Serunya Gelaran Kethoprak Satria Pinilih Yang Digelar Laboratorium Seni ISI Yogyakarta
WARTAJOGJA.ID: Laboratorium Seni ISI Yogyakarta sukses menyelenggarakan pageleran Kethoprak bertajuk Satria Pinilih pada Jumat, 28 Juli 2023, Pukul 19.30, di Laboratorium Seni ISI Yogyakarta.
Pagelaran Ketoprak Satria Pinilih merupakan program UPT Concert Hall dan Laboratorium Seni ISI Yogyakarta dalam rangka Dies Natalis Ke-39 ISI Yogyakarta.
Sejumlah seniman, antara lain Didik Nini Thowok, Mamuk Rahmadona, Uni Yutta, Sumaryono, Bambang Pudjaswara, Anggoro Budiman, Aji, Sarjiwo, Agus Sukino, Retno Dwi Intarti, Yudono, Vita Rosanti, Suparno, Warsono 'Kliwir' turut tampil di pentas ketoprak ini.
Rektor ISI Yogyakarta Prof. Dr. Timbul Raharjo, M.Hum mengatakan pentas kethoprak ini diharapkan dapat semakin memasyarakatkan kesenian lokal di masyarakat luas.
"Sehingga masyarakat bisa semakin mencintainya, dan kesenian ini bisa bertahan baik di kehidupan keseharian maupun industri seni tanah air yang terus berkembang," kata Timbul.
Sementara Sutradara dari pagelaran ini adalah Agus Leyloor. Krisna Nuryanta sebagai penata iringan. M.Sugiyarto dan M.G. Sugiyati sebagai penata busana.
Sutradara Agus Leyloor memaparkan, pentas ketoprak Satria Pinilih didukung gabungan dosen ISI Yogyakarta dan sejumlah dosen yang sudah purna tugas alias pensiun.
"Pentas ketoprak rangkaian Dies Natalis ISI Yogyakarta tahun ini, bisa menjadi momentum berinteraksi dan berkolaborasi berekspresi berkarya kreatif bagi para dosen, pensiunan, alumni ISI Yogyakarta," papar Agus Leyloor.
Pagelaran ini didukung oleh alumni, dosen purna tugas, dosen, karyawan, dan mahasiswa ISI Yogyakarta, salah satunya adalah Didik Nini Thowok dan Mamuk Ramdhona yang merupakan alumni Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.
Penulis naskah ketoprak "Satria Pinilih" ini adalah Gandung Djatmiko yang juga merupakan Kepala UPT Concert Hall dan Laboratorium Seni ISI Yogyakarta.
Pagelaran Kethoprak bertajuk Satrian Pinilih akan mengilustrasikan usaha pemuda dari padepokan pamengger yang akan ingin menjadi prajurit di Majapahit.
Untuk menjadi prajurit majapahit, pemuda tersebut diharuskan untuk membunuh Kebo Marpoet atau Kerbau raksasa, atas kegigihan dan usahanya pemuda tersebut mampu membunuh Kebo Marpoet walupun tubuhnya hancur.
Dari pagelaran ini dapat diperoleh pelajaran penting bahwa usaha dan tekat yang kuat dapat mewujudkan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. (Cak/Rls)
Post a Comment