas Didi. Hal
ini terjadi karena pemudik membelanjakan uangnya untuk naik andong dan becak,
menyewa kendaraan, megninap di hotel, wisata kuliner, dan membeli oleh-oleh dan
cinderamata untuk dibawa pulang ke kota asal. Perputaran uang yang besar di
saat lebaran di daerah ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang
lebih merata. Para pelaku usaha lokal dan UMKM diharapkan ikut menikmati
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya menjadi penonton kemeriahan dan kemacetan
jalan.
“Dalam
konteks DIY dan daerah lain pada umumnya, lebaran menjadi momentum unt profit
taking bagi pelaku ekonomi lokal”, tegas Zhmad Ma’ruf (FEB UMY). Menurut Ma’ruf,
hampir semua sektor mendapat peluang pasar sehingga berpotensi mendapat manfaat
ekonomi dari rangkaian lebaran sejak romadhon hingga arus balik. Meskipun
menstimulus inflasi, namun secara umum konsumsi yang meningkat tajam sepanjang
romadhon dan lebaran menjadikan nilai plus bagi ekonomi lokal. Sektor paling
diuntungkan antara lain sektor perdagangan, jasa transportasi, makanan n
minuman, jasa akomodasi, industri pariwisata. Sisi lain, sektor yang menurun
dalam jangka pendek adalah jasa pendidikan.
Selanjjtnya
Ma’ruf menjelaskan, tradisi mudik lebaran juga mendinamisir ekonomi perdesaan.
Selain berkontribusi pada aspek indeks kebahagiaan juga ada penambahan uang
beredar, termasuk remiten dari pekerja migran, termasuk terdistribusinya dana
zakat. Hal tersebut meskipun bersifat musiman akan meningkatkan daya beli
konsumsi warga sehingga secara langsung akan menurunkan kemiskinan
“Karena
Jogja Istimewa, sebaiknya wisatawan yg akan berkunjung diwaktu lebaran jauh
hari sebelumnya sudah pesan kamar hotel atau penginapan”, Arif Effendi (PHRI
DIY). Menurut Arif, kalau mendadak
khawatirnya tidak mendapatkan kamar, baik untuk kamar hotel berbintang, non
bintang dan homestay. “Kami berharap para pemudik dan wisatawan yang data ke
DIY jangan sampai nanti tidur dijalan seperti klejadian beberapa tahun yang
lalu”, harap Arif. Seluruh anggota PHRI DIY, tentunya akan memberikan layanan yang
terbaik bagi tamu datang. Terakhir kami juga berharap, okupansi kamar secara
umum rata-rata di atas 80% pada saat lebaran nanti.
Sejak
awal Ramadhan tamu warung makan dan restoran sudah meningkat khususnya pada
saat acara buka bersama (bukber)”, jelas Wawan Harmawan (KADIN DIY). Menurut
Wawan, pada saat dan sesudah Lebaran, aktvitas warung makan/restoran meningkat
hampir sepanjang hari (makan pagi, siang dan malam). Sepanjang bulan Syawal, kami biasanya juga dapat pesanan untuk kegiatan
Halal bi Halal (Syawalan). Ramadhan, Lebaran & Syawal merupakan momentum
rezeki bagi pengusaha kuliner. “Tantangan bagi kami adalah tetap
memberikan pelayanan yang optimal bagi pelanggan, baik dari menu, harga dan
fasilitas lain’, ungkap Wawan Harmawan yang juga Penasehat ISEI Cabang
Yogyakarta.
“Harapannnya tidak ada penduduk DIY yang kelaparan,
kekurangan bahan pangan dan sandang, serta semuanya bahagia”, harap Anggito
Abimanyu (Pengurus Pusat ISEI). Dalam
momentum lebaran ini, mereka yang memiliki kelebihan wajib memberikan zakat
fitrah dan mereka yang kekurangan mempeoleh zakat fitrah. Zakat fitrah
diutamakan dalam bentuk beras, yang hari ini mahal dipasaran, dan syukur lebih
dari setara 2,5 kg atau 3,5 liter atau Rp. 48 ribu per penduduk mampu. Di samping
itu karena keutaamaan bulan puasa, diharapkan umat Islam dapat membayarkan
zakat mal dan penghasilan di bulan ini. “Saudara-saudara beragama lain juga
turut memberikan bantuan bagi yang membutuhkan melalui salurannya masing-masing”,
harap Anggito yang juga dosen DEB UGM.
“Untuk
menyambut bulan Ramadhan & Lebaran 2024, Kantor Perwakilan BI DIY telah
menyiapkan jumlah uang kartal sebesar Rp 5,5 triliun”, ungkap Y. Sri Susilo
(FBE UAJY). Jumlah tersebut terdiri dari penarikan bank (outflow) dari
BI sebesar Rp 4,5 triliun dan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) sebesar
Rp 1 triliun. Jumlah tsb juga meningkat sebesar 5,8% (yoy) dibandingkan tahun
lalu.
“Peningkatan
jumlah uang beredar identik dengan peningkatan aktivitas ekonomi baik
dari sisi produksi dan konsumsi di DIY”, jelas Susilo. Menurut Susilo, Selama
Lebaran (sebelum dan sesudah) produsen barang dan jasa akan mengalami
peningkatan penjualan karena belanja konsumen melonjak. Produsen dan
penjual diharapkan tetap menjaga kualitas produk dan layanannya, di sisi lain
konsumen harus tetap bijak dalam berbelanja.
Di
wilayah DIY, kegiatan Pariwisata akan melonjak meskipun aktivitas
Pendidikan Tinggi akan menurun (libur Lebaran & mahasiswa mudik). Secara
keseluruhan kenaikan akvitas Pariwisata dan turunannya masih lebih besar dari
penurunan aktivitas pendidikan tinggi. Dampak negatif dari ekonomi Lebaran
sangat di mungkin terjadi inflasi. “Dapat diperkirakan inflasi bulan April 2024
pasti lebih tinggi dari inflasi Maret 2024”, tegas Susilo.
Acara Ngobran
diselenggarakan setiap minggu selama bulan Ramadhan dengan topik, narasumber
dan tempat yang berbeda. Acara Ngobran selama ini berkolbaorasi dengan pemangku
kepentingan yaitu Kantor Perwakilan BI DIY, OJK DIY, DiskopUKM DIY, Bappeda
DIY, KADIN DIY, Bank BPD DIY, GIPI DIY, PHRI DIY dan YSS Production selaku EO (Event
Organizer). “Setelah acara NGoibran dilanjutkan dengan buka puasa Bersama
dan pembagian cindera mata”, jelas Susilo dalam rilisnya kepada media.
Post a Comment