Cegah Malas Belajar, SD Muhammadiyah Kleco Ajak Orang Tua Kenali Tahapan Perkembangan Anak
WARTAJOGJA.ID: Rangkaian Milad ke-87, SD (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Kleco 1,2, dan 3 (SD Moeco 1,2, dan 3) menggelar Seminar Parenting dengan tema 'Membangun Jiwa Pembelajar Anak Pada Era Pandemi', di Hotel Ros In di Jalan Ringroad Selatan, Druwo, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (26/2/2022).
Tema Milad SD Moeco tahun ini adalah 'Bersinergi dan Berkolaborasi Bangkit Dari Pandemi Menuju Kleco Bercahaya'
SD Moeco memiliki 3 Kampus yakni Kampus 1 dan 3 berada di Jalan Nyi Pembayun Nomor 20, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Dan, SD Moeco Kampus 2 berlokasi di Jalan Tegalgendu Nomor 3, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta
Kepala SD Moeco 2 adalah Sandi Syapriyuda, S.IP., S.Pd., M.Pd. Sedangkan Kepala SD Moeco 1 dijabat oleh Hindun Yafa Chotijah, M.Pd. Dan, selanjutnya Kepala SD Moeco 3 dipercayakan kepada Siti Nurjannah Hartati, S.Pd.
Kegiatan ini menghadirkan Konselor dan Trainer Parenting asal Yogyakarta, Bunda Wening (Wening Wulandaru) yang menyampaikan materi parenting cara mendorong 'Anak Belajar Tanpa Dikejar-kejar'.
Dilanjutkan dengan pemaparan materi parenting 'Pentingnya Mengenali Tahapan Perkembangan Anak' oleh Abah Lilik (Fadli Riza Nur) yang dikenal sebagai seorang Motivator, Parenting Coach dan Counselor di Soulmate, Farahdi Center Training And Consulting, Forum ASA (Ayah Sahabat Anak) Community, Sekolah Ayah Bunda, Konselor dan Parenting Coach di Rumah Keluarga Indonesia, founder JIHE (Jogja Islamic Home Ecucation), founder Sekolah Ayahbunda, owner Omah Jejak Jiwa, owner Mulia Parenting Jogja, dan GiGa (Penggiat Keluarga) Indonesia Wilayah Yogyakarta.
Seminar ini sekaligus menyajikan Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas) terbaik dari 14 PTK yang berjudul 'Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Satuan Panjang Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Kleco' oleh Guru SD Moeco Rifatul Hidayah, S.Pd.
"Seminar ini bagi orangtua penting diberikan terlebih lagi pada masa Pandemi COVID-19 (Corona Virus Desease 2019) seperti saat ini. Sebab, kondisi sekarang yang memaksa siswa harus belajar dari rumah menuntut orangtua untuk bisa menjadi seorang guru bagi putra putrinya," ujar Sandi Sapriyuda.
Sandi mengharapkan, orang tua dapat memperoleh informasi baru bagaimana dalam mendampingi anak di rumah sehingga dapat tumbuh menjadi jiwa pembelajar. Orang tua harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah, supaya apapun kondisinya proses belajar itu tetap bisa berjalan.
"Untuk mencapai prestasi anak harus ada kerja sama antara orang tua dan guru (pihak sekolah). Orang tua jangan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab proses belajar anak kepada sekolah. Sebaliknya, guru atau sekolah harus mau menerima masukan dari orang tua," ungkapnya.
Sandi ingin kerja sama yang baik ini harus terus terjalin dengan erat. Dengan muara yang sama yaitu bertujuan untuk meningkatkan derajat pendidikan dan meraih prestasi tertinggi bagi anak didik atau siswa.
"Seminar hari ini dibarengkan dengan kegiatan SD Muhammadiyah Kleco Expo. Dalam pameran dipajang berbagai hasil karya siswa siswi selama pembelajaran masa pandemi, diantaranya berupa kerajinan tangan maupun karya seni lainnya," tuturnya.
"Rangkaian milad diawali dengan pembimbingan penyusunan penelitian oleh para guru pada Januari lalu. Puncak milad akan diselenggarakan pengajian akbar di Masjid Gede Mataram Kotagede pada Kamis 3 Maret 2022 mendatang yang juga dengan diisi dengan baksos (bakti sosial) pembagian sembako (sembilan bahan pokok) dan pengobatan gratis," imbuhnya.
Bunda Wening menjelaskan, orang tua selalu menginginkan anaknya memiliki banyak talenta (bakat) dan kemampuan. Namun, setiap anak pasti ada kekurangan. Sebagai orang tua, jangan lupa tetap harus bersyukur sebab setiap anak pasti juga mempunyai kelebihan. Hanya kelebihannya tentu berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya. Yang harus dihindari oleh orang tua adalah jangan membandingkan sang anak dengan anak lainnya.
"Setiap anak terlahir dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Orang tua tidak bisa memaksakan anak untuk dapat menguasai seluruh bidang, apalagi membandingkan dengan kemampuan yang dimiliki anak lain. Sudah menjadi tugas orangtua untuk mendidik dan memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi seorang anak," katanya.
Yang harus dipahami, kata Bunda Wening, bahwa belajar itu sepanjang hayat, belajar itu tidak mengenal waktu karena manusia hidup di dunia ini untuk belajar. Dimana saja dan pada siapa saja manusia itu harus belajar.
"Orang tua harus memiliki kunci ‘2 S’ terhadap anak, yakni Sabar dan Syukur. Sabar dalam merawat dan mendidik anak, serta selalu mengucap Syukur dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki buah hati," terangnya.
Menurut Bunda Wening, tugas orang tua mengajak anak untuk suka belajar, bukan memberikan tekanan atau paksaan. Orang tua harus bisa menjadi motivator bagi anak, tanpa harus melakukan tekanan dan paksaan kepada anak.
"Untuk mendidik anak, seorang orangtua harus terlebih dahulu menumbuhkan jiwa pembelajar. Semangat ini harus terus diberikan ayah maupun ibu di rumah kepada anak agar ia memiliki minat yang tinggi untuk belajar," jelasnya.
'Untuk menumbuhkan jiwa pembelajar maka orang tua pertama menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah. Jika orang tua menginginkan anak belajar maka seorang ayah maupun ini harus memberikan contoh terlebih dahulu, misalnya membudayakan kegiatan membaca di rumah," imbuhnya.
"Pada dasarnya anak itu adalah seorang peniru yang hebat, ia akan selalu menirukan yang dilakukan orangtua mereka di rumah. Apa yang anak lihat pada kebiasaan orang tua akan sangat mempengaruhi mindsetnya dalam bersikap dan bertingkah laku," ucapnya.
Narasumber berikutnya, Abah Lilik menerangkan, hidup manusia itu memiliki tahapan yang harus dilalui. Sebaiknya, orang tua menghindari untuk terlalu memaksakan kemampuan anak diluar fase yang seharusnya mereka lalui secara alamiah.
"Jadi, manusia hidup di dunia ini ada beberapa tingkatan yang harus dilalui. Begitu juga seorang anak dalam dunia pendidikan sejak dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-kanak), SD, SMP/A (Sekolah Menengah Pertama/Atas), dan PT (Perguruan Tinggi),“ katanya.
Menurut Abah Lilik, setiap anak mewakili zamannya. Pengasuhan anak zaman orang tua kita dahulu tidak bisa diterapkan untuk anak milenial zaman now (sekarang), dan orang tua harus siap dengan perubahan ini.
"Terdapat anggapan yang salah jika menilai mendidik anak sekarang lebih sulit dari pada anak zaman dahulu. Sebenarnya tantangan dalam mendidik anak itu sama beratnya, hanya perkembangan lingkungan dan perubahan sosial, ditambah dengan kemajuan teknologi dan media komunikasi yang membedakannya," jelasnya. (Ian)
Post a Comment