Jalan Budaya PDI Perjuangan DIY melalui Festival Gamelan Jaga Rasa Kanggo Bangsa
Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Totok Hedi Santosa menjelaskan soal Jalur Budaya di Kantor DPD PDI P DIY Jumat (21/1) |
WARTAJOGJA.ID - Sebagai rangkaian HUT ke-49 PDI Perjuangan, DPD PDI Perjuangan DIY melalui Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DIY menyelenggarakan festival gamelan sejak 23 Januari sampai 29 Mei 2022.
Festival gamelan bertajuk Jaga Rasa Kanggo Bangsa ini diadakan secara bauran atau hybrid di Rumah Budaya kantor DPD PDI Perjuangan DIY setiap Minggu malam. Secara daring, festival gamelan Jaga Rasa Kanggo Bangsa ini bisa disaksikan di YouTube Channel milik Media PDI Perjuangan DIY atau https://bit.ly/jagarasa01.
Festival gamelan Jaga Rasa Kanggo Bangsa diikuti 20 kelompok karawitan di empat kabupaten dan kota di DIY. Selain itu, sebagai bentuk keterlibatan PDI Perjuangan dalam proses belajar, maka kelompok karawitan dari siswa-siswi SMKI Yogyakarta juga akan tampil.
Tidak hanya karawitan, festival gamelan ini juga akan menyuguhkan penampilan yang lebih kontemporer dengan kelompok orkestra gamelan dari mahasiswa dan alumni ISI Yogyakarta.
Para penyaji dalam festival gamelan ini akan menampilkan karya klasik, dolanan serta aransemen dan komposisi baru.
“Diharapkan dengan diselenggarakannya festival ini akan semakin tumbuh generasi pelestari dan pengembang musik gamelan,” ujar Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Totok Hedi Santosa.
Terlebih, UNESCO dalam sidang komite pada 1 sampai 5 Desember 2019 di Paris, telah mengakui dan menetapkan gamelan sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia.
“Tentu ini sesuatu yang pantas disyukuri dan sangat membanggakan. Sebagaimana kita bangga pada pengakuan UNESCO pada warisan budaya asal Indonesia seperti wayang kulit, batik, keris, noken, tiga genre tari bali, pinisi, angklung, pencak silat, tari Saman,” ucapnya.
Menurut Totok, PDI Perjuangan sebagai bagian dari masyarakat bertekad untuk bekerja sama dengan masyarakat luas menjaga kebanggaan tersebut dengan ikut terlibat dan siap berada di garis depan untuk melestarikan, mengembangkan, dan memajukannya.
Ia juga tidak menampik upaya ini tidak mudah sebab ada berbagai tantangan dan hambatan. Namun, ia meyakini, sekalipun jarang diberitakan, aktivitas nggamel banyak didapati di pelosok-pelosok kampung.
“Memang, generasi muda banyak yang tidak tertarik dalam aktivitas tersebut. Justru hal tersebut yang menarik perhatian kami untuk secara berkelanjutan mengadakan festival agar mereka tertarik melakukannya. Karena tak kenal maka tak sayang,” tutur Totok.
Tema yang diusung dalam festival gamelan kali ini juga sarat makna. Jaga Rasa Kanggo Bangsa diartikan sebuah upaya berkesenian, berkebudayaan, dan bernegara dengan tidak hanya mengagungkan rasio akan tetapi juga menggunakan rasa untuk mewujudkan keharmonisan dalam berelasi dengan sesama, alam, dan Tuhan YME.
Sebab, dari gamelan orang bisa belajar tentang sesuatu yang berbeda-beda dalam balutan harmonisasi shingga menciptakan keindahan. Selanjutnya, keharmonisan itu juga yang akan menjamin kebersamaan dalam perbedaan untuk menuju Indonesia Raya. (Cak/Rls)
Post a Comment