Menjadi Kreatif dan Tangguh Arungi Kemajuan Digital
CILACAP : Aksi seorang guru di Ghana sempat viral pada medio 2018 silam. Sang guru beraksi demi membuat para muridnya bisa mendapatkan ilmu memadai tentang teknologi digital, terutama pengetahuan tentang komputer.
Guru bernama Richard Appiah Akoto itu hampir setiap hari dengan sabar menggambar tampilan antarmuka Microsoft Office Word (Microsoft Word) dengan kapur warna-warni di papan tulis sekolah yang perangkat komputer satu-satunya tengah rusak itu.
Microsoft akhirnya tahu aksi itu dan menawarkan bantuan dengan membangun laboratorium komputer lengkap untuk sekolah di mana Akoto mengajar dan menawari guru itu mengikuti program sertifikasi pendidik.
"Dari kisah itu kita bisa melihat kesuksesan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan bakat tetapi juga oleh pola pikir kita," kata Jota Eko Hapsoro, founder Jogjania.com saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (3/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti hampir 600 peserta itu, Jota mengatakan, proses belajar membutuhkan sedikitnya tiga hal agar bisa sukses. Pertama mau belajar terhadap sesuatu yang baru dengan keterbatasan dan hambatan yang ada, kedua siap menghadapi tantangan zaman dan perubahannya, dan ketiga percaya bahwa proses tidak akan menghianati hasil.
Jota mengungkapkan, kini ada banyak peluang pekerjaan di era digital yang bisa diakses jika ada niat sungguh-sungguh. Peluang di era digital dimulai ketika transformasi digital datang dengan tantangan dan peluang, yang membuat siapapun menyesuaikan diri.
"Yang tidak mau beradaptasi dapat tergerus zaman," kata dia. Penyesuaian diri itu khususnya dalam penguasaan softskill. Hal ini sangat dibutuhkan di era digital. Hardskill harus dibarengi dengan kemampuan soft skill memadai sesuai kebutuhan jaman.
Ada sederet soft skill paling dibutuhkan di era digital. Antara lain kemampuan manajemen, SDM, koordinasi, pengambilan keputusan, orientasi pelayanan, kecerdasan emosional, pemecahan masalah yang kompleks, fleksibilitas, pekerja, berpikir kritis, kreatif dan kemampuan negosiasi.
"Soft skill ini yang mendorong produktif di era digital. Dengan media digital, hal yang mungkin selama ini dianggap sepele dan rutin dilakukan pun bisa menjadi sesuatu yang lebih produktif," kata dia.
Misalnya hobi masak bisa membuat tutorial cara masak, suka kulineran bisa menjadi food vlogger atau blogger, suka main game bisa belajar membuat game, suka belanja bisa jualan online, jago gitar bisa buat content tutorial main gitar.
"Guru atau pengajar juga bisa membuat konten pembelajaran atau petani bisa juga buat tips cara bertani yang benar," kata dia.
Jota mengingatkan, profesi dan keterampilan yang sekarang populer belum tentu relevan di masa depan. Sebab syaratnya menyongsong masa depan adalah sikap mau dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi terbaru serta tidak gampang berpuas diri dengan apa yang sekarang dimiliki.
Narasumber lain webinar itu yang juga CEO Namaste.id Albertus Indratno mengatakan dunia digital tidak terbatas. Dunia digital dikenal sebagai kehidupan tanpa garis batas sebab tidak ada batasan apapun.
"Ketika kita berselancar di dunia digital sejatinya kita sendirilah yang dapat menentukan batasan-batasan setiap kebebasan yang dilakukan, agar ingat kita mempunyai konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan," kata dia.
Menurutnya kebebasan dunia digital tanpa literasi adalah bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Karena ini dipicu rendahnya etika digital, sehingga kurangnya kewaspadaan pengguna dalam dunia digital serta lunturnya budaya dan nilai Pancasila.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber entepreneur Widiasmorojati, Princeton Bridge Year On-Site Director Indonesia Sani Widowati, serta dimoderatori Fikri Hadil dan Dibyo Primus selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment