Menaklukkan Tantangan Transformasi Digital
BLORA : Transformasi digital memiliki beragam tantangan yang mesti dicermati.
"Salah satu tantangan transformasi digital itu mengarahkan kita pada bentuk-bentuk miskomunikasi, misinformasi, disinformasi dan juga hoaks akibat kemudahan berkomunikasi," kata Dosen Universitas Sriwijaya Nurly Melinda saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Jaga Bersama Ruang Digital Kita" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (2/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Nurly membeberkan bahwa tantangan kemudahan berkomunikasi juga menyebabkan munculnya sikap spontanitas yang keluar begitu saja tanpa pikir panjang.
"Teknologi telah mengacaukan kebenaran karena informasi viral saat ini dianggap lebih penting daripada kualitas dan etika," kata Nurly.
Padahal seharusnya kita bisa membidik berbagai peluang dalam digitalisasi itu. Mengingat Indonesia sebagai lima negara yang memiliki pengguna internet terbesar, ada banyaknya platform media sosial yang makin diminati di masa pandemi.
"Internet mestinya dapat digunakan untuk meningkatkan industri kreatif, demokrasi dan kebebasan dengan tidak mengesampingkan masalah yang mungkin timbul karena digitalisasi," kata Nurly.
Ia mengatakan Indonesia tidak memiliki kekurangan modal kreativitas hanya saja masih kurang dalam mengintegrasikannya. Misalnya menghubungkan produk dengan dunia luar.
"Yang perlu diatasi juga adalah dampak rendahnya literasi digital, orang jadi tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial baik perpecahan, polarisasi," kata dia.
Kebebasan yang salah di ruang digital, ujar Nurly, membuat pengguna tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital, tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.
"Jadi perlu paham juga soal dasar etika di era digital bahwa teknologi adalah alat untuk mencapai tujuan positif dan manusia adalah subjek dari teknologi digitalisasi untuk sarana peningkatan martabat," kata dia.
Oleh sebab itu Nurly mengajak pengguna produktif dalam berinternet seperti belajar hal baru baik secara personal dan profesional, memperluas pandangan terhadap dunia organisasi, mendownload aplikasi baru yang keren, memanfaatkan asisten virtual, atau jalan-jalan online menulis blog.
Narasumber lain webinar itu, Dosen Unsri Palembang Rindang Senja Andarini mengatakan pengguna mesti paham bahwa informasi yang beredar di internet tidak semuanya benar.
Agar tercipta ekosistem ruang digital yang sehat dan harmonis, Rindang membeberkan perlunya gerakan yaitu dimulai pahami dan baca informasi secara keseluruhan pada sumber kutipan informasi teliti dan pastikan bahwa informasi yang kita akses kredibel.
"Setelah memeriksa kebenaran informasi dan mempertimbangkan kebenaran akan pemanfaatannya kita dapat membagikannya," kata Rindang.
Ruang digital menurutnya perlu dijejali konten positif. Bisa diisi dengan konten inspirasi, konten edukasi, konteks kekinian dan konten hiburan.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber dosen UNY Dwi Harsono, editor Bloranews.com Sahal Makmur, serta dimoderatori Nabila Nadjib dan Nanda Candra selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment