Menguatkan Budaya Digital Demi Cegah Kejahatan
SRAGEN : Maraknya aktivitas pengguna digital mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital dan data pribadi kita.
Sebab dengan proteksi itu, selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, belajar, mencari hiburan, transaksi secara daring, mulai menjadi kebiasaan baru.
“Kebiasaan-kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyak kejahatan di dunia digital, sehingga digital safety atau keamanan digital menjadi modal penting yang harus dikuasai,” kata pegiat Kaizen Room Rhesa Radyan Pranastikho saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Menjadi Guru Merdeka Berwawasan Kebangsaan di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (9/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Rhesa mengatakan digital safety menjadi satu kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari untuk kegiatan positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Serta membuat pengguna lebih bijak menggunakan fasilitas tersebut.
Rhesa membeberkan sejumlah langkah terhindar dari penipuan online. Seperti jangan share info pribadi di media sosial, ganti password secara berkala dan jangan gunakan password yang sama untuk semua akun, jangan tergiur harga murah ketika berbelanja online, selalu instal aplikasi dari situs terpercaya dan waspada terhadap orang baru yang dikenal.
Menurutnya, ada yang perlu dicermati dari karakteristik digital society saat ini. Yang cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur dikarenakan tersedianya beberapa opsi.
“Digital society juga punya karakter senang ekspresikan diri khususnya melalui platform media sosial dan terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari sendiri konten atau informasi yang diinginkan,” kata dia.
Digital society juga tidak ragu untuk mendownload dan upload di media sosial serta akan merasa tidak eksis bila tidak mengupload, berinteraksi di media sosial berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama.
Narasumber lain webinar itu, Pengasuh Ponpes Sains Trensains Muhammadiyah Sragen Agus Widayoko mengatakan lemahnya literasi digital tak hanya menimpa orang tak berpendidikan. Ia mencontohkan beberapa kasus pelanggaran di internet dilakukan kalangan berpendidikan tinggi.
Misalnya beberapa waktu silam ada oknum guru sebar video hoaks kericuhan PPKM dengan alasan hanya untuk iseng menambah viewers. Hal ini konyol mengingat guru memiliki peranan utama bahwa apapun yang disampaikan guru dianggap masyarakat sebagai suatu kebenaran.
”Kondisi semacam ini dikuatkan dengan gambaran tingkat literasi Indonesia yang rendah di dunia yakni di urutan 62 dari 73 negara,” kata dia.
Agus menuturkan Indonesia perlu menguatkan literasi baik kemampuan membaca dan menulis, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang dan atau aktivitas tertentu, kemampuan individu dalam mengolah informasi pengetahuan untuk kecakapan hidup khususnya di ruang digital.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber Kepala Bidang Advokasi dan Kerja sama Pusat Studi Pancasila UGM Diasma Sandi Swandaru, praktisi pendidikan Andika Rendra Pribadi, serta dimoderatori Bunga Cinka dan Venabela Arin selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment