Indonesian Shrimp Retreat Digelar 2 Hari di Jogja, Ini Harapan Pembudidaya Udang
WARTAJOGJA.ID: Yogyakarta menjadi pusat penyelenggaraan
acara Indonesian Shrimp Retreat (Refleksi Industri Perudangan) yang berlangsung pada 2-3 Maret 2023 di Eastparc Hotel - Jogjakarta.
Acara ini merupakan perhelatan industri produksi udang, di mana RI menempati peringkat 5 besar dunia. Didukung oleh seluruh industri sarana produksinya. Di dalam acara ini digelar berbagai presentasi teknis, bisnis, networking dan mini expo terkait perudangan.
Event yang digelar oleh TCOMM, agristreamtv.com dan trobosaqua.com ini merupakan gawe dari GPMT dan USSEC. Didukung oleh Shrimp Club Indonesia (organisasi petambak udang nasionalnterbesar) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Deny Mulyono, Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak di sela-sela Indonesian Shrimp Retreat 2023, Kamis (2/3/2023) mengatakan
pertemuan ini bertujuan mengevaluasi diri, baik diri sendiri ataupun kelompoknya.
"Karena bicara tentang shrimp retreat udang, semua stakeholder berada di forum ini mulai dari pembenihan dan budidaya pakan termasuk prosesor," katanya.
“Di forum ini kami duduk bareng-bareng kita review kira-kira apa yang perlu dilakukan selanjutnya, memperbaiki kualitas kita membuka market baru. Kuncinya adalah jika saya produsen udang yang harus tahu mau dikemanakan hasil tersebut, kita perlu memahami market kebutuhannya seperti apa," kata Deny.
Deny mengataman hantaman Covid-19 mengubah pangsa pasar udang budi daya di Tanah Air.
Sebelumnya, Amerika Serikat merupakan pasar yang bagus bagi eksportir udang budi daya, sementara negara Ekuador sebagai produsen udang yang potensial bagi pasar di China.
Saat China berulang kali menerapkan kebijakan kuncitara pada masa pandemi, Ekuador mengalihkan ekspor udang yang sebelumnya ke Negeri Tirai Bambu ke Amerika. Langkah ini tentu memukul industri udang di Tanah Air mengingat 70 persen pasar Amerika telah dipenuhi oleh udang dari Ekuador.
Masalah ini diperparah dengan kondisi resesi global yang sangat berpengaruh pada Amerika dan Eropa. Kebutuhan hidup tinggi membuat negara ini mengurangi konsumsi ikan dan udang premium.
"Pasar lesu karena masyarakat di sana lebih memilih memprioritaskan kebutuhan pokok ketimbang belanja udang atau daging," kata Deny Mulyono.
Amerika, kata dia, akhirnya mengurangi pembelian udang dari Indonesia karena karena jarak Ekuador ke Amerika lebih dekat.
Pembudidaya udang tanah air sangat berharap pasarnya membaik. Deny melanjutkan, hari ini baru bicara mengenai pasar, sebenarnya. Bagaimana pun market dengan konsumsi seafood terbesar itu sebenarnya adalah di Asia.
"Ini berarti tanpa menunggu masalah lain datang lagi, kita berharap konsumsi lokal itu ditingkatkan ataupun pasar untuk Asia itu banyak dipenetrasi dan dikembangkan," kata dia.
Lebih lanjut Deny memaparkan, bicara pasar saat ini ada Jepang dan Singapura. Tetapi jangan lupa kompetitor lainnya seperti Vietnam juga melihat ke sana.
“Kita juga harus melihat competitive advantage yang harus dikuatkan sehingga bisa masuk ke pasar-pasar tersebut. Termasuk bagaimana mengembangkan pasar domestik untuk menyerap udang budi daya. Udang budi daya itu lebih fresh dibanding dengan udang tangkap, walaupun masalah rasa itu adalah selera yang bisa berbeda-beda," ujarnya.
Bicara mengenai habbit, lanjut Deny, di Thailand itu udang kecil atau benur menjadi makanan. “Jadi habbit konsumsi makan mereka itu dibentuk. Kita perlu mencermati masalah ini tanpa menunggu masalah lain, tidak perlu menunggu turbulensi lain, kita harus men-develop market yang ada di Indonesia sehingga konstruksinya lebih baik, sehingga pasar kita tidak tergantung dengan sistem market yang ada di Amerika," tandasnya. (Cak/Rls)
Post a Comment