Alasan Pemda Perlu Segera Antisipasi Lonjakan Harga Pangan
WARTAJOGJA.ID: Sudah sebulan terakhir harga komoditas pangan, khususnya beras mengalami kenaikan tajam.
Warga masyarakat, khususnya ibu rumah tangga mulai mengeluhkan kenaikan
ini. Pemerintah pusat pun sudah berupaya mengantisipasi, termasuk menambah
impor. Karena beras menjadi kebutuhan pokok dan rentan politisasi, maka
pemerintah, termasuk pemda DIY perlu sat-set, langkah cepat
mengantisipasinya.
Hasil pemantauan di lapangan, pagi ini harga beras kualitas medium naik sekitar Rp50 sampai Rp100 per Kg dari harga dua hari lalu. Tercatat, September 2022 harga beras medium sekitar Rp11.000 per Kg.
Bulan ini, beras dengan kualitas yang
sama harganya sudah mencapai Rp13.500 per Kg. Sangat mungkin harga ini berbeda
pada tiap pasar dan harganya masih berpotensi naik lagi. Tentu hal ini menjadi
beban masyarakat.
Selaku
Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wilandari, biasa dipanggil Ndari, sudah
melakukan pemantauan lapangan di beberapa pedagang beras di Yogyakarta. Ditemukan
memang ada kenaikan harga beras pada semua jenis, baik yang kualitas medium
maupun premium. Meskipun harga naik, dari sisi persedian terpantau masih aman
dan cukup sehingga tidak perlu ada kepanikan.
"Kami
berharap harga beras ini segera kembali keposisi normal agar tidak menjadi
beban baru bagi masyarakat. Karena ini masuk tahun politik, kenaikan harga ini
juga sangat mungkin akan dipolitisasi, padahal ini disebabkan oleh banyak sebab
termasuk dampak el nino dan juga kebijakan berbagai negara yang selama ini jadi
eksportir membatasi untuk cadangan pangan domestiknya," katanya Kamis (14/9).
Politisi
perempuan dari Fraksi PDIP ini juga mengusulkan ada beberapa langkah jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk mengatasi permasalahan harga
pangan ini. Dalam jangka pendek, jika dipandang perlu Pemda DIY bersama
kabupaten dan kota segera melakukan operasi pasar dengan sasaran yang
teridentifikasi sehingga tepat sasaran. Hal ini akan melengkapi program bansos
pemerintah pusat berupa subsidi beras pada keluarga kurang mampu.
Dalam
jangka menengah, penguatan kapasitas produksi padi oleh petani DIY perlu
ditingkatkan. Perbaikan infrastruktur pertanian menjadi prioritas. Selain itu,
stimulus dan edukasi pupuk ramah lingkungan sangat penting karena komponen
biaya pertanian yang cukup tinggi selain upah tenaga kerja juga biaya pupuk.
Dalam
jangka panjang, program kemandirian pangan diujudkan secara berkelanjutan.
Pendekatan budaya, seperti pengembangan Lumbung Mataraman, menjadi salah satu
model untuk kemandirian pangan. Perlu kolaborasi dengan berbagai pihak,
termasuk perguruan tinggi yang memiliki inovasi pertanian. (Rls)
Post a Comment