Kembali ke Titik, Sebuah Perjalanan Menapak Pulang Eks Napiter
WARTAJOGJA.ID -- Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) kembali merilis film dokumenter terbarunya, ‘Kembali ke Titik’.
Rencananya, film besutan sutradara Ridho Dwi Ristiyanto ini akan diputar perdana di Masjid Mardliyah UGM, Yogyakarta, Sabtu (8/4/2023) mendatang. 'Kembali ke Titik' adalah sebuah film yang bercerita tentang perjalanan Hadi Masykur dalam menapak jalan pulang.
Hadi, seorang mantan mantan anggota organisasi teroris Jemaah Islamiyah, kembali ke keluarga dan lingkungan masyarakatnya selepas keluar dari Lapas Kelas 1 Semarang, Jawa Tengah.
Dalam prolog film, Hadi mengungkapkan bagaimana stereotipe lembaga pemasyarakatan selama ini di kalangan narapidana. Lapas sering disebut sebagai sekolahnya para narapidana.
Tidak sedikit yang justru level kejahatannya meningkat justru setelah masuk penjara.
Namun, apa yang terjadi pada Hadi justru sebaliknya. "Insya Allah itu tidak terjadi pada diri saya. Justru di dalam penjaralah saya mulai merenung atas semua kesalahan saya..." kata pria lulusan Ponpes Al Muttaqin, Jepara, tersebut.
Hadi mengungkapkan sebelumnya ia adalah seseorang yang selalu merasa berada di jalan yang benar. Dari situ ia mendapatkan pembenaran dalam membela apa yang menjadi keyakinannya.
"Bahkan saking merasa benarnya itu, saya menomorduakan keluarga, terutama ibu kandung saya sendiri, mertua, dan tentu istri dan anak-anak saya," kata pria yang berperan sebagai sekretaris pemimpin Neo Jemaah Islamiyah, Para Wijayanto, semasa masih berada di organisasi tersebut.
Dalam film ini diceritakan bagaimana proses Hadi sehingga bisa kembali tergerak kembali untuk pulang membersamai kembali keluarganya. Diceritakan pula bagaimana perjuangan sang ibu Ngatiyah, serta istri Hadi, Siti Djawariyah atau Titik, dalam bertahan hidup tanpa adanya sosok kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama.
Peneliti Rumah Kita, Lies Marcoes, mengungkapkan bahwa kasus yang dialami Hadi dan keluarganya sekali lagi membuktikan bahwa fokus radikalisme terdapat pada napiter itu sendiri. Dalam kasus Hadi, sosok yang berpengaruh tersebut adalah sang ibu dan sang istri.
"Oleh karena itu saya mencoba menelusuri riwayat mbak Titik dengan metode riverflow, begitu juga dengan mas Hadi. Sehingga bisa ketemu seperti apa pandangan keduanya tentang perjuangan, tujuan perjuangan, apa yang dianggap penting, serta apa yang dianggap berpengaruh dalam kehidupan ini," ujar Lies.
Produser 'Kembali ke Titik', Noor Huda Ismail, mengungkapkan film ini adalah film kedelapan yang dirilis KPP. Dalam film terbaru ini, Noor Huda ingin menyampaikan KPP adalah kewirausahaan sosial yang fokus pada ‘narrative production’ atau memproduksi narasi alternatif baik itu melalui website, media sosial (Facebook, IG, YouTube, dll), buku, dan juga film yang tidak hanya pada isu radikalisme dan terorisme saja.
Khusus untuk isu radikalisme dan terorisme, bagi bapak tiga anak yang sedang menjalani fellowship di RSIS, NTU, Nanyang Technological University, Singapore, tersebut memerlukan cara baru, utamanya dengan mendorong kekuatan narasi positif dari para mantan narapidana terorisme dengan menggunakan pendekatan film dokumenter dan forum diskusi.
"Rencana ke depan, kami akan melakukan road show film dengan mengajak para credible voice untuk berdiskusi secara jujur dan terbuka terhadap isu yang sangat sensitif ini," katanya.
Post a Comment