Pentingnya Kemampuan Guru dalam Membuat Konten Digital Untuk Pembelajaran
Gunungkidul - Internet merupakan alat atau tools untuk belajar terutama sistem daring. Internet bisa untuk sumber informasi, perihal apa saja, termasuk materi pembelajaran, sumber ilmu pengetahuan dan konten yang bermuatan negatif serta positif.
Hal tersebut dikatakan oleh Founder Istar Digital Marketing Center, Isharsono dalam webinar literasi digital dengan tema “Metode Pembelajaran yang Efektif di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (10/11/2021).
Menurut Isharsono, karakteristik internet dalam pemanfaatan untuk belajar dan mengajar di antaranya internet mampu menjangkau siapapun. “Internet mampu menyimpan data apapun, dan dapat memunculkan data dengan mudah dengan keyword terindeks,” kata dia.
Isharsono mengungkapkan internet mampu menjangkau siapapun. setiap guru, dosen, pengajar pun dapat menyampaikan materi secara interaktif ke setiap anak didiknya dengan memanfaatkan sistem pembelajaran jarak jauh.
Selain itu, setiap guru, dosen, pengajar dapat menyampaikan materi pembelajarannya secara pasif dengan menyimpan materi tersebut pada platform yang mendukung.
“Untuk bisa melakukannya, terlebih dahulu dilakukan perekaman materi tersebut dan setiap anak didiknya dapat mengambil materi tersebut sewaktu-waktu cukup dengan membuka link berisi materi itu,” tuturnya.
Menurut Isharsono, dalam menjalankan sistem pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan platform digital ini, guru dituntut kreatif untuk membuat suatu konten. Kemudian juga membuat video mengajar per mata pelajaran dan video edukatif lainnya yang berkaitan dengan transfer ilmu ke siswa didik.
Guru juga selanjutnya mengupload konten di platform-platform yang mendukung seperti Youtube, atau website. Kemudian melakukan optimasi konten tersebut sehingga materi yang sudah dibuat dapat diakses mudah oleh tidak saja siswanya, tapi juga siswa lain di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk siswa juga harus bisa belajar secara mandiri dengan daring atau tanpa daring. Siswa juga harus ikut serta pembelajaran sistem daring atau pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan oleh gurunya.
“Siswa mengakses link yang diberikan gurunya untuk dilihat, ditonton, dibaca, dan dipelajari. Selain itu juga siswa mencari sumber pengetahuan lainnya dengan memanfaatkan mesin pencari di platform yang mereka sukai, dan sebagian besar adalah berupa video atau dari Youtube,” ujarnya.
Narasumber lainnya, Researcher Bismoko Rahadrian Suseno lebih menekankan pada etika digital. Menurutnya, siapapun tanpa terkecuali, etika online menggunakan internet harus menjunjung tinggi dan menghormati nilai kemanusiaan.
“Kemudian juga menjunjung kebebasan berekspresi, perbedaan dan keragaman, keterbukaan dan kejujuran, hak individu atau lembaga, hasil karya pihak lain, dan norma masyarakat serta tagggung jawab,” ujarnya.
Bismoko mengungkapkan etika digital membantu pengguna untuk membedakan mana yang buruk dan mana yang baik. “Etika digital juga dapat memilah mana yang berguna dan mana yang merugikan pada ruang digital,” ucapnya.
Adapun yang dimaksud etika digital yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquet dalam kehidupan sehari-hari.
Dipandu moderator Bunga Cinka, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Imam Wicaksono (Praktisi Pendidikan), Chirul Fajri (Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan), dan Akademisi S3 & Entrepreneur, Mohwid, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment