Sukseskan Green Economy Village, PLN EPI Lanjutkan Tanam Pohon Biomassa di Gunungkidul
WARTAJOGJA.ID : PLN Energi Primer Indonesia (EPI) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaksanakan program Green Economy Village di Kalurahan Karangasem dan Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul Jumat (22/3).
Dalam program itu, PLN Energi Primer Indonesia memanfaatkan lahan seluas 60 hektar tanah sultan (Sultan Ground) untuk menanam pohon bahan baku Biomassa seperti Gamal, Gmelina, dan Indigofera.
Jumlah pohon bahan baku Biomassa yang sudah ditanam sebanyak 50 ribu pada tahap pertama tahun 2023.
Dan, 50 ribu pohon lagi ditanam pada tahap kedua pada tahun ini.
"Program Green Economy Village ini tujuannya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sosial, maupun pemerintahan," kata Direktur Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia, Antonius Aris Sudjatmiko.
Aris yang dalam kesempatan itu didampingi Ketua Bebadan Pangreksa Loka Keraton Yogyakarta, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo, Analis Kebijakan Ahli Madya Deputi PLK, Kemenko Marves, Fatma Puspitasari, dan Febriana Triasnani, S. Hut, M. Eng selaku Pengendali Ekosistem Ahli Muda KLHK mengatakan program itu menggunakan konsep sirkular ekonomi lewat penanaman tumbuhan multifungsi.
"Mulai dari tata kelola pakan, pangan, dan konservasi hutan hingga air. Daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak, dan batangnya sebagai bahan baku energi terbarukan biomassa,"paparnya.
Untuk pohon yang ditanam pada tahap pertama sudah bisa diambil daunnya.
"Kami juga menerima 20 ekor kambing di dua kalurahan tadi untuk memelihara kambing Etawa yang diberi pakan dari daun tumbuhan biomassa. Jadi konsepnya memang berkelanjutan," tuturnya.
Ketua Bebadan Pangreksa Loka Keraton Yogyakarta, Raden Mas Atlantik Marrel Suryokusumo mengaku sangat senang dengan dibuatnya program Green Economy Village di Kabupaten Gunungkidul .
Dia menjelaskan, awal bergeraknya program Green Economy Village disebabkan sulitnya petani mencari pakan ternak terlebih saat musim kemarau.
Sehingga, akhirnya muncullah istilah 'sapi makan sapi' sehingga untuk menanganinya diperlukan solusi ketersedian pakan ternak
"Di mana warga kan sedikitnya memiliki 2 atau 3 sapi, begitu kemarau pakan susah akhirnya harus cari ke Sleman dan Klaten. Dan akhirnya, terkadang harus menjual ternaknya untuk memberi pakan ternak lainnya, 'sapi makan sapi' . Hal ini lah yang menjadi awal kami bergerak di sini," paparnya.
Untuk memperluas Green Economy Village, Raden Mas Atlantik Marrel pun mempersilakan warga yang mau memakai tanah keraton untuk keperluan pertanian ataupun perkebunan
"Monggo, banyak tanah keraton yang bisa dipakai secara free untuk masyarakat di pertanian dan perkebunan. Yang akhirnya dapat dimanfaatkan mensejahterakan masyarakat juga,"ucapnya.
Namun di luar itu semua, dia mengatakan, yang paling utama dari program ini yaitu masyarakat bisa menjadi bagian rantai pasokan pertama dalam pasokan energi terbarukan.
"Jadi, manfaat ini tidak hanya dirasakan golongan tertentu, tetapi juga bisa sampai ke masyarakat di desa. Dan, kami senang sekali masyarakat diajari mulai dari buat pupuk sampai dengan pembibitan supaya masyarakat ini ekonominya bisa berputar. Akhirnya, ketahan energi ini, bisa menimbulkan ketahanan ekonomi ini yang kami kejar," ungkapnya.
"Kami sangat berharap adanya dukungan dari pemerintah pusat baik dari kebijakan maupun insentif,"ucapnya.
Post a Comment