Diskusi Kebangsaan, GKR Hemas Beberkan Peran Pemuda dalam Politik Masa Depan
WARTAJOGJA.ID: Komando Pejuang Merah Putih dan DPD RI DIY menggelar Kegiatan Diskusi Kebangsaan bertajuk Pemilih Pemula Penentu Masa Depan secara daring dan luring terbatas Sabtu (26/3).
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang hadir sebagai Keynote Speaker dalam diskusi itu mengapresiasi panitia yang telah menyelenggarakan diskusi ini.
"Apalagi tema yang dipilih menarik dan memantik semangat pemuda Indonesia yang sejak dulu andil menentukan arah masa depan bangsa," kata permaisuri Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengku Buwono X itu.
Hemas mengatakan sejarah Indonesia tidak mungkin dilepaskan dari kehadiran pemuda.
"Saya meyakini generasi sekarang telah banyak membaca sejarah Indonesia dari berbagai literasi yang ada. Dengan handphone, kita dapat berselancar dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi," kata Hemas.
Pemuda Indonesia selalu menjadi pelopor, penggerak, hingga penentu pemajuan bangsa.
"Pemuda Indonesia adalah Agen Pemajuan. Saya lebih cocok menyematkan Agen Pemajuan pada generasi muda Indonesia, lebih dari sekadar agen perubahan," kata Hemas.
Hal itu dibuktikan sejak zaman Kerajaan, Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945, Orde Baru 1966, dan Era Reformasi 1998.
Pada masa keemasan Majapahit, lanjut Hemas, kita mengetahui ada Gajah Mada. Panglima perang dan Mahapatih yang memiliki semangat cinta tanah air, menyatukan nusantara dengan Sumpah Palapanya.
"Berusia 18 tahun ketika memimpin pasukan Bhayangkara menyelamatkan Prabu Jayanegara dari pemberontakan. Bahkan di usia 28 tahun telah diangkat menjadi Patih Kahuripan," kata Hemas.
Lalu, lanjut Hemas, tahun 1908 lahir Budi Utomo. Organisasi mahasiswa STOVIA untuk saling bertukar pikiran dan gagasan bangkit dari keterpurukan kolonialisme.
Dr.Sutomo salah satu pendiri berusia 20 tahun ketika Budi Utomo dibentuk.
Kehadiran Budi Utomo menginspirasi organisasi kepemudaan di berbagai daerah, termasuk Perhimpunan Indonesia.
Hingga terjadi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kongres diselenggarakan oleh para pelajar SMA dan Mahasiswa dari seluruh wilayah nusantara.
Peran pemuda dilanjutkan pada 1945. Saat momen tepat, para pemuda mendesak Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi.
"Teman-teman mahasiswa dan pelajar tentu tidak asing dengan nama Wikana, Sukarni, Chairul Saleh, Asmara Hadi, Subadio Sastrosatomo, Sajuti Melik, dan lainnya," kata anggota DPD RI asal DIY itu.
Pasca kemerdekaan pun rasa nasionalisme pemuda tak padam Ketika melihat ketidakadilan, ketidakberesan, di situlah pemuda hadir merasakan betul denyut nadi kesulitan rakyat. Idealisme, keberanian, dan pemikiran kritis menjadi penyemangat memperjuangkan kepentingan rakyat. Munculah Tritura 1966 dan gerakan reformasi 1998.
"Hasil gerakan reformasi 1998 adalah dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pada amandemen ke-3 UUD 1945 tahun 2001. Maka sulit memisahkan DPD RI dengan mahasiswa dan pelajar karena berada di garis yang sama memperjuangkan kepentingan masyarakat dan daerah," kata Hemas.
Hemas mengatakan bahwa pemuda bukan sekadar pelengkap generasi di atasnya. Pemuda justru jadi pemain utama, agen pembangunan.
"Lantas apa peran pemuda era sekarang. Sama seperti pemuda di era-era sebelumnya. Tetap memiliki semangat sama mewujudkan cita-cita nasional melalui perannya masing-masing," kata dia.
Dewasa ini tantangannya menurut Hemas adalah kompetisi dengan kompetensi.
"Tentu tiap zaman memiliki tantangan berbeda, namun kini kesempatan lebih terbuka luas dan beragam. Bahkan pelaku seni dan ekonomi kreatif adalah generasi muda. Perusahaan start-up di Indonesia banyak dipimpin anak-anak muda," kata dia.
Di era 5G (five G), era disrupsi, perubahan begitu cepat. Perubahan tidak menunggu kita, tapi kitalah yang harus menyesuaikan atau bahkan kita menjadi inovatornya. Beberapa bidang sudah mulai digantikan oleh artificial intelegence.
Seperti yang kita lakukan saat ini.
"Pandemi “memaksa” kita akrab teknologi. Menjadi ancaman bagi yang tidak siap. Merupakan tantangan bagi yang terus meningkatkan skill and knowledge," kata dia.
Berbicara teknologi komunikasi dan informasi. Hemas mengatakan bangsa Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara yang aktif di media sosial. Dari sekitar 204 juta penduduk yang tersambung internet, ada 191 juta pengguna aktif media sosial. 43% di antaranya berusia di bawah 24 tahun atau Generasi Z.
"Besarnya jumlah generasi muda merupakan sumber daya yang perlu dioptimalkan. Menjadi tugas negara memberikan jaminan dan kesempatan bagi pemuda meningkatkan kompetensi agar mampu mengaktualisasi diri dan terlibat aktif dalam pembangunan. Itulah alasan kita memilih Demokrasi agar semua pihak memiliki hak dan kewajiban sama terhadap kemajuan bangsa ini," tegasnya.
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan demokrasi untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya di parlemen. Tahun 2024 Pilpres, Pileg, dan Pilkada akan diselenggarakan secara serentak.
"Generasi Y dan generasi Z pada Pemilu 2024 akan menentukan karena diperkirakan 40% suara akan diperebutkan para kontestan. Belajar dari Pemilu 2019, suara generasi Y sebanyak 34,2% dari total 152 juta pemilih. Tak jauh beda, di Daerah Istimewa Yogyakarta pun sekitar 45% dari 3 juta pemilih 2024 merupakan generasi Y dan Z," kata Hemas.
Hemas meyakini makin banyak anak muda tertarik pada politik. Mereka memahami melalui politiklah segala kebijakan negeri ini ditentukan.
"Kata siapa generasi muda a-politik. Sikap kritis dan lompatan pemikiran mereka yang terkadang kita sulit menjangkaunya," kata dia.
Hemas mengatakan tentunya dapat menjadi contoh bagi pemilih pemula/muda di provinsi lainnya untuk aktif mengawal pesta demokrasi berjalan baik secara prosedur dan substantif.
"Mempercayakan pilihan politiknya pada orang-orang yang telah terbukti kinerjanya. Dalam masyarakat yang peduli akan lahir pemimpin dan wakil rakyat yang peduli juga, begitu sebaliknya," kata dia.
Hemas meyakini sejatinya pemuda Indonesia mampu berperan lebih aktif sesuai kemampuan sebagai katalisator pembangunan terlihat makin nyata.
"Masa depan, harapan, dan kemajuan bangsa Indonesia ada di tangan anak-anak muda," tutup dia. (Cak/Rls)
Post a Comment