Media Digital, Pola Baru Interaksi Sosial
Tegal - Kementerian Kominfo RI kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kali ini dengan tema "Transformasi Digital: Era Baru Interaksi Sosial", Selasa (23/11/2021). Tema diskusi dibahas dari perspektif empat pilar literasi digital digital skill, digital safety, digital ethics, digital culture.
Zacky Ahmad (Entertainer) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: M. Aziz Nasution (Pimpinan Redaksi Channel9.id), Aditya Ilham (Entrepreneur), Augustin Rina Herawati (Dosen Universitas Diponegoro), Himawan Tri (Komisioner KPU Kabupaten Tegal). Serta Ananda Octovera (Beauty Enthusiast) sebagai key opinion leader.
Aditya Ilham (Entrepreneur) menyampaikan bahwa kemajuan teknologi di era revolusi 4.0 semakin memudahkan kegiatan manusia. Melalui satu telepon pintar, seseorang bisa terhubung dengan banyak orang untuk bersosialisasi, mendapatkan berbagai informasi, bekerja, belajar, hingga mendapatkan hiburan. Namun tingginya aktivitas digital mengharuskan pengguna untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital. Sebab saking luasnya dunia digital dan berbagai kebiasaan baru menimbulkan ancaman yang dihadapi juga lebih banyak.
Keamanan digital adalah kemampuan untuk mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
"Langkah pertama keamanan adalah mengenali ancaman-ancamannya. Beberapa jenis kejahatan siber yang paling sering ditemui adalah kebocoran data pribadi, serangan virus, spyware, dan malicious apps. Peretasan dan rekayasa sosial. Di ruang digital jangan mudah percaya dengan pesan dari nomor tak dikenal, serta jangan mudah membagikan data ke ruang digital. Sebab data merupakan kunci dari kejahatan digital," jelas Aditya Ilham.
Sebagai pengguna media digital harus lebih waspada dengan keamanan data pribadi. Khususnya keamanan data pribadi yang sifatnya rahasia seperti identitas kependudukan, data finansial, data biometrik. Karena potensi kejahatan yang memanfaatkan data pribadi tidak hanya untuk penipuan, tetapi juga ada kasus jual beli data untuk kebutuhan telemarketing, pendaftaran pinjaman online, dan sebagainya.
"Pastikan selalu cek dan periksa kredibilitas sumber informasi, sebab tak sedikit oknum yang mengaku dari instansi resmi tertentu untuk meyakinkan korban. Periksa tautan yang akan diklik, jika link tidak menggunakan HTTPS, tidak ada tanda gembok, dan alamat URL aneh, maka dapat dipastikan tautan tersebut hoaks," jelasnya.
Beberapa cara aman dalam berinternet adalah dengan selalu menggunakan kata kunci yang kuat pada setiap akun serta menggantinya secara berkala. Aktifkan pengaturan privasi, menjelajah di situs terpercaya, menghapus riwayat penelusuran, dan minimalisir menggunakan wifi publik untuk transaksi digital atau pengisian data.
Sementara itu Augustin Rina Herawati (Dosen Universitas Diponegoro) menambahkan bahwa media digital merupakan medium interaksi sosial baru. Interaksi sosial di ruang digital jangkauannya lebih luas serta melesapkan jarak dan waktu. Komunikasi berjalan tidak hanya bisa melalui tulisan di ruang obrolan atau melalui suara dengan sambungan telepon. Komunikasi di ruang digital bahkan tidak hanya dilakukan antar individu tetapi juga antar kelompok.
"Namun perubahan interaksi sosial ke ranah digital juga dapat berdampak negatif bagi penggunanya. Interaksi digital menjadikan orang tidak saling memahami perasaan orang lain karena tidak bertemu secara emosional, interaksi melalui teks dapat menimbulkan kesalahpahaman, dan semakin mudahnya akses informasi semakin mudah juga terpapar hoaks," ujar Augustin Rina Herawati.
Cara menyikapi perubahan interaksi sosial digital adalah dengan memanfaatkan teknologi tidak hanya untuk kebutuhan sosial dan komunikasi, tetapi juga untuk mengembangkan diri. Menggunakan media digital untuk hal-hal positif seperti memperkaya pengetahuan baru, pemasaran produk, belajar, dan berkreasi. (*)
Post a Comment