Menghindari dan Membendung Konten Negatif Ruang Digital
PEMALANG : Konten negatif sebagai bagian informasi dan transaksi elektronik memiliki beragam bentuk.
Konten negatif biasanya memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik pemerasan, dan atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna.
“Dampak korban konten negatif mudah marah, mengisolasi dari dunia luar, merasa terasing, depresi mental dan illness,” kata dosen FISIP Universitas Jember Supranoto saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Menjadi Pengguna Internet yang Beradab" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Senin (15/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Supranoto mengatakan untuk mencegah pengguna ikut larut sebagai pemroduksi konten negatif itu, pengguna perlu beradab di platform digital dengan memahami etika digital. Atau sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya.
Dari etika itu pengguna bisa memahami etiket, sebuah tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat. “Jadi etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain sementara etika berlaku meskipun individu sendirian,” kata Supranoto.
Supranoto mengatakan etika menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan yang menunjukkan pada kita mana yang baik dan buruk. Baik bagi sendiri maupun bagi orang lain.
“Setiap netizen atau warga digital netiket ini perlu dipahami dan dipraktekkan karena populasi netizen yang beraneka latar belakang masing-masing memiliki akar budaya dan adat sopan santun yang berlainan,” kata Supranoto.
Setiap orang di dunia nyata maupun di dunia maya memerlukan penghargaan penghormatan sehingga harus diperlakukan dengan baik dan penuh tata krama.
Supranoto menuturkan pengguna digital perlu menerapkan kompetensi literasi digital khususnya dalam tata cara mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital yang mengharuskannya memilih dan memilah informasi dari berbagai sumber yang dinilai akurat.
“Pengguna media digital mesti bisa memahami informasi yang sudah diseleksi sebelumnya, melihat plus minus informasi, dan melakukan konfirmasi silang dengan informasi sejenis, hingga mempertimbangkan resiko sebelum mendistribusikan informasi yang diterima,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, filmaker dan art enthusiats Zahid Asmara mengatakan dalam bermedia digital harus disadari dan dilandasi dengan kesadaran.
“Kesadaran itu contohnya bahwa cerita di dunia digital itu bukan sekedar komunikasi, menarik itu tak musti yang vulgar dan seksi,” kata Zahid.
Zahid membeberkan dalam ruang digital pengguna semestinya tak sekadar tebar sensasi atas informasi heboh. Namun mau menelaahnya lebih dulu manfaatnya.
“Selalu ada perencanaan dan eksperimentasi pada keputusan menyikapi informasi, biasakan ada kontrol diri dan pemberdayaan dalam informasi yang dibagikan,” kata dia.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber Jeffry Yohanes Fransisco (founder JF Autowear), Dosen Magister Admintrasi Publik (MAP) Program Pascasarjana, Universitas Ngurah Rai Denpasar Dr Nyoman Diah Utari Dewi, serta dimoberatori Dannys Citra dan Cyntia Ardila sebagai key opinion leader. (*)
Post a Comment