Di Kampus UAD Yogyakarta, KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman Luncurkan Buku Soal Gaya Kepemimpinan Strategis
WARTAJOGJA. ID: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman meluncurkan buku 'Gaya Kepemimpinan Strategis dan Green Human Resource Management Dalam Membangun Teamwork'.
Peluncuran buku ini dilakukan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (23/5/2023).
Jenderal Dudung mengatakan, gaya kepemimpinan strategis ini tidak hanya berlaku di dunia militer, tetapi dapat juga diterapkan di dunia korporasi, bahkan birokrasi.
Buku ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan mahasiswi Universitas Muhammadiyah khususnya Fakultas Ekonomi Manajemen karena menggunakan metode Green Human Resource Management dalam menjalankan organisasi.
"Buku ini mengulas secara mendalam tentang gaya kepemimpinan strategis antara pemimpin dengan anak buah pada suatu kerja sama di dalam suatu organisasi," ujar Jenderal Dudung.
Buku ini juga merupakan bagian dari suatu proses pengabdian tiada henti terhadap bangsa dan negara sekaligus menjadi media dokumentasi atas pengalaman serta aktualisasi pengetahuan Jenderal Dudung selama menempuh Pendidikan doktoral pada program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Strategic Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti pada 2022.
Selain itu, buku ini juga menjadi dokumentasi atas disertasi yang telah dia pertahankan dengan judul “Pengaruh Strategic Leadership Style dan Green Human Resource Management terhadap Management Performance Kodam Jaya yang Dimediasi oleh Teamwork Management.”
Jenderal Dudung mengatakan, munculnya gagasan untuk menyusun disertasi dengan tema kepemimpinan strategis ini tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan pengalaman saya di dunia militer.
Atas pengalaman tersebut, dia menyadari betapa pentingnya gaya kepemimpinan dan manajemen sumber daya manusia untuk mendukung tujuan organisasi.
Sebagai pemimpin, Jenderal Dudung berusaha mengedepankan nilai-nilai “keterbukaan, kejujuran, kebersamaan, dengan landasan disiplin dan kehormatan, dalam bingkai kepasrahan aktif kepada petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
Dalam menjalankan kepemimpinan, dia senantiasa diilhami ajaran luhur local wisdom yang terungkap dalam kata-kata “Cipta, Rasa, Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”.
"Saya terapkan ajaran Ki Hajar Dewantara, serta menerapkan prophetic leadership yang bersumber ajaran Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin yang terangkum dalam empat sifat yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah," ungkapnya.
Membangun Green Human Resource Management, maka seorang pemimpin harus membangun kapasitas dirinya sebagai pemimpin, yaitu pemimpin yang dihormati yang berani mengambil keputusan. Kalau keputusan itu benar itu bagus, kalau salah pun lebih bagus daripada tidak berani mengambil keputusan sama sekali.
Di samping itu, pemimpin yang diidolakan, idola karena memang kepiawaiannya, idola karena memang apa yang dilakukannya tidak memberikan contoh-contoh yang tidak baik.
Sekecil apapun kebaikan yang kamu perbuat akan menjadi riak kebaikan yang tak berujung. Selanjutnya, pemimpin yang dikagumi artinya kehadiran seorang pemimpin sangat dinanti-nantikan oleh anggotanya, sehingga apa yang terjadi kepada diri kita adalah gambaran apa yang kita lakukan dan perbuat kepada orang lain.
Di samping pemimpin yang dicintai yaitu memimpin dengan hati, lembut kepada anggota, rasa cinta dan kasih sayang. Untuk kepentingan bangsa dan negara tidak perlu dipikir tetapi langsung dilakukan.
Dan pemimpin yang diidamkan di mana kehadirannya selalu dinanti, menjadi penyejuk dalam setiap situasi. Pemimpin yang mengakar karena dia sadar darimana dia berasal.
"Pemimpin yang diharapkan yaitu keberhasilan para pemimpin dalam menggerakan roda organisasi melalui keputusan yang diambil tidak terlepas dari sikap anggota atau bawahan terhadap keputusan tersebut. Libatkan eselon terdepan dalam setiap pengambilan keputusan," terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Natsir mengatakan apa yang disampaikan oleh Jenderal Dudung dalam buku ini yang mampu menghadirkan energi kebaikan yaitu tipologi kepemimpinan propertik.
Kepemimpinan propertik adalah kepemimpinan yang religius spiritual tetapi membangkitkan nilai-nilai positif bagi kehidupan.
Menurut Haerdar, buku tersebut sangat relevan dengan hasil Pemilu ke depan dan lebih khusus lagi dengan kepemimpinan strategis di mana Indonesia membutuhkan itu sekarang.
Di mana pemimpin harus mampu menerjemahkan seluruh visi dan misi kebangsaan tetapi lahir dari hati kejernihan berfikir yang buahnya kebaikan. "Ini inspiratif sekali buat Indonesia, anak muda yang ada saat ini," pungkas Haedar Natsir. (Cak/Wit)
Post a Comment