Strategi Jitu Pembelajaran di Era Digital: Penuhi Konten dengan Ide Kreatif
Sleman - Dalam konteks kekinian wacana tentang strategi dan model pembelajaran di era digital penting untuk diketengahkan. Sebab saat ini semua memiliki kemudahan dan dukungan teknologi digital yang memadai untuk pelaksanaan pendidikan.
Hal tersebut dikatakan oleh Peneliti Madya Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI, Evi Sopandi dalam webinar literasi digital dengan tema “Strategi dan Model Pembelajaran di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Selasa (23/11/2021).
Menurut Sopandi, realitas tersebut dapat dilihat dari mudahnya masyarakat memperoleh materi pelajaran melalui dunia digital. “Seperti melalui media sosial, Whatsapp Group, Youtube, Google, dan layanan sejenisnnya dengan perangkat gadget dan internet,” katanya.
Sopandi mengatakan, hal itu merupakan titik pijak bagi masyarakat untuk menempatkan kecakapan digital sebagai instrumen penting untuk dikembangkan dalam arena pendidikan itu sendiri.
“Dalam konteks inilah kita perlu membahas bagaimana strategi dan model pembelajaran di era digital dan dioptimalkan untuk pendidikan yang bermutu dan berkualitas,” tuturnya.
Menurut Sopandi ada beberapa model dan strategi untuk memperkuat kecakapan digital untuk pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas. Ia menyebut sekarang guru, dosen, siswa dan mahasiswa memiliki dukungan teknologi yang memadai dalam melaksanakan berbagai aktivitas, seperti ekonomi, sosial, budaya termasuk pendidikan.
“Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, kita dapat saksikan mudahnya pendidik dan peserta didik memperoleh materi pelatihan melalui perangkat smartphone dan internet,” ungkap Evi Sopandi.
Dengan menggunakan ponsel dan internet, kata Sopandi, berbagai informasi dapat dengan mudah didapatkan. “Lantas dimana posisi kecakapan digital untuk pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas? untuk kmerespon hal tersebut kita perlu memperhatikan beberapa hal,” katanya.
Salah satu yang mesti mendapat perhatian menurut Sopandi yakni mengenai konten. Ia berharap, dalam pembuatan koten tidak sampai mengarah pada unsur penghinaan atau intimidasi, SARA, rasis, porno, hoaks, ujaran kebencian, hingga fitnah.
“Upayakan lalu lintas informasi yang dihadirkan dalam pendidikan di arena digital mesti mengandung ide kreatif, inovatif, dan konstruktif bagi lingkungan bangsa dan negara,” ujarnya.
Narasumber lainnya, Kabid Pakis Kanwil Kemenang DIY, Buchori Muslim lebih menekankan pada etika digital. Ia menyebut interaksi di ruang digital perlu memerhatikan etika untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti hoaks dan radikalisme dan konten negatif lainnya.
“Kita perlu menghindari terlalu banyak membagikan hal-hal yang sifatnya pribadi dan tidak membagikan informasi yang belum tentu kebenarannya,” kata dia.
Buchori mengungkapkan etika yang perlu diterapkan lainnya adalah dengan meminta izin ketika akan mengunggah karya orang lain dengan mencantumkan sumber, begitupun ketika ingin mengunggah foto atau rumah milik orang lain karena itu adalah privasi orang.
Kemudian memperhatikan kenyamanan orang lain ketika merekam momen di tempat umum, jangan sampai pergerakan kita mengganggu kegiatan orang lain. “Gunakan Bahasa yang sopan ketika berinteksi di ruang digital. Tidak menyebarkan isu SARA, menghargai pendapat orang lain, serta tidak ikut menyebarkan informasi yang belum pasti kebenarannya,” pungkas Buchori.
Dipandu moderator Niken Pertiwi, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber lain yakni Ahmad Fauzi (Kasi PAIS Kankemenag Sleman), Iwan Gunawan (Praktisi Community Development), dan Miss Halal Tourism Indonesia 2018, Riska Yuvista, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment