News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Narasi Guru Sang Intelektual Menjadi Inspirasi di Acara Ngkaji Pendidikan GSM

Narasi Guru Sang Intelektual Menjadi Inspirasi di Acara Ngkaji Pendidikan GSM

WARTAJOGJA.ID:  Dalam upaya memperkuat nilai dan semangat pendidikan di seluruh Indonesia, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dengan bangga menghadirkan "Ngkaji Pendidikan: Guru - Sang Intelektual Penuntun Peradaban." Acara ini digelar pada tanggal 4 November 2023 di Taman Budaya Yogyakarta dengan dihadiri lebih dari 800 peserta dari guru, masyarakat umum, dan anak muda. Komunitas guru yang hadir secara luring berasal dari berbagai provinsi mulai dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, bahkan sampai, Kalimantan.
Audiens disambut dengan sesi penayangan video dengan tajuk “Lapor Pendidikan Indonesia” yang menggambarkan krisis dan keadaan darurat pendidikan di Indonesia. Suasana acara berganti menjadi penuh tawa dengan pertunjukan drama komedi satire yang merupakan refleksi humoris tentang kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam konteks guru yang terkekang oleh beban administrasi.
Pentingnya peran guru dalam perkembangan sebuah peradaban menjadi fokus utama dalam acara ini. Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sekaligus dosen Fakultas Teknik UGM, Muhammad Nur Rizal, bersama dengan wartawan harian nasional Kompas, Ester Napitupulu, memberikan wawasan mendalam mengenai betapa guru-guru adalah intelektual yang mampu menjadi penyelamat peradaban.
Salah satu sorotan utama acara ini adalah paparan dari Rizal mengenai peran guru dalam membangun mental dan budaya bangsa. Ia menggambarkan awal kisah Jepang yang hancur pasca-perang dan bagaimana dalam situasi tersebut, guru menjadi elemen kunci yang harus dipertahankan.
“Fokusnya saat itu adalah pada membangun budaya dan mental yang kuat, bukan hanya infrastruktur atau mencari insinyur,” pungkasnya.
Dalam acara ini Rizal mengajukan pertanyaan yang mendalam kepada audiens. Ia menghadirkan krisis besar yang menghantui kehidupan saat ini, yakni krisis iklim dan lingkungan, krisis ketimpangan dan ketidakadilan, krisis etika, krisis eksistensi manusia, dan krisis belajar.
Rizal menyoroti perubahan peran guru saat ini, yang terlalu sering terjebak dalam administrasi dan kurikulum, sementara seharusnya mereka membantu anak didik memiliki cara berpikir, merasa, berperilaku, dan bersikap adaptif untuk menghadapi tantangan zaman.
“Tiga hal kunci yang ada pada guru Sang Intelektual, yaitu mampu memberikan inspirasi, memberdayakan individu, dan memimpin perubahan. Intelektual itu bukan sebatas profesi, tapi itu sebuah sifat yang dimiliki siapapun terutama guru. Mereka bukan hanya mengajarkan soal teks, tetapi juga konteks, tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tapi juga konsekuensi etis dari tindakan, kebenaran, dan kepantasan. Karena guru adalah kurikulum itu sendiri dan bukan pelaksana kurikulum,” ujar Rizal.
Rizal menutup paparannya dengan pesan, "Menjadi guru berarti memastikan setiap murid memiliki keyakinan bahwa mereka dilahirkan untuk hal-hal yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Peran guru bukan sekadar mengajar, tetapi menjadi penyelamat peradaban."
Para guru dari berbagai daerah yang tergabung di komunitas GSM berbondong-bondong untuk hadir secara luring maupun daring untuk menyaksikan kegiatan ini. Beberapa guru dari Bontang, Kalimantan Timur juga turut hadir secara luring di Yogyakarta untuk berbagi dan turut andil dalam perubahan pendidikan di Indonesia.
“Komunitas GSM Bontang itu masih sangat muda, dan saya langsung tersentuh setelah tau apa itu GSM makanya mau untuk bisa tau lebih jauh lewat kegiatan ini. Karena semuanya bergerak dengan hati dan saya bisa menemukan ruh pendidikan itu di GSM. Sehingga kurikulum menjadi bungkusnya, dan ketika ruhnya sudah kuat guru-guru tidak akan kesulitan untuk beradaptasi dalam perubahan kurikulum apa pun,” ucap Nurdah sebagai guru dari Bontang, Kalimantan.
Pengadaan Ngkaji Pendidikan di awal bulan November ini adalah sebagai momentum menjelang Hari Pahlawan dan Hari Guru. Harapannya para guru bisa menemukan kebahagiaan dalam mendidik melalui kegiatan olah pikir dan olah rasa.
“Realitas pendidikan di Indonesia itu masih mekanistik. Saya sebagai seorang guru yang juga penggiat komunitas ingin supaya teman-teman di komunitas ini mengerti mengenai pendidikan yang memerdekakan, memanusiakan, sekaligus saling berbagi. Jadi guru-guru bisa menemukan kebermaknaan dan kebahagiaannya dalam mendidik melalui acara ini,” ucap Ali
Sodikin.
Acara Ngkaji Pendidikan dan kontribusi dari GSM untuk pendidikan di Indonesia akan menjadi titik balik penting dalam memperkuat peran guru sebagai intelektual penuntun peradaban. (Cak/Rlz)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment