Klitih Kembali Merebak, MKGR DIY : Kuatkan Ketahanan Keluarga
WARTAJOGJA.ID : Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota budaya dan pelajar tercoreng kembali dengan kejadian klithih.
Klithih yang beberapa waktu ini marak kembali terjadi, setelah mengalami penurunan kasus sejak 2016-2017.
Dalam beberapa hari terakhir kasus klithih kembali marak. Bahkan beberapa tagar terkait klithih sempat menjadi trending di twitter, seperti #YogyaTIdakAman, #SriSultanYogyaDaruratKlithih.
"Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat DIY merasa tidak aman dan nyaman khususnya di malam hari," kata Ketua Gerakan Perempuan (GePe) Ormas MKGR DIY Novia Rukmi dalam siaran pers Senin (3/1).
Novia mengatakan Klithih yang berkembang saat ini sebenarnya adalah aksi geng motor jalanan yang cenderung mengarah pada tindakan kriminal yang aktivitasnya dilakukan pada malam hari.
"Hal ini menjadi keprihatinan kita semua karena pelakunya adalah usia pelajar. Bahkan kesadisan dan kebiadaban klithih sudah dinilai diluar batas nalar mengingat pelakunya adalah anak-anak di bawah umur," kata Novia.
Namun tindakan yang dilakukan dengan niat untuk mencelakai orang lain bahkan membunuh menjadikan klithih sebagai tindakan sadis, brutal dan bar-bar yang mencederai DIY sebagai kota budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya.
Fenomena klithih tidak bisa dilepaskan dari beberapa aspek yang menyebabkannya. Pertama, adalah melemahnya nilai-nilai ketahanan yang ada dalam keluarga. Fungsi dan tangungjawab keluarga mengalami pergeseran nilai. Kasih sayang keluarga yang semula diberikan dalam bentuk pengasuhan, pendidikan, kasih sayang, dan perhatian bergeser pada bentuk materialistis.
"Membelikan sepeda motor dan boleh menggunakan sebelum masanya menjadikan anak memperoleh akses dan kemudahan untuk pergi sampai malam bahkan sampai dini hari karena lemahnya pengawasan keluarga menjadikan pelajar rentan terpapar klithih. Kedua, sekolah perlu melakukan deteksi dini, pengawasan dan regulasi yang ketat untuk membatasi anak-anak kongkow pada jam belajar dan penggunaaan sepeda motor ke sekolah," tegas Novia.
Adpaun yang ketiga, Masyarakat, perlu mempunyai kepedulian terhadap permasalahan anak-anak remaja karena remaja itu adalah anak-anak kita juga. Keempat, Pemerintah dan aparat penegak hukum perlu serius menangani permasalahan klithih dari hulu sampai hilir.
Gerakan Perempuan (GePe) Ormas MKGR DIY merupakan bagian dari Organisasi Masyarakat Musyawarah Kekeluargaan dan Gotong Royong (Ormas MKGR) yang merupakan salah satu ormas yang pada awalnya mendirikan Partai Golkar.
Pada hari ulang tahun Ormas MKGR ke 62 yang jatuh pad 3 Januari 2022, Gerakan Perempuan Ormas MKGR DIY, mengutuk keras perilaku dan pelaku klithih yang mengakibatkan cidera atau hilangnya nyawa orang lain. Penanganan Klithih harus dilakukan secara komprehensif dan tegas dengan melibatkan sinergi antar seluruh stakeholder yang ada di DIY melalui aparat penegak hukum perlu menindak tegas pelaku klithih dengan tetap mengedepankan Perlindungan Hak Anak yang berhadapan dengan Hukum serta sering melakukan tindakan perventif, yaitu patroli untuk pencegahan Klithih.
"Keluarga, lebih mengedepankan pengasuhan dan pendidikan di dalam keluarga dengan penuh perhatian dan kasih sayang dan Sekolah perlu melakukan deteksi dini, pengawasan dan pendampingan kepada anak-anak yang ditengarani terpapar klithih maupun aktivitas yang dianggap menyimpang serta pengawasan secara tegas dan ketat dalam penggunaan sepeda motor ke sekolah," kata dia.
Pemda DIY juga didorong MKGR melakukan optimalisasi dan percepatan pelaksanaan Perda DIY nomer 7/2018 tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga, agar pengarusutamaan ketahanan keluarga menjadi rujukan strategi pembangunan untuk mewujudkan keluarga yang tangguh baik fisik, material, psikis, mental spiritual untuk mandiri dan mampu mengembangkan keluarga yang harmonis, bahagia, sejahtera lahir dan batin. (Cak/Rls)
Post a Comment