Transformasi Mutu Layanan BPJS Kesehatan melalui Inovasi i-Care JKN
WARTAJOGJA.ID: BPJS Kesehatan terus berkomitmen meningkatkan kualitas dan mutu layanan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan menghadirkan beragam inovasi untuk memberikan kemudahan bagi peserta JKN dalam mengakses layanan yang mudah, cepat dan setara.
Terakhir, BPJS Kesehatan meluncurkan inovasi i-Care JKN yang dapat
digunakan fasilitas kesehatan untuk melihat riwayat pelayanan kesehatan peserta
selama satu tahun terakhir.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali
Ghufron Mukti mengatakan, hadirnya inovasi i-Care JKN ini merupakan wujud nyata
BPJS Kesehatan dalam memberikan layanan berkualitas bagi peserta JKN. Dengan
adanya akses terhadap riwayat pelayanan kesehatan peserta JKN, diharapkan
dokter dapat memberikan layanan yang lebih cepat dan tepat.
"Inovasi i-Care JKN merupakan
salah satu terobosan untuk meningkatkan mutu layanan kepada peserta yang
memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antar dokter untuk memberikan perawatan
komprehensif kepada peserta JKN. Dengan hadirnya i-Care JKN, rekam medis cukup
di dalam genggaman tangan. Jangan khawatir, tentunya ada username, password dan juga informed consent,"
katanya dalam Kegiatan Rapat Koordinasi Nasional MPKU Muhammadiyah dengan tema
'Sinergi untuk Kesehatan Berkemajuan' yang diselenggarakan di Kulon Progo,
Sabtu (02/09).
Dia menjelaskan, saat ini pihaknya
telah menggencarkan transformasi mutu layanan yang mudah, cepat dan setara.
Mudah artinya peserta cukup menunjukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang
tercantum pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) saat berobat ke fasilitas kesehatan.
Cepat yakni dapat memanfaatkan antrean online untuk mengakses layanan kesehatan
karena antrean dapat dilakukan dari mana saja. Setara menunjukkan tidak adanya
diskriminasi ataupun perbedaan layanan antara peserta JKN dengan peserta non JKN.
"Saat ini akses layanan kesehatan
dalam Program JKN tidak hanya diperuntukkan bagi orang sakit saja. Peserta JKN
dengan kondisi sehat dan prima pun dapat memantau kondisi kesehatannya secara
mandiri. BPJS Kesehatan menghadirkan layanan skrining riwayat kesehatan yang
dapat diakses melalui beberapa kanal, di antaranya Aplikasi Mobile JKN ataupun
website resmi BPJS Kesehatan," terang Ghufron.
Dirinya juga menjelaskan bahwa dengan
skrining riwayat kesehatan, FKTP juga dapat melakukan profiling penyakit
peserta terdaftarnya, sehingga dapat membantu dalam melakukan tata laksana
penyakit sedini mungkin kepada peserta. Hal ini sesuai dengan peran FKTP
sebagai gatekeeper dan care coordinator dalam meningkatkan mutu
layanan kesehatan bagi peserta.
"Peserta JKN yang telah melakukan
skrining riwayat kesehatan sampai dengan 19 Agustus 2023 sebanyak 18,3 juta.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap peserta tersebut, 1 persen memiliki potensi
risiko diabetes melitus, 8 persen hipertensi, 4 persen risiko jantung coroner,
1,3 persen risiko gagal ginjal, dan 3 persen paspsmear positif," jelas
Ghufron.
Program skrining riwayat kesehatan ini
telah dilaksanakan sejak tahun 2015, dan selalu meningkat sepanjang tahun. Hal
tersebut lantaran sangat membantu peserta untuk mengetahui potensi risiko
penyakit kronis, meliputi diabetes melitus, hipertensi, ginjal kronik dan
jantung koroner, sedini mungkin sehingga dapat dicegah agar tidak terjadi
penyakit. Peserta dengan hasil skrining riwayat kesehatan berisiko telah
mendapatkan Whatsapp Blast untuk segera berkonsultasi ke FKTP.
Pada kesempatan yang sama, Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Azhar
Jaya menyampaikan jika di Kementerian Kesehatan akan melaksanakan enam
transformasi yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan,
transformasi sistem ketahanan nasional, transformasi sistem pembiayaan
kesehatan, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan dan transformasi
teknologi kesehatan.
“Pada transformasi layanan primer,
kami akan melakukan transformasi di bidang edukasi dahulu, pencegahan primer,
kemudian pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas
pelayanan primer. Jadi era sekarang, Menteri Kesehatan lebih fokus pada
kegiatan promotif dan prevetif. Lalu transformasi layanan sekunder, kami akan
berusaha meningkatkan akses mutu layanan sekunder dan tersier,” ungkap
Azhar.
Post a Comment