Bukti Tolak Angin Aman Konsumsi, BPOM Terbitkan Surat Edaran Ini
WARTAJOGJA.ID : Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM) menyatakan produk cair dari Sido Muncul tidak mengandung 4 pelarut. Hal tersebut disampaikan melalui surat edaran yang diterbitkan Rabu (2/11) lalu
Seperti diketahui, masyarakat sempat resah akibat pemberitaan adanya obat sirop yang mengandung senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Kandungan tersebut dicurigai bertanggung jawab atas 99 kasus kematian anak akibat gagal ginjal akut.
Terkait isu ini, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul TBK, memastikan produk Tolak Angin yang berbentuk sirop merupakan jamu yang yang ekstraknya sudah cair dan tidak mengandung EG-DEG.
Tolak Angin tidak pernah sekalipun menggunakan zat pelarut yang biasa digunakan pada produk farmasi yang berbentuk cair.
"Kita tidak pakai pelarut. Kita hanya menambahkan madu dan air di produk cair, jadi tidak pakai pelarut," tegas Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dalam konferensi pers Sabtu (5/11).
Melalui surat keterangan BPOM tertanggal 2 November 2022 tersebut, tercantum bahwa produk sirop atau cairan obat Tolak Angin tidak menggunakan bahan tambahan Polietilen Glikol, Propilen Glikol, Sorbitol, dan Gliserin/Gliserol.
Irwan Hidayat pun memastikan bahwa kasus obat sirop mengandung zat berbahaya EG-DEG ini tidak memengaruhi kinerja penjualan produk Sido Muncul, termasuk Tolak Angin.
"Tidak berpengaruh kepada penjualan," kata Irwan.
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat tunjukan surat edaran BPOM terkait produk cair Sido Muncul tidak mengandung empat pelarut dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (5/11/2022) |
Irwan memastikan produk Tolak Angin tidak menggunakan dan tidak mengandung EG dan DEG karena sudah dilakukan screening test dalam tahapan produksinya.
Adapun screening test yang dilakukan Sido Muncul terdiri dari dua tahapan yaitu bahan baku dan saat sebelum packing.
Dalam dua tahapan tersebut, Sido muncul akan melakukan screening pada fertilizer, pupuk, pestisida, logam berat dan DNA babi (untuk kehalalan). Namun sejak adanya peristiwa obat cair yang mengandung EG dan DEG, Sido Muncul mengambil langkah untuk melakukan tes tambahan EG dan DEG dalam setiap tahapannya.
"Sejak peristiwa dari Kemenkes yang melarang sirup itu, kami melakukan tes apakah ada Etilen Glikol dan Dietilen Glikol. Jadi kami melakukan tes tambahan yang keenam ini. Setiap batch (produksi)-nya bebas dari EG den DEG," terang Irwan.
Irwan menjelaskan zat pelarut Polietilen Glikol, Propilen Glikol umumnya digunakan pada perusahaan farmasi, bukan perusahaan produksi jamu seperti Sido Muncul. Dengan begitu, ia kembali menegaskan produknya tidak menggunakan zat tersebut.
"Kita nggak pakai pelarut, karena semua pabrik jamu menurut saya nggak pakai pelarut karena ekstraknya cair. Kalau cair nggak perlu pakai pelarut," tambah Irwan.
Dalam kesempatan tersebut, Irwan menjelaskan, meski produknya dipastikan aman, sejak larangan penjualan obat sirup oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sido Muncul langsung mengambil tindakan sigap untuk melakukan tambahan tes atau screening untuk seluruh batch produk siropnya.
"Sejak adanya peristiwa Kemenkes yang melarang sirop itu, kami melakukan tes apakah ada etilen glikol dan dietilen glikol. Ini kami lakukan tambahan tes yang keenam, dan dipastikan di setiap batch-nya bebas," jelasnya.
Pengetesan atau screening untuk memastikan masyarakat bahwa produknya aman dilakukan menggunakan mesin GC FID (Gas Chromatography Flame Ionization Detector). Mesin ini akan mengetes produk Sido Muncul lebih cepat dibandingkan alat sebelumnya.
Tidak sampai di situ, Irwan pun berencana menggunakan mesin pengetes etilen glikol dan dietilen glikol yang lebih canggih, yaitu GC FID Head Space. Mesin ini dibeli langsung dari Amerika Serikat seharga Rp 1,5 miliar.
"Ini nanti kalau screening cepat sekali, mungkin setengah jam selesai. Tapi kita sekarang melakukan terus pakai GC FID. Alatnya ini untuk mengetes setiap batch-nya kalau ada kasus ini, kita bisa dalami," jelasnya.
"Kita screening bahan baku dari supplier, kita ada lima screening yaitu fertilizer, pestisida, aflatoksin, logam berat, DNA babi, cemaran mikroba, terus ditambah dietilen glikol dan etilen glikol. Nanti setelah diproses dan diproduksi, sebelum masuk packing itu kita cek lagi," pungkas Irwan. (Cak/Rls)
Post a Comment