News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kampus UII Yogyakarta Gelar Kuliah Umum Keislaman & Kebangsaan

Kampus UII Yogyakarta Gelar Kuliah Umum Keislaman & Kebangsaan


WARTAJOGJA.ID : Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar Kuliah Umum Keislaman & Kebangsaan Kamis (7/9/2023).

Acara itu bertempat di Auditorium Lantai 4, Fakultas Hukum, Kampus Terpadu UII, Jl. Kaliurang KM 14,5 Sleman, Yogyakarta

Kuliah umum yang digelar menghadirkan Tema
Suksesi Kepemimpinan Nasional 2024:Mencari Pemimpin Yang Nasionalis Dan Agamis.

Dengan narasumber kunci
Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode 2022-2027.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. dalam sambutannya mengatakan hari-hari ini publik Tanah Air sering melihat sering mendengar hingar-bingar perpolitikan di tingkat nasional.

"Dengan adanya hingar-bingar perpolitikan di Indonesia tidak terlepas dari situasi dan kondisi kita saat ini dimana sebagai bangsa dan negara tidak lama lagi akan memasuki era suksesi kepemimpinan nasional 2024," kata Budi.

Dengan agenda nasional untuk mengadakan suksesi kepemimpinan nasional tentu ini, harusnya menjadi perhatian kita semua sekaligus jadi konsen kita semua. Bagaimana di dalam proses suksesi kepemimpinan nasional tahun 2024 ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.

"Proses suksesi kepemimpinan nasional 2024 akan berjalan dengan baik tentu tidak sekedar bagaimana proses itu berjalan secara normatif tetapi kita semua berharap mudah mudahan Indonesia di tahun 2024 kita akan memperoleh sosok pemimpin yang nasionalis dan agamis untuk bisa mewujudkan cita-cita ini," kata Budi.

"Saya sangat meyakini bahwa kecerdasan para pemilih kecerdasan calon pemilih pemimpin nasional kita ini sangat menentukan, oleh karena itu melalui kegiatan kuliah umum ini kita mendapat pengalaman banyak pengetahuan yang berkaitan dengan situasi dan kondisi nasional kita," kata Budi.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam kesempatan itu mewanti-wanti agar para tokoh politik tidak menciptakan konfrontasi antara nilai keagamaan dan nasionalisme pada Pemilu 2024.

"Mestinya kita sudah selesai soal nasionalime dan agama. Jadi, para tokoh dan juga warga bangsa tidak perlu mengonfrontasikan sendiri antara nasionalime dan agama, antara sikap kecenderungan nasionalis dan agamais," kata Haedar.

Alih-alih mempertentangkan nasionalisme dan agama, menurut Haedar, para elit politik maupun peserta yang berkontestasi pada Pemilu 2024 semestinya mampu menghayati keduanya secara bersamaan.

"Soal di sana ada lebihnya, ya itu soal keunggulan dan di sana lah letak pilihan bapak ibu dan saudara sekalian," ujar Haedar.

Dia berharap Pemilu 2024 tidak lagi memunculkan dikotomi dengan menciptakan posisi diametral atau pemisah antara agama dan nasionalisme.

Justru yang paling penting, lanjut Haedar, adalah bagaimana mengintegrasikan antara nilai-nilai keagamaan atau keislaman, dengan nasionalisme.

"Sekaligus memberi makna substantif pada nilai keislaman atau keagamaan, dengan kenegarawanan atau kebangsaan," tutur dia.

Haedar memandang proses politik dan demokrasi di Indonesia dewasa ini sejatinya sudah tidak ada lagi pertarungan ideologi, kecuali "who gets what, when, and how" atau siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana caranya.

Kendati demikian, ia percaya bahwa seluruh elite politik yang berkontestasi pada Pemilu 2024 masih memiliki idealisme untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita kemerdekaan sesuai yang tertuang dalam konstitusi.

"Nah justru kita bawa agar itu bisa dibuktikan dalam realitas politik," tutur Haedar.

Pengalaman lima kali penyelenggaraan pemilu sejak era reformasi, bagi Haedar, semestinya sudah cukup membuat Bangsa Indonesia mampu bersikap lebih dewasa dan matang seraya menghindari permusuhan dan kebencian.

"Saya yakin para tokoh politik banyak yang bertanggung jawab dan memiliki kerangka kebangsaan dan keagamaan yang baik," kata dia. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment