Menemukan Minat dan Bakat di Era Digital Tanpa Menanggalkan Literasi
Demak – Tema diskusi “Mengembangkan Minat dan Bakat dengan Literasi Digital” dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (15/11/2021). Literasi digital merupakan upaya pemerintah dalam mengajak masyarakat untuk meningkatkan kecakapan literasi digital yang meliputi digital ethics, digital skills, digital safety, digital culture.
Kegiatan dipandu oleh Dimas Satria (master of ceremony) dan diisi empat narasumber: Jafar Ahmad (Direktur Lembaga Survey IDEA Institute Indonesia), Septa Dinata (Researcher Paramadina Public Policy), Nur Abadi (Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Jateng), Makruf Widodo (Kasi PD Pontren Kankemenag Kabupaten Kebumen). Serta Kneysa Sastrawijaya (business owner) sebagai key opinion leader.
Kasi PD Pontren Kankemenag Kabupaten Kebumen Makruf Widodo menjelaskan secara lebih khusus tentang transformasi digital bagi satri. Era revolusi 4.0 menjadi kesempatan bagi pesantren sebagai salah satu tempat mendapatkan pendidikan harus ikut bertransformasi, agar pesantren juga menjadi sarana yang membentuk karakter dan life skill para santri.
Melihat perkembangan pendidikan pesantren saat ini, santri diperbolehkan menggunakan gadget di wilayah pesantren selama dimanfaatkan dengan baik. Misalnya untuk edukasi, berdiskusi, dan mencari informasi untuk menambah wawasan yang lebih luas. Prosen pembelajaran di pesantren mestinya harus disesuaikan agar selalu relevan dengan tuntutan zaman sehingga potensi santri dapat menjadi bekal menghadapi masa depan.
“Dengan penggunaan teknologi sebagai budaya baru dalam pembelajaran di pesantren selain berorientasi tafaqquh di al-din juga perlu didasari dengan nilai-nilai Pancasila sebagai budaya berbangsa,” jelas Makruf Widodo.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila tersebut adalah menempatkan nilai cinta kasil dalam berinteraksi yaitu menghormati perbedaan, menghargai orang lain dan memperlakukan orang lain dengan setara, menjunjung nilai harmoni atau kebersamaan. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan pendapat dan berdemokrasi, serta saling berkolaborasi membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna.
“Kontekstualisasi konsep nilai Pancasila dengan kecakapan digital melalui produksi dan distribusi konten berladaskan Pancasila. Kemudian berpartisipasi aktif dan berkolaborasi dalam ativitas digital dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” lanjutnya.
Sementara itu Direktur Lembaga Survey IDEA Institute Indonesia Jafar Ahmad menambahkan bahwa bermedia digital juga harus memperhatikan sisi keamanannya. Sebab di ruang digital selain menjadi sumber informasi juga menjadi sumber kejahatan di internet. Kejahatan digital seperti perundungan siber, cyber stalking, peretasan, penipuan, pencurian identitas merupakan ancaman bagi pengguna.
Kemananan data menjadi isu paling penting dari seluruh isu dalam transformasi digital, dan penjahat digital menggunakan kelengahan pengguna untuk beroperasi. Sehingga dalam keamanan digital, penguatan mental lebih penting daripada kemampuan teknis.
“Langkah keamanan standar yang harus dilakukan adalah mampu menyimpan data rahasia scara offline, melindungi akun dan perangkat dengan kata sandi yang kuat, menggunakan otentikasi dua faktor. Menghindari tautan mencurigakan dan selalu memerikas kembali informasi yang diakses, memeriksa keandalan situs dan mengamankan koneksi internet dengan VPN,” jelasnya.
Researcher Paramadina Public Policy Septa Dinata mejelaskan bahwa untuk mengembangkan minat dan bakat di era digital memerlukan kecakapan literasi digital. Sebagai negara yang menjadi salah satu pengguna internet terbesar di Asia, Indonesia memiliki peluang tinggi untuk memiliki sumber daya yang cakap digital.
Minat dan bakat di era digital dapat dimulai dengan melakukan mind mapping talent menggunakan online assessment untuk menemukan hal-hal yang dirasa mudah dilakukan, meminta penilaian baik sisi baik dan sisi buruk diri kepada teman. Atau menggali informasi dari keluarga untuk mencari tahu hal-hal yang disukai sejak kecil.
“Menemukan minat dan bakat juga dapat diawali dengan menulis hal-hal yang dilakukan sehari-hari, atau melihat akun-akun yang dapat menginspirasi yang dapat menyadari bakat diri. Pilah dan pilih semua kegiatan tersebut untuk dipelajari dan ditekuni. Jadilah pribadi yang terbuka untuk setiap perubahan dan hal-hal yang baru,” jelas Septa Dinata. (*)
Post a Comment