FBE UAJY dan Tokopedia Gelar Diskusi Publik 'Membangun Kemampuan Digital UMK Yang Berdaya Saing dan Inklusif di Yogyakarta
WARTAJOGJA.ID : Talk Show Diskusi Publik ''Membangun Kemampuan Digital UMK Yang Berdaya Saing dan Inklusif di Yogyakarta'' digelar di kampus FBE Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Rabu (31/1/2024).
Acara yang digelar FBE Universitas Atma Jaya bekerjasama dengan Tokopedia itu menyoroti sejumlah isu.
Wisnu Hermawan, SP, MT (Kabid Layanan Kewirausahaan KUKM, Dinas Koperasi & UKM DIY) yang menjadi salah satu narasumber mengungkap kemampuan digital UMK salah satunya tergantung dari kemampuan Kewirausahaan UMKM sendiri.
"Dengan kemampuan berwirausaha, pelaku UMKM mempunyai keberanian mengambil secara cepat. Juga berani mengambil resiko, sehingga, mereka juga relarif cepat dalam adaptasi teknologi digital," kata Wisnu.
Wisnu mengatakan di wilayah DIY tingkat Kewirausahaan masyarakat cukup tinggi mencapai 30℅ hanya di bawah DKI Jakarta.
"Dengan tingkat Kewirausahaan yang semakin tinggi dimungkinkan roda perekonomian dapat bergerak lebih cepat," kata dia.
Aditia Grasio Nelwan (Senior Lead Public Affairs Tokopedia) mengatakan Tokopedia mencoba membangkitkan program "Beli Lokal".
"Maksudnya pembeli di Jogja kalo cari barang dari penjual di Jogja (melalui Tokopedia). Fakta saat ini, pembeli di Jogja justru memperoleh produk yang dibutuhkan dari penjual yang tinggal di Jakarta. Tokopedia mencoba fasilitasi UMKM di daerah untuk dapat mengakses penjualan produk melalui TOKOPEDIA," kata Aditia.
Dalam diskusi itu terungkap sebagian besar pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) di Yogyakarta, Badung dan Surabaya belum memanfaatkan teknologi digital.
Gambaran di ketiga kota tersebut juga terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Hal itu terungkap dalam
Penelitian Centre For Startegic and International Studies (CSIS) dan Tokopedia mengenai UMK berlangsung di tiga kota, Yogyakarta, Badung dan Surabaya. Penelitian untuk memetakan kondisi UMK di ketiga kota agar ada langkah-langkah solutif membantu UMK.
''Kami melakukan penelian karena masih rendahnya pelaku UMK yang memanfaatkan platform digital. Tak hanya itu, ketrampilan digital mereka juga kurang sehingga sedikit yang memanfaatkan teknologi digital,'' ungkap peneliti CSIS, Adinova Fauri MSc.
Ia menjelaskan sebagian besar UMK non digital belum memanfaatkan platform online. Mereka belum maksimal menggunakan teknologi digital untuk penyediaan bahan baku, pengiriman dan pembayaran produk. Padahal digitalisasi membuka akses pasar yang lebih luas.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaku UMK yang tidak belum memanfaatkan penjualan online karena merasa cukup dengan transaksi offline. Mereka juga tidak mengetahui bagaimana memulai bertransaksi secara online.
Prof Djoko Budiyanto S dalam paparannya mengungkapkan rendahnya pemanfaatkan teknologi digital karena mereka masih lebih nyaman bertransaksi offline. Selain itu, tidak merasa tertarik dan kurangnya pengetahuan mengenai bisnis online.
''Kurangnya pengetahuan menjadi alasan terbesar yang menghambat pengembangan usaha melalui online. Inilah yang menjadi tantangan besar digitalisasi ekonomi,'' tandas Djoko.
Post a Comment