Petani Sumenep Lakukan Studi Tiru Sistem Lelang Komoditas Di Kabupaten Sleman
WARTAJOGJA.ID: Sektor Pertanian yang merupakan soko guru perekonomian nasional, berkontribusi besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Namun demikian petani sebagai pelaku utama disektor pertanian kondisinya masih menyisakan banyak persoalan, antara lain: rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP) dan katergori kemiskinan yang tertinggi dilihat dari jenis pekerjaan adalah petani. Menjadi pertanyaan, apakah memang bisnis disektor pertanian tidak menguntungkan? Kalau disebut tidak menguntungkan jawabanya juga tidak, karena banyak pelaku bisnis besar adalah pelalu bisnis pertanian. Faktor utama yang menjadikan petani tetap miskin sedangkan komoditas yang dikembangkan bernilai ekonomis tinggi adalah petani hanya bekerja dalam satu siklus produksi yaitu budidaya (on farm) dan tidak menguasai dari aspek distribusi dan pemasaran. Distribusi, pemasaran dan bahkan penentuan harga jual komoditas dikendalikan oleh tengkulak dan pengepul. Alhasil, petani selalu mendapatkan harga rendah karena daya tawar yang lemah, sehingga pendapatan mereka juga rendah.
Mengatasi hal tersebut Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep melalui kegiatan UPLAND Project atas dukungan dari Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementrian Pertanian bersama dengan dari Islamic Development Bank (IsDB) dan IFAD, melakukan Studi Tiru sistem lelang komoditas di Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) Sleman. Acara terbagi dalam dua sessi, pertama adalah pembekalan di kelas di Hotel Alana Yogyakarta dengan pemateri dari Konsultan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta dan Pengurus Koperasi PPHPM dan sessi kedua adalah kunjungan lapangan sekaligus praktek lapangan di lokasi pelelangan Koperasi PPHPM Sleman.
Kami ingin melakukan perbaikan yang menyeluruh disektor pertanian di Kabupaten Sumenep, termasuk adalah dalam kegiatan pasca panen dan pemasaran. Kita ingin memastikan petani mendapatkan hasil pendapatan yang terbaik dan sistem agribisnis khususnya bawang merah Sumenep yang sudah cukup terkenal karena rasa yang khas dikendalikan oleh petani melalui kelembagaan korporasi petani, ujar Arif Firmanto Kepala Dinas Ketahanan Pengan Kabupaten Sumenep. Instrumen program UPLAND yang komprehensif hulu hilir memungkinkan petani dan korporasi petani melakukan inovasi tersebut. Diharapkan dengan Studi Tiru di pelaku lelang komoditas pertanian di Kabupaten Sleman, petani di Kabupaten Sumenep bisa melakukan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Kegiatan Studi Tiru dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 8-9 September 2023, dan diharapkan sekembali dari kegiatan ini petani bisa mengimplementasikannya di Kabupaten Sumenep.
Apresiasi yang tinggi diberikan oleh Project Management Unit (PMU) UPLAND yang dalam hal ini diwakili oleh Dwi Kuswantoro selaku Konsultan Rantai Nilai UPLAND Project, bahwa inisiatif yang sangat positif ini akan menjadi triger petani-petani lain di Indonesia. Apalagi kegiatan UPLAND saat ini dilaksanakan di tiga belas kabupaten se-Indonesia. Kita berharap Kabupaten Sumenep bisa menjadi pionir bagi kabupaten lokasi UPLAND Projects yang mengembangkan sistem lelang komoditas, sehingga kedepan bisa direplikasi oleh kabupaten lain. Dengan demikian, harapan petani bisa menjadi penentu harga (prince making) dan meningkatnya pendapatan melalui Kegiatan UPLAND dapat dicapai.
Syarat utama untuk memajukan sektor petani adalah petani harus kreatif (out of the box) dan juga berani mengambil resiko. Sistem lelang komoditas pertanian ini akan bisa berkembang dan memperbaiki sistem pasar ketika petani dalam menjalankannya secara berjamaah dan kompak. Karena kunci utama keberhasilan pelaksanaan lelang komoditas adalah kekompakkan petani, ujar Mahmudi selaku Konsultan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta saat menjadi narasumber pelatihan. Perlu diketahui berkembangnya sistem lelang komoditas pertanian yang diinisasi oleh Koperasi PPHPM Sleman tidak terlepas dari kerjasama lintas stakeholder, baik pemerintah daerah, petani/ kelompok tani dan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta.
Sistem lelang komoditas pertanian khususnya cabai dan sayuran di Kabupaten Sleman bisa berjalan sampai sekarang yang dimulai sejak tahun 2017 menurut Ardhi Prasteyo selaku Sekretaris Koperasi PPHM Sleman, karena adanya komitmen dan tekad yang kuat dari petani yang ada di lereng Merapi. Seiring waktu, ternyata respon mitra bisnis (off taker) sangat positif dan memilik kepercayaan yang tinggi kepada koperasi karena kami memegang komitmen kualitas produk. Saat ini sudah tergabung 75 pedagang yang aktif mengikuti lelang yang berasal dari seluruh Indonesia. Tidak hanya di Jawa, kami juga melayani pedagang sampai di Batam Kepulauan Riau. Untuk petani yang sudah tergabung dalam PPHPM Sleman sampai saat ini mencapai 2.091 petani dan secara aktif memasarkan produk pertaniannya di pasar lelang PPHPM Sleman.
Post a Comment