Tips Jitu Netizen: Jangan Hiraukan Aplikasi Nyeleneh, lalu Segera Lapor ke Patrolisiber
Boyolali: Makin berjejalnya pelaku interaksi di dunia digital memaksa kita untuk semakin waspada. Maklum, tak semua berniat positif. Tak sedikit yang memang berniat menjadi penjahat siber. Tidak main main, sepanjang Januari 2019 s.d. September 2020 saja, menurut catatan Patroli Siber, sudah ada 3.000 kasus laporan kejahatan siber. Dari jumlah itu, 1.617 kasus adalah penipuan online dengan nilai kerugian mencapai Rp 49,92 miliar.
Bukan angka yang kecil, tentu saja. Padahal, semua itu bisa dicegah kalau dalam berinteraksi di ruang digital kita paham beberapa tips jitu dan berhati-hati saat berinteraksi sebagai netizen. ”Sebab, semakin hari populasi netizen kita semakin bertambah. Hingga 2021 saja, sudah ada 202 juta warga netizen yang terhubung dengan internet. Jadi, kalau kita hendak klik aplikasi seperti edit foto atau aplikasi pembuat video, tapi syaratnya nyeleneh, jangan dihiraukan,” kata Zulhan Arif, seorang content writer dan penerjemah.
Syarat nyeleneh itu, lanjut Zulhan, di antaranya meminta nama ibu kandung atau minta nomor smartphone, atau bahkan rekening bank kita. Terhadap permintaan nyeleneh seperti itu, selain jangan menghiraukan, kalau perlu laporkan aplikasi yang kemungkinan sudah dimodifikasi pelaku kejahatan ke situs laporan tindak kejahatan digital seperti patrolisiber.id atau lapor.go.id..
”Melaporkan tindak kejahatan itu penting agar tradisi tak mendiamkan diri menjadi korban kejahatan siber bisa ditindak oleh pihak berwenang. Dan tentu, bisa ditindak untuk mempersempit ruang gerak mereka di ruang digital yang tak terbatas,” saran Zulfan Arif, saat tampil sebagai pembicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021).
Membahas topik seru: ”Tips Jitu Menjadi Netizen yang Baik”, webinar dibuka dengqan keynote speech dari Presiden Joko Widodo, dilanjut dengan pesan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Dipandu moderator Ayu Perwari, diskusi virtual yang diikuti 400-an peserta dari lintas profesi dan generasi, ini menghadirkan empat pembicara. Selain Zulhan Arif, ada Athif Titah Amithuhu, content writer dari ceritasantri.id; Ody Dasa, entrepreneur; Abdulrochim, redaktur langgar.co, serta musisi Firman Putra Suaka sebagai key opinion leader.
Zulhan menambahkan, yang sering berulang dan memunculkan banyak korban adalah penipuan digital dalam transaksi jual beli online. Ini paling sering, karena pembeli tergoda pada harga produk yang kelewat murah, tapi ketika dicek tokonya menolak. Sering juga kalau di minta video call untuk update barangnya, akan menolak dengan banyak alasan.
”Kalau ketemu penawaran semacam itu, saran saya segera abaikan. Daripada kalau dipaksa transfer biasanya barangnya akan tak sesuai harapan, atau barang malah tak dikirim ke alamat. Jadi, daripada boncos, mending hindari penawaran yang menggiurkan tapi berisiko semacam itu,” kata Zulhan.
Menyambung diskusi, entrepreneur digital Ody Dasa mengatakan, meski risiko kejahatan di ruang digital tak terperi, tapi banyak aplikasi bisa digunakan untuk menghindari. Dengan begitu, kita bisa jitu pula dalam memanfaatkan ruang digital secara positif. ”Banyak tantangan, baik kita yang di desa maupun di kota, bisa membangun interaksi kolaboratif untuk mewujudkan smart city dan smart village. Kita bikin konten dan produk yang unik dan inovatif,” ujarnya.
Ody menambahkan, kita juga bisa mendesain produk dengan mengintip tren di google trend di beragam platform, apa yang paling laku dan apa yang sedang dicari konsumen, baik di skala regional maupun global. Sesudah itu, bikin promosi yang efektif dan menarik di Instagram atau Youtube, kalau perlu ajak jago pembuat web (web develop) untuk bantu. Bisa juga belajar sendiri yang dipelajari di banyak konten Youtube.
”Dengan begitu, produk desa atau pinggiran kota, dengan bantuan medsos bisa go digital dan dikenal lebih luas, serta menjadi tantangan usaha di banyak kalangan, khususnya kum muda kita. Bisa dibangun kolaborasi bikin makanan ringan dengan beragam rasa, melibatkan ibu-ibu tetangga yang jago masak. Dikemas menarik dan posting di marketplace, maka peluang itu makin bisa menghidupi kita dan banyak tetangga,” saran Ody Dasa, berbagi pengalaman. (*)
Post a Comment