Jelang Ramadhan, Ini Pesan MUI DIY Soal Covid-19 hingga Petasan dan Medsos
WARTAJOGJA.ID : Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikaan sejumlah pesan menyambut datanganya bulan Ramadan 1443 H
"Ramadhan kali ini kita menyambutnya dengan cara khas setelah dua tahun berlalu dengan pandemi yang mengkhawatirkan banyak orang," kata Ketua Umum MUI DIY Prof KH Machasin dalam konferensi pers di Kantor MUI DIY, Rabu (30/3).
Prof KH Machasin mengatakan akhir-akhir ini pandemi COVID 19 sudah kelihatan mereda dan karenanya kita boleh melakukan berbagai kegiatan ibadah berjamaah dengan tetap memperhatikan penjagaan kesehatan.
"Yang sedang sakit, batuk-batuk, bersin-bersin, suhu badan tinggi dan sebagainya agar tetap tinggal di rumah, tidak ikut dalam ibadah berjamaah atau berkumpul dengan banyak orang," kata dia.
Prof KH Machasin menambahkan
sehubungan dengan kemungkinan terjadinya perbedaan dalam penentuan awal Ramadan, MUI DIY mengajak semua umat Islam untuk menjaga ketenteraman dan persaudaraan.
"Perbedaan adalah hal yang alami dalam kehidupan masyarakat dan kalau disikapi dengan kedewasaan tidak akan menimbulkan kegaduhan dan persengketaan. Kita ingin bersama-sama dalam memulai puasa Ramadan, tetapi, karena sampai saat ini masih belum ditemukan cara yang disepakati untuk menyelesaikan perbedaan, kita sikapi perbedaan itu dengan masing-masing menghargai pendapat yang lain," katanya Prof KH Machasin.
MUI DIY menghimbau agar umat muslim di Yogyakarta menyambut bulan Ramadan dengan menggaungkan syi’ar Islam sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan harmoni, ketenteraman dan kenyamanan sesama warga.
"Karena itu, pemakaian pelantang suara semestinya dilakukan dengan mengikuti aturan yang berlaku. Kegembiraan berlebihan tidak diungkapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengganggu orang lain dan membahayakan diri sendiri seperti trek-trekan di jalan umum dan pembakaran petasan," kata Prof KH Machasin.
Tak lupa, Prof KH Machasin mengatakan bahwa dengan media sosial yang telah berkembang dengan teknologi yang makin cermat dan makin bagus telah membantu penyebaran informasi dan menjadi sarana belajar yang relatif murah dan mudah terjangkau.
Akan tetapi, orang dapat menggunakan media sosial itu untuk menyebarkan berita bohong, narasi penghinaan kepada orang maupun kelompok lain dan sebagainya yang berdampak pada keharmonisan masyarakat. Hal-hal seperti itu, yang lebih banyak mengaduk emosi daripada mengajak berpikir, ditengarai berakibat melemahnya kemampuan orang dalam membuat pertimbangan yang memadai dalam menerima informasi.
"Karena itu kami mengajak umat Islam untuk cermat dalam menerima berita dan menahan diri dari menyebarkan konten pesan yang belum pasti kebenarannya," kata dia.
Prof KH Machasin dan segenap jajaran MUI DIY pub mengajak agar kita sambut bulan Ramadan dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dalam bentuk tindakan yang patut dan bermartabat serta menjaga keberadaan Yogyakarta wilayah yang nyaman, berpenduduk toleran terhadap kepelbagaian dan menolak setiap kemunkaran.
"Kita rawat keindahan masa lampau dan kita buka pintu bagi impian masa depan dengan masa kini yang bermartabat. Kita perbanyak doa agar Indonesia dan umat manusia pada umumnya segera bebas dari pandemi dan bencana-bencana lain, serta terhindar dari kerusakan yang disebabkan perang atau konflik dan sejenisnya," pungkasnya. (Cak/Rls)
Post a Comment