Diwarnai Penyerahan Piala Sultan HB X dan Paku Alam X, Pencak Malioboro Festival 2023 Diikuti 50 Perguruan
WARTAJOGJA.ID: Event seni dan budaya Pencak Malioboro Festival (PMF) 2023 berlangsung meriah Sabtu (11/11/2023) malam, di Taman Pintar Yogyakarta.
PMF ke 7 kali ini diikuti tidak kurang 50 perguruan silat. Yang membedakan dari penyelenggaraan kegiatan serupa tahun sebelumnya adalah tidak ada kirab dengan pertimbangan kondusifitas jelang Pemilu 2024.
Ajang ini diwarnai pula penyerahan piala Raja Keraton yang juga Gubernur DIT Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada juara I kategori umum yang diwakili Aris Eko Nugroho, Paniradya Pati Kaistimewan DIY.
Sedangkan Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo didaulat menyerahkan piala KGPAA Sri Paku Alam X kepada juara I lomba koreografi pencak silat tradisional kategori anak-anak. Adapun dewan juri di antaranya Whani Darmawan, Jamaludin Latif, M Ahmad Jalidu.
Salah satu panitia PMF 7 2023, Antok Sugiarto menyampaikan event PMF tujuan utamanya adalah mengangkat pencak silat tradisional menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Intinya kita ingin mengangkat pencak silat tradisional yang belum terdengar oleh masyarakat umum, dan mengangkat ekonomi guru-guru kita,” katanya.
PMF tahun ini tidak hanya diisi beragam kegiatan di antaranya lomba koreografi pencak silat tradisional, workshop yang berlangsung di tempat terbuka supaya khalayak ramai maupun wisatawan melihat keunikan pencak silat tradisional tetapi juga digelar bazar dan kaulan.
Yang dimaksud kaulan, menurut Antok, perwakilan dari guru maupun aliran silat melakukan show sekaligus untuk menunjukkan kekhasan dari masing-masing perguruan atau aliran mereka.
“Kita ingin supaya pencak silat tidak hanya sport namun juga mampu memperlihatkan pencak silat tradisional itu merupakan bagian dari warisan budaya dan kearifan lokal Indonesia,” ungkapnya.
Aris Eko Nugroho, Paniradya Pati Kaistimewan DIY mengatakan
event yang mulai diselenggarakan sejak tahun 2012, sangat terbuka peluangnya menjadi agenda tahunan. Kesiapan itu tinggal menunggu waktu.
Hanya saja, menurut Aris, masih diperlukan kesepakatan terlebih dahulu terutama terkait dengan waktu penyelenggaraan yang tepat. “Cuma memang kita berharap, waktu maupun berkaitan dengan aktivitas harus betul-betul disepakati dulu, karena yang datang di sini tidak hanya dari Yogyakarta tapi termasuk dari luar Yogyakarta,” ujarnya.
Aris mengatakan pencak silat merupakan warisan budaya dunia. “Harapan kita, apa yang menjadi kebanggaan Indonesia ini bisa juga dilakukan di DIY,” tambahnya.
Terkait dukungan dari Pemda DIY pada acara itu menurut Aris, semua itu tergantung dari komunitas sebab pemerintah sifatnya memfasilitasi.
Aris menyatakan benar PMF merupakan event yang mampu mewarnai Yogyakarta sehingga menjadi istimewa.
“Biasanya teman-teman pencak silat saling bertemu yang dilakukan bukan hanya sekadar silaturahmi saja tetapi juga ada ajang untuk menceritakan berbagai aktivitas, sarasehan, workshop,” terangnya.
Prinsip, lanjut dia, warisan seni budaya tradisional yang menjadi kebanggaan Yogyakarta pasti akan memperoleh dukungan penuh dari Pemda DIY. PMF ketujuh tahun ini didukung Dana Keistimewaan yang diampu oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Memeriahkan acara malam itu, ditampilkan pula atraksi dari guru-guru silat termasuk dua orang guru silat tradisional dari Kalimantan. (Cak/Rls)
Post a Comment