Elemen Gemayomi Nyatakan Sikap Tolak Politik Identitas di Pemilu 2024
WARTAJOGJA.ID : Gerakan Masyarakat Gotong Royong Menolak Intoleransi (Gemayoni) menyampaikan pernyataan sikap penolakan pada politik identitas di pemilu 2024.
Politisasi agama dan identitas dinilai menghadapkan masyarakat Indonesia pada ancaman perpecahan sosial karena merapuhnya nilai hidup bersama, sehingga tak boleh dibiarkan.
Sekjen Gemayomi, Lilik Krismantoro mengatakan sangat dimungkinkan di lapangan nanti ada yang memanfaatkan politik identitas untuk meraup suara, den beberapa di antaranya telah terdeteksi. Politik identitas dengan melibatkan agama di dalamnya dinilai sangat murah sehingga dipilih orang-orang tak bertanggungjawab untuk memenuhi keinginan.
"Kami memutuskan harus berkumpul, konsolidasi mengawal toleransi di Yogya. Politik identitas ini harganya murah tapi dampaknya akan sangat mahal. Agama dirusak karena kontestasi politik. Kami tegas memastikan tak ada lagi politik identitas yang mengoyak kehidupan bersama masyarakat. Siapapun di Yogya yang pakai politik identitas akan berhadapan dengan Gemayomi. Kelompok akar rumput pasti akan siap menghadapi," ungkapnya usai workshop antisipasi politik identitas di Merapi Merbabu Hotel, Sabtu (2/9/2023).
Gemayomi menilai kontestasi politik 2024 khususnya di Yogya akan sangat mungkin dimasuki oleh politik identitas dengan agama sebagai komoditas. Mereka mengamati model-modelnya telah dimunculkan sejak isu penutupan patung Bunda Maria dan pemukulan pemuka agama beberapa waktu lalu.
"Kalau politik di elit masih koalisi ke sana kemari akhirnya ya akan memilih hal mudah untuk menggaet massa. Ya politik identitas itu. Di Yogya isu agama sangat lekat, ada orang yang ditanam untuk menggunakan isu itu dan sudah terlihat. Karena itu kami sudah disiapkan kalau di Jogja muncul, kami akan berada di garda depan melawan," tegasnya.
Sementara Zuly Qodir, pakar dan akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menjadi pemateri workshop mengingatkan dalam politik, identitas sangat penting namun dengan konotasi yang baik seperti jujur dan bersih. Namun ketika politik identitas digunakan untuk sesuatu yang negatif, maka hal tersebut harus dilawan bersama-sama.
"Misalnya agama digunakan untuk memenangkan seseorang atau sekelompok orang, ya itu jelas kita harus lawan, tidak boleh dilakukan. Menggunakan agama ini juga tidak produktif untuk Indonesia ke depan, jadi tidak usah kita memilih orang berdasar latarbelakang agama saja tapi visi dan misi yang baik untuk bangsa," tegas Zuly. (Cak/Rls)
Post a Comment