Menumbuhkan Literasi Digital Dari Dunia Pendidikan
KARANGANYAR: Dunia pendidikan merupakan area strategis untuk membangun kesadaran budaya literasi media.
"Dunia pendidikan akan mengkondisikan lingkungan fisik, ramah literasi sekolah dan dunia pendidikan yang mendukung budaya literasi akan memajang karya peserta didik di area sekolah," kata Ahmad Wahyu Sudrajat, peneliti yang juga pendidik PP Al Qadir Yogyakarta saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Membangun Budaya Literasi menuju Siswa Cakap Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Wahyu mengatakan literasi melalui dunia pendidikan memungkinkan siswa juga bisa mengakses buku dan bahan bacaan lain yang mendukung budaya literasi digital.
"Oleh sebab itu dunia pendidikan mesti bisa mengupayakan terciptanya lingkungan sosial dan tumbuhnya nilai afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literate," kata dia. Hal ini dibangun melalui komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah melalui berbagai kegiatan.
Seperti festival buku, lomba poster, menulis cerita fiksi dan lainnya.
"Upayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literate dengan memberikan alokasi waktu yang cukup untuk pemahaman literasi seperti memberikan waktu 15 menit bagi siswa untuk membaca," kata dia.
Selain itu mendorong siswa menuliskan kembali apa yang sudah dibaca. "Ajarkan pula hal penting yang kelak bermanfaat saat memasuki ruang publik juga digital, yakni berpikir sebelum menulis," kata dia.
Narasumber lain, Danu Anggada Bimantara selaku pegiat seni tradisi mengatakan, komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan kolaborasi dan interaksi.
Prinsip komunikasi digital menurutnya mengacu pada kesadaran, integritas, kebajikan, dan tanggung jawab. "Ini membawa kita agar selalu berpikir sebelum bertindak dan selalu tunjukkan sikap kolaboratif dan interaktif dalam ruang digital," kata Danu.
Adanya kesadaran dan tanggungjawab itu untuk menghindari rendahnya literasi digital, yang dapat menyebabkan seseorang terdeindividualisasi, dan berani melakukan hal-hal yang negatif sebab merasa aman bersembunyi di balik layar gadget.
Danu menambahkan, untuk itu diperlukan pemahaman literasi digital dalam melakukan aktivitas di ruang digital.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber dosen UNY Dwi Harsono, dosen Universitas Respati Yogyakarta Hartanto, serta dimoderatori Bobby Aulia dan Julia RDGS sebagai key opinion leader. (*)
Post a Comment