Pameran Seni Jogja International Disability Art Biennale 2023 Digelar 13 – 21 Oktober 2023 di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta
WARTAJOGJA.ID: Pameran Senirupa Jogja International Disability Art Biennale 2023 yang mengusung tajuk Interchange digelar 13 – 21 Oktober 2023 bertempat di Galeri R.j. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Sebanyak 67 karya seni rupa dua dimensi, video dan instalasi dipamerkan dalam perhelatan itu. Yang melibatkan 54 Seniman (17 seniman dari luar negeri dan 37 seniman dari berbagai wilayah di Indonesia dan dibuka Ketua Komisi Nasional Disabilitas Dr. Dante Rigmalia, M.Pd.
Para seniman berasal dari Yogyakarta, Surabaya, Madiun, Jakarta, Lampung, Banten, Bandung, Bali, Cirebon, Magetan, Pandeglang, Purworejo, Bengkulu dan Demak.
Pameran ini melibatkan sejumlah kurator seperti Budi Irawanto (UGM, Indonesia), Vina Puspita (Inggris), Matthew Clay-Robinson (York University, Amerika Serikat), Sukri Budi Dharma (Jogja Disability Arts, Indonesia) dan Nano Warsono (ISI Yogyakarta, Indonesia)
Dalam konferensi pers yang digelar Jumat (13/10), kurator pameran itu Budi Irawanto dari UGM mengatakan,
"Tema Interchange dipilih karena pameran ini kolaborasi apik yang harapannya bisa menemukan tiap bentuk dan saling menghargai atau respect. Ada banyak gaya, tema dan estetika yang diangkat para seniman dalam acara kali ini. Tapi kita bisa melihat bagaimana karya merepresentasikan bagaimana kondisi disabilitas, juga sekaligus pembuktian bahwa teman-teman difabel punya kemampuan berkreasi di dunia artistik," ungkapnya
Sukri Budi Dharma dari Jogja Disability Arts (JDA) Indonesia mengatakan Yayasan JDA memiliki kegiatan rutin pameran seni rupa internasional disabilitas berkala dua tahunan (biennale) sejak tahun 2021, pertama pameran ini berjudul “Rima Rupa”.
"Kemudian, dua tahun berikutnya JDA menggelar kembali pameran jogja internasional disabilitas art biennale yang kedua Pada tahun 2023, dengan memilih tema “Interchange”," kata dia.
Nano Warsono dari ISI Yogyakarta, mengatakan yang melatarbelakangi pameran ini karena adanya pertautan antara seni dan disabilitas yang memiliki banyak dimensi.
"Seni menjadi medium untuk merepresentasikan kondisi disabilitas. Bagi penyandang disabilitas, seni merupakan medium ekspresif sebagai sarana menemukan kedirian maupun ketubuhan mereka," katanya.
Selain itu, dalam tataran yang lebih luas, seni menjadi perangkat untuk mendorong kepedulian publik terhadap isu-isu yang berkaitan dengan disabilitas. Meski demikian, seni semestinya tak berhenti pada ikhtiar membuka kesadaran publik terhadap perkara disabilitas, tapi seni juga membuka ruang kolaborasi antara kalangan penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas.
Melalui kolaborasi seni itu akan terjadi pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi disabilitas serta membuka ruang dialog yang lebih leluasa dalam melihat persoalan disabilitas.
Oleh karena itu, tahun ini Jogja International Disability Art Biennale (JIDAB) memilih tema ‘Interchange’ yang menggarisbawahi adanya proses kolaborasi artistik yang diwarnai oleh pertukaran gagasan melalui praktik kreatif di medan seni. Proses kolaborasi tentu tak sekadar mempertemukan atau menyatukan dua gagasan maupun praktik kreatif yang berbeda, melainkan juga melahirkan keinsafan baru tentang pentingnya memahami dan menaruh hormat pada pihak lain serta kesadaran ada hal yang jauh lebih ketimbang dilakukan sendirian.
Jogja International Disability Art Biennale ‘Interchange’ dilaksanakan pada tanggal 13-21 oktober 2023 di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia.
Pameran ini dihadiri oleh 54 seniman disabilitas yang berasal dari 12 negara seperti dari Indonesia sebanyak 37 orang, lalu dari Australia (Kurt Bosecke dan Geoff Dossetor), Brazil
(Maria Goret Chagas dan Ronaldo Cupertino da Silva), United Kingdom (Andrew Bolton, Booker Skelding, Cheryl Beer, Emma Freyne, dan Helen Hall), Singapore (Ng Yiy ming Mimi), Nigeria (Olubunmi Oyesanya Ayaoge), New
Zealand (Kerrin Tilley) South Korea (Jin-hyun Song), Cairo Egypt (Reda Ahmed Fadl), Philippines (John Roland Feruelo), Croatia (Alen Kasumović mag.art) dan Uni Emirat Arab (Brook Yeshitila).
Selain pameran, Jogja International Art Biennale juga dilengkapi dengan rangkaian program publik berupa Seminar International, Focus Grup Discussion, Workshop dan pemberian penghargaan. Adapun rincian dari program publik ini yaitu:
1. Seminar Internasional
11 Oktober 2023 | 08.30 - 12.00 am | Auditorium Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada | International Seminar “Disability Arts: Creativity, Agency and Connectivity”
Keynote Speaker:
Ruth Fabby, MBE - Consultant, Disability Arts Cymru, UK
Moderator:
Slamet Thohari - Disabled Activist, Indonesia
Speakers:
1. Ellie Liddell Crewe – Manager, Unlimited, UK
2. Matthew Clay-Robison – Director, York Gallery, US
3. Winda Karunadita – Disabled Artist, Indonesia
4. Andrew Bolton – Disabled Artist, UK
5.
Post a Comment