Peran Remaja Masjid dalam Menggelorakan Literasi Digital
Pekalongan – Remaja masjid dan mushola merupakan salah satu pilar penting bagi generasi muda. Mereka mempunyai peran untuk menanamkan moderasi beragama, dan diharapkan punya kecakapan literasi digital dalam menghadapi era transformasi digital. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Prima DMI Provinsi Jawa Tengah Ahsan Fauzi ketika mengisi kegiatan webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, dengan tema “Pentingnya Literasi Digital dalam Peningkatan Kapasitas Remaja Masjid/Mushola di Era Pandemi”, Kamis (2/12/2021).
Di era digital, semua orang dapat dengan mudah menyampaikan informasi. Dengan meningkatnya pengguna internet setiap tahun yang terdiri dari beragam latar belakang maka harus ada batasan tertentu dalam menggunakan media digital. Penggunaan media digital yang mengabaikan nilai persatuan dan perbedaan dapat memunculkan ancaman disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu diperlukan etika digital untuk mencegah dan meminimalisir ancaman tersebut.
“Dengan etika, Indonesia yang dikenal sebagai warga negara yang ramah tentunya bisa diwujudkan juga ketika berada di ruang digital. Secara sederhana etika digital itu dapat menyeimbangkan hak dan tanggung jawab, menggunakan bahasa yang benar dalam komunikasi, serta menimbang baik dan buruk sebelum bertindak,” ujar Ahsan Fauzi kepada seratusan peserta webinar.
Etika, kata Ahsan Fauzi, tidak hanya tentang kepantasan melainkan juga menyangkut pertanggungjawaban karena tanpa etika saat berinteraksi di media sosial dapat mendatangkan kemudharatan. Misalnya tersebarnya hoaks, ujaran kebencian, serta perlakuan perundungan siber.
Terkait hoaks sendiri, dalam ajaran Islam telah dijelaskan dalam Alquran surat Alhujurat ayat enam. Pada intinya, ketika menerima informasi seseorang harus melakukan tabayyun atau verifikasi dan evaluasi sebelum disampaikan lagi ke khalayak. Larangan menyebarkan hoaks juga dijelaskan dalam surat Annur ayat enam belas, bahwa tidak pantas bagi seseorang menyampaikan informasi bohong atau tidak sesuai dengan kebenaran.
“Remaja masjid dan takmir harus cerdas bermedia. Etika perlu diterapkan, jangan sampai media yang harusnya bisa menjadi media untuk mendidik, berdakwah, dan menyampaikan kebaikan justru menjadi malapetaka. Jika etika digital tidak diterapkan maka akan terjadi tindakan perundungan, berita palsu, pelecehan seksual, pornografi, ujaran kebencian di dunia digital,” pesannya kepada para generasi muda, khususnya remaja masjid dan mushola.
Sementara dari sisi budaya digital Sekretaris Bidang Remaja Masjid Agung Jawa Tengah Hery Nugroho menjelaskan bahwa untuk menciptakan ruang digital yang nyaman, maka teknologi dan media digital harus digunakan dengan bijak. Misalnya dengan membuat konten-konten yang bermanfaat, yang mengandung kebaikan, persaudaraan, pengetahuaan, ketakwaan, dan tiada ujaran kebencian.
Bijak bermedia dalam fatwa MUI mengajurkan agar media digital digunakan untuk berdakwah, menjalin silaturahmi, dan tabayyun atau memverifikasi konten dan informasi.
“Dalam budaya digital remaja masjid dan mushola diajak untuk mampu memahami bahwa ruang digital diisi oleh orang yang sangat beragam latar belakangnya sehingga nilai-nilai toleransi dan ukhuwah mestinya diterapkan. Pengguna perlu memahami bahwa perbedaan di ruang digital perlu disikapi dengan bijak, tidak mengunggah atau berkomentar dengan kalimat yang mengandung intoleransi,” kata Hery Nugroho.
Peran remaja masjid dan muholla dalam literasi digital adalah untuk menjadi model dalam penggunaan digital untuk pengembangan diri, menjadi duta dalam penggunaan internet untuk pengembangan diri, serta terus menebarkan penggunaan internet yang bermanfaat.
“Remaja masjid dapat menangkap peluang dalam menciptakan start up sebagaiman dilakukan oleh tokoh-tokoh dari generasi Y yang telah mewujudkan bahwa teknologi dapat digunakan untuk hal bermanfaat dan menghasilkan nilai ekonomi. Dengan berbagai fasilitas digital yang berlimpah, para pemuda dapat menggali potensi diri dan meningkatkan keterampilannya untuk meraih remaja masjid yang berdaya,” tutupnya.
Dalam webinar yang dipandu oleh Niken Pertiwi (Content Creator) ini juga dihadiri narasumber lainnya yaitu Jafar Ahmad (Direktur Lembaga Survei IDEA Institute Indonesia), Nyarwi Ahmad (Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies), serta Riska Yuvista (Miss Halal Tourism 2018) sebagai key opinion leader.
Webinar literasi digital ini merupakan bagian dari gerakan nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk seluruh masyarakat Indonesia. Kompetensi literasi digital dirangkum Kementerian Kominfo dalam empat pilar literasi digital yaitu digital ethic, digital skill, digital safety, digital culture. Literasi digital menjadi pondasi penting untuk menghadapi transformasi digital yang berlangsung saat ini. (*)
Post a Comment