Status DIY Siaga Bencana, Fraksi Golkar DPRD DIY Dorong Hal Ini
WARTAJOGJA.ID : Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DIY Rani Widayati mengucapkan duka mendalam atas bencana Gempa Bumi di Cianjur Jawa Barat dan sekitarnya yang terjadi pada 21 November 202.
Menurut data BNPB,
sampai saat ini gempa bumi tersebut telah mengakibatkan 268 orang meninggal dunia dan 151
orang masih dinyatakan hilang, terdapat 1.083 orang yang mengalami luka dan 58.362 orang
mengungsi, rumah rusak berat mencapai 6.570 unit, rumah rusak sedang 2.071 unit, dan rusak
ringan 12.641 unit.
"Semoga Tuhan memberikan kekuatan dan kesabaran bagi masyarakat Cianjur dan sekitarnya, semoga permasalahan pasca gempa bumi segera tertangani dengan
baik, sehingga dapat menekan korban jiwa lebih banyak lagi," kata Rani Rabu (23/11).
Rani membeberkan berbicara tentang bencana, Indonesia adalah supermarket bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial. Setiap saat kita mendengar setiap saat wilayah di Indonesia mengalami
banjir, tanah longsor, kekeringan, tsunami, kebakaran hutan, gempa bumi dan lain sebagainya.
Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak diimbangi dengan kebijakan dan
pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, mengakibatkan
terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi
ini berpotensi menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat berkembang
menjadi bencana nasional.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai 12
potensi bencana alam yang tinggi. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) DIY sepanjang tahun 2021 telah terjadi 338 Kejadian tanah longsor, gempa bumi
dengan jumlah 217 kejadian, sebagian besar atau 203 di antaranya adalah gempa tidak terasa.
Kejadian bencana alam selanjutnya adalah angin kencang 148 kali, kebakaran pemukiman dan
bangunan 155 kali, kebakaran lahan 18 kali, banjir 11 kali, banjir lahar hujan tiga kali, letusan
gunung api dua kali, dan satu kejadian pandemi yang telah berlangsung sejak 2020. Sedangkan
wilayah di DIY yang terdampak paling besar atas bencana alam adalah Kabupaten Kulon Progo
yang mengalami 452 kejadian atau sebesar 25%.
Bahkan kejadian terbaru bencana alam, hidrometeorologi terjadi di Gunungkidul pada 19
November lalu. Cuaca ekstrem yang terjadi, yaitu hujan deras yang mengguyur wilayah
Gunungkidul telah menyebabkan tanah longsor dan 2 (dua) orang meninggal dunia. Menurut
data BPBD Gunungkidul, sebanyak 58 warga berada dlam pengungsian, terdiri terdiri atas 12
kepala keluarga, 34 dewasa, 17 anak-anak, dan 19 lansia. Sebagian besar pengungsi berasal
dari dua rukun tetangga di Pedukuhan Blembem. Berdasarkan data BPBD Gunungkidul terjadi
bencana hidrometeorologi di lima kecamatan/kapanewon, yakni Semin, Karangmojo, Nglipar,
Ngawen, dan Patuk dan sebanyak 1.446 warga terdampak dan jalan, jembatan terputus serta
rumah rusak.
"Potensi bencana yang cukup besar ini perlu menjadi perhatian kita semua," kata dia.
Ia merinci penanggulangan
bencana yang meliputi sebelum bencana terjadi (mitigasi) kegiatan saat bencana terjadi
(perlindungan dan evakuasi) kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan
penyelamatan) kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi) perlu dilakukan secara cepat, tepat, sinergis dan komprehensif antar
stakeholder.
Belajar dari gempa DIY tahun 2006 dan bencana di wilayah rawan yang menelan ribuan korban
jiwa meninggal dunia dan banyak orang kehilangan harta benda dan kerabat, Fraksi Partai
Golkar DIY mendorong sejumlah rekomendasi.
"Optimalisasi mitigasi bencana terhadap wilayah rawan bencana di DIY dengan
peringatan dini dan membangun kesadaran masyarakat tentang kebencanaan," kata Rani.
Lalu perlunya sosialiasasi edukasi dan informasi tentang potensi bencana di DIY perlu terus dimasifkan kepada masyarakat termasuk terhadap anak-anak khususnya di wilayah rawan bencana. (Cak/Rls)
Post a Comment