Tips Aman dan Cara Jitu Mencari Informasi di Ruang Digital
Cilacap – Pandemi Covid-19 menjadi kondisi yang membatasi ruang gerak masyarakat, akan tetapi kehadiran teknologi membantu masyarakat menghadapinya dengan cara virtual. Beraktivitas secara virtual untuk sebagian besar kegiatan harian mungkin tidak pernah terbayangkan akan terjadi pada masyarakat hari ini.
Karena itu, untuk bisa beradaptasi dengan perubahan masyarakat didorong untuk mempercepat meningkatkan kecakapan literasi digital agar bisa bangkit dari kondisi pandemi. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021).
Empat pilar literasi digital yang meliputi digital ethic, digital skill, digital culture, digital safety dikupas oleh empat narasumber dalam tema diskusi “Bangkit dari Pandemi dengan Literasi Digital”.
Muhammad Bima Januri, Co-founder Localin, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi semakin intens interval di masa pandemi. Menurut data Hootsuite yang sering disampaikan dalam webinar, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu berinternet hampir sembilan jam dalam sehari. Pemanfaatan teknologi juga dipastikan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Melihat fakta tersebut maka media digital hendaknya dapat dimanfaatkan secara lebih maksimal. Dengan membangun digital present salah satunya, mengubah media sosial sebagai resume online dan personal branding baik untuk diri sendiri atau produk maupun jasa.
Meningkatkan engagement di ruang medsos untuk mengguritakan jejaring sosial, yang mungkin suatu saat bisa menjalin kolaborasi untuk membuat karya. Serta memanfaatkan media digital untuk meningkatkan keterampilan, mengikuti pelatihan, bootcamp online, dan kegiatan yang dapat mengembangkan potensi diri.
Ketika membangun branding di ruang digital, maka harus memperhatikan keamanannya pula. Salah satunya mengamankan dan memproteksi identitas digital sebagai pengguna platform media digital. Identitas tersebut seperti keterangan profil akun, foto, dan nama akun. Tapi ada juga identitas atau data yang jangan sampai dibagikan kepada orang lain, seperti PIN, password, two factor authentication.
“Alasan menjaga identitas digital itu karena di ruang digital ini ada banyak sekali kasus kebocoran data. Meskipun pihak layanan penyedia platform sudah memberikan opsi fitur keamanan, namun tidak ada keamanan yang terjamin seratus persen. Meski begitu sebagai pengguna media digital tetap harus mengupayakan keselamatannya,” ujar Muhammad Bima Januri.
Pengguna media digital bebas memilih menggunakan identitas asli atau sebagai identitas digitalnya, ada tanggung jawab atas pilihan tersebut. Jangan sampai karena merasa anonim bisa berbuat semaunya di ruang digital. Amankan identitas utama e-mail yang digunakan untuk mendaftar akun.
“Buat password yang kuat, berbeda setiap platform, dan selalu menggantinya secara berkala. Gunakan fitur two factor authentication untuk keamanan ganda. Pilih hak akses aplikasi yang terinstal, jangan menggunakan aplikasi bajakan atau Mod. Hindari menggunakan jaringan publik gratis untuk bertransaksi karena rentan diretas,” jelasnya.
Sementara itu fasilitator komunitas, Ari Ujianto menambahkan ada salah satu kecakapan digital yang harus dikuasai oleh warganet, yaitu penggunaan mesin telusur sebagai basis dalam menemukan informasi untuk belajar.
“Secara sederhana menggunakan mesin telusur untuk mendapatkan informasi cukup dilakukan dengan menggunakan kata kunci yang tepat. Namun, ada cara-cara yang lebih efektif agar pencarian informasi bisa lebih sesuai dengan yang dibutuhkan,” kata Ari Ujianto.
Gunakan kata kunci dan tanda bintang ketika ingin mencari frasa atau kata yang tidak diingat. Menambahkan kata “Site:…” atau “Related:…” untuk menelusuri kata dan informasi pada situs web tertentu. Gunakan tanda kutip (“…”) untuk menelusuri frasa yang tepat, menambahkan tanda (-) untuk mengecualikan kata kunci tertentu. Atau ketika ingin mencari definisi dari sebuah istilah imbuhkan kata “define:…” agar informasi yang terindex juga sebagaimana yang diinginkan.
“Tapi dalam mencari informasi, kita bisa juga menemukan gangguan informasi seperti misinformasi, disinformasi, dan malinformasi sehingga sebelum menggunakan informasi untuk keperluan belajar atau lainnya pengguna juga harus mampu memilah informasi dengan melakukan verifikasi terlebih dahulu. Hal ini untuk meminimalisir penyebaran info yang salah atapun hoaks,” ujarnya.
Diskusi virtual kali ini dipandu oleh Fikri Hadil (entertainer) serta narasumber lainnya, Didin Sutandi (penulis dan jurnalis), Widiasmorojati (entrepreneur), serta (Adinda Deffy (new tv presenter) sebagai key opinion leader). (*)
Post a Comment