Internet Sebagai Sarana Membangun Peradaban Lebih Baik
REMBANG: Teknologi internet semakin akrab dalam masyarakat Indonesia. Terlebih lagi dalam masa pandemi Covid 19 hampir dua tahun ini, hampir semua masyarakat bertransformasi dari manual ke digital.
"Internet dimanfaatkan nyaris untuk semua bidang keseharian kita, dari membantu aktivitas keseharian seperti komunikasi, bekerja, sekolah belanja, maupun sekedar mencari hiburan dan bersosialisasi," kata Edi Saputra, dosen Universitas Jambi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Pentingnya Keterampilan Komunikasi Dalam Paradigma Pendidikan di Era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu (1/12/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Edi mengatakan ketergantungan terhadap layanan internet sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 73,7 persen atau sudah dapat diakses oleh 196, 71 juta penduduk Indonesia pada 2020 lalu.
"Mayoritas pengguna internet itu generasi Y dan Z," kata Edi Saputra.
Namun ada catatan soal index literasi digital generasi ini. Di mana anak muda yang termasuk dalam kelompok Gen Y yakni usia 23 sampai 28 tahun dan Gen Z atau usia 13 sampai 22 tahun memiliki indeks literasi digital yang lebih tinggi daripada kelompok usia genetik 39 sampai 45 tahun dan Baby Boomer di atas 55 tahun.
Namun, lanjut Edi, aktivitas digital yang tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik berpotensi memunculkan berbagai bentuk kejahatan dalam dunia maya. "Seperti hoaks dan ujaran kebencian, konten radikal dan pornografi. Juga penipuan serta pencurian data hingga serangan cyber," ungkapnya.
Walaupun berbagai platform layanan sudah menerapkan fitur keamanan yang tinggi, kata Edi, namun kendali terhadap keamanan digital tetap di tangan pengguna. "Aktivitas paling banyak dilakukan pengguna internet di Indonesia adalah komunikasi melalui aplikasi chat 29,3 persen diikuti dengan komunikasi melalui media sosial 24,7 persen," urai Edi.
Meski begitu, imbuh Edi, komunikasi digital mutlak diperlukan termasuk dalam bidang pendidikan. Kompetensi komunikasi akan menentukan kualitas kita membangun hubungan keluarga teman atau relasi kita lainnya.
Narasumber lain webinar itu, staf khusus MPR RI Atang Irawan
menyebut pentingnya etika dalam dunia maya yakni bahwa pengguna Internet berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki budaya bahasa adat istiadat yang berbeda-beda. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
"Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anymous, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi," kata Atang.
Untuk itu, menurut Atang, etika digital penting karena berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk bertindak sesuka hati. Seperti misalnya ada juga yang berkaitan dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan yang merugikan orang lain.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber dosen Universitas Multimedia Nusantara Rismi Juliadi, trainer matematika nasional Andri Suryawan, serta dimoderatori Nabila Nadjib dan Mohwid sebagai key opinion leader. (*)
Post a Comment