Penyakit DM Masih Menjadi Perhatian Program JKN
WARTAJOGJA.ID : Penyakit Diabetes Mellitus masih menjadi perhatian dalam pembiayaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pasalnya, 537 juta orang dewasa usia 20-79 tahun hidup dengan diabetes.
Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030. Dan di Indonesia, kurang lebih 20 juta orang dewasa hidup dengan diabetes.
Penyakit Diabetes Mellitus menyumbang 6,7 juta kematian tahun 2021. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya promotif preventif untuk pencegahan dan intervensi terhadap penyakit Diabetes Mellitus.
Hal tersebut
diungkapkan oleh Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan, Lily Kresnowati saat
menjadi narasumber dalam kegiatan 4th
Asia-Pasific Partnership On Health And Nutrition Improvement (APHNI) Scientific Session "Indonesian Health
Financing Strategies In The Management Of NonCommunicable Diseases” di The
Rich Jogja Hotel, Rabu (26/10).
“Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perorangan, jadi yang masuk dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah upaya kesehatan perorangan. Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Yang dijamin era JKN adalah UKP berupa
pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan,” kata Lily.
Lily juga
menambahkan sesuai Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 juga dinyatakan bahwa
manfaat dalam Program JKN itu yang tidak dijamin adalah pelayanan yang sudah
ditanggung dalam program lain. Jadi program-program yang telah dibiayai oleh
pemerintah melalui UKM, tidak dijamin lagi oleh JKN.
Dipertegas lagi
dengan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2019 bahwa yang masuk dalam
pelayanan promotif preventif di JKN adalah UKP, meliputi skrining riwayat
kesehatan, pelayanan penapisan atau skrining kesehatan tertentu, Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dan Program Rujuk Balik (PRB).
“Skema promotif
preventif menganut Three Level So
Prevention yaitu Primary Prevention
dimulai dari skrining riwayat kesehatan, jika ditemukan ada faktor risiko maka
yang mempunyai faktor risiko sedang maupun tinggi akan dilanjutkan ke Secondary Prevention, jika yang tidak
berisiko akan dikembalikan lagi ke FKTP,” ungkap Lily.
Diapun menambahkan pada pasien yang berisiko akan kita lanjutkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. “Jika banyak yang bilang saya bayar BPJS itu rugi karena tidak pernah pakai, saya tidak sakit, saya sehat-sehat saja.” Maka kami sampaikan bahwa manfaat JKN juga termasuk bagi orang sehat yaitu caranya dengan melakukan skrining riwayat kesehatan.
Akses skrining riwayat kesehatan dapat
dilakukan melalui Aplikasi Mobile JKN, Website BPJS Kesehatan dan Chat
Assistant BPJS Kesehatan (CHIKA). Jika dari hasil skrining ada faktor risiko
maka akan dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mencegah terjadinya penyakit
atau mencegah memberatnya penyakit. Jadi ini manfaat JKN yang diperoleh oleh
orang yang baru berisiko.
Lalu ada lagi
skrining DM, ini untuk penderita Diabetes Mellitus bisa melakukan pemeriksaan
laboratorium mulai dari gula darah, HBA1c dan seterusnya. Kemudian ada
pemeriksaan skrining kanker serviks
yaitu dilakukan melalui IVA atau Papsmear dan gratis dijamin BPJS
Kesehatan kemudian ada namanya skrining kanker payudara dilakukan melalui
pemeriksaan secara klinis (Sadanis).
“Kemudian untuk orang-orang yang sakit akan dilakukan Tertiary Prevention dengan program. Kita mempunyai dua program untuk orang-orang yang sakit kronis. Yang pertama adalah Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis), disini peserta JKN bisa mendapatkan konsultasi kesehatan, pemeriksaan penunjang (GDP, HbA1c, Kimia Darah), pelayanan obat, edukasi dan senam prolanis, pemantauan status kesehatan.
Yang kedua Program Rujuk Balik (PRB)
adalah pasien kronis yang telah ditangani oleh dokter spesialis di rumah sakit
dan dinyatakan sudah stabil lalu akan
dikembalikan ke FKTP untuk ditindaklanjuti. Jadi akan di monitor setiap
bulan dan mendapatkan obat kronis selama tiga bulan,” kata Lily.
“Harapannya skrining
riwayat kesehatan dan skrining DM dibutuhkan sebagai upaya preventif untuk
mendeteksi risiko Pre-Diabetes dan DM sedini mungkin agar dapat
ditindaklanjuti atau intervensi segera
oleh FKTP,” harap Lily.
“Bagaimana
strategi BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata?” tanya Yessi, mahasiswi Universiatas Alma Ata.
Lily menjawab,
pada tahun ini kami ada enam fokus badan. Yang terkait dengan pelayanan
kesehatan yaitu fokus pertama adalah
peningkatan mutu layanan, kemudian yang kedua sustainbilitas program JKN yaitu
keberlangusngan program. Mulai tahun 2021 BPJS Kesehatan sudah tidak defisit.
Sehingga kita bisa fokus pada mutu pelayanan. Yang keenam adalah kolaborasi dan
engagement kepada stakeholder. Ini adalah strategi yang
dilakukan oleh BPJS Kesehatan.
Untuk mengatasi
sustainabilitas, kami juga sudah fokus kepada perluasan akses terhadap
pelayanan kesehatan yaitu dengan penambahan atau memperluas kerjasama dengan
Fasilitas Kesehatan (Faskes) di seluruh Indonesia. Termasuk di daerah-daerah
yang tidak tersedia faskes yang belum memenuhi syarat, maka kami akan
mengupayakan agar layanan tetap terpenuhi bagi faskes yang berada di
sekitarnya.
Salah satu
peningkatan mutu layanan kami juga melakukan kolaborasi dan engagement dengan stakeholder. Kami melibatkan seluruh asosiasi faskes , Dinas
Kesehatan untuk sama-sama memastikan layanan kesehatan di daerah tersebut
berkualitas yaitu dengan melihat kepatuhan faskes, misalnya tanpa iur biaya,
tidak boleh diskriminasi, antrean online. Lalu ada informasi untuk melihat
jumlah tempat tidur yang tersedia, keterbukaan informasi ini untuk mempermudah.
Selain itu di Mobile JKN juga ada informasi Faskes.
JKN ini juga
sifatnya portabilitas artinya pemegang kartu JKN bisa berobat di tempat manapun
di Indonesia ini. Jadi sedemikian mudahnya, yang lain juga bisa telekonsultasi.
Jadi komunikasi atau konsultasi ke dokter cukup dari rumah dengan menggunakan
Mobile JKN. (Rls)
Post a Comment