Literasi dan Kecakapan Abad 21 Menghadapi Pembelajaran Daring
Cilacap – Warga pendidikan diarahkan untuk memiliki kemampuan abad 21 yang meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Penguasaan kompetensi tersebut selaras dengan sistem pendidikan saat ini yang lebih banyak menggunakan media daring. Hal tersebut dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan tema “Pentingnya Penguasaan Kompetensi Abad 21 Melalui Pembelajaran Modern Di Era Digital”, Sabtu (27/11/2021).
Diskusi dipandu oleh Yade Hanifa (Presenter) dan diisi oleh empat narasumber: Eko Yulianto (Dosen Media Pembelajaran Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang), Hilda Rachmawati (Assesor Kompetensi BNSP), Yogo Dwi Prasetyo (Dosen Universitas Islam Indonesia), Andi Suryawan (Trainer Matematika Nasional). Serta Nadya Indri (Aktris) sebagai key opinion leader. Tema diskusi dibahas oleh narasumber dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital culture, digital skill, digital safety, digital ethic.
Pada webinar special event hari ini, selain Presiden Ri Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang memberikan sambutan tentang pentingnya literasi digital bagi masyarakat dan bahaya di internet yang harus dihindari. Hadir juga Kadis Kominfo Kabupaten Kendal Wahyu Yusuf yang menyampaikan sambutan Bupati Kendal Dico Mahtado Ganinduto menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara terbatas serta mengajak pendidik untuk tetap semangat melaksanakan pelayanan pendidikan baik secara PTM maupun PJJ. Juga Fadholi dari anggota Komisi 9 DPR RI yang mengajak para pendidik untuk terus meningkatkan kompetensi digital dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan zaman.
Eko Yulianto dalam pemaparannya menyampaikan bahwa di era digital kecakapan abad 21 menjadi prioritas dalam pembelajaran. Yaitu kecakapan literasi dasar tentang internet of things, kompetensi 4C (critical thinking, creatvity, skill of communicaton, collaboration), serta membentuk karakter siswa yang adaptif dalam menghadapi perubahan.
Dalam menghadapi era digital maka kecakapan digital dasar yang perlu dimiliki oleh guru dan siswa adalah mengetahui dan memahami lanskap digital, penggunaan mesin telusur dan pemilihan data atau penyaringan informasi, memahami penggunaan aplikasi percakapan dan media sosial. Serta memahami pemanfaatan aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi daring.
Pembelajaran daring, kata Eko Yulianto, merupakan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital sebagai media pembelajaran. Pembelajaran daring dapat dilaksanakan dengan metode synchronus atau pembelajaran jarak jauh pada waktu yang telah ditentukan seperti kelas live webinar, kelas virtual, video conference, atau di ruang obrolan.
“Pembelajaran daring juga dapat dilaksanakan dengan metode asynchronus atau metode pembelajaran jarak jauh dengan waktu yang tidak ditentukan, namun konten pembelajaran sudah tersedia secara online. Model pembelajaran ini jauh lebih fleksibel dengan memanfaatkan learning management system (LMS), surat elektronik, online discussion, atau pre-recorded video. Dari dua model pembelajaran tersebut tantangannya adalah mendorong guru untuk mengasah keterampilan digital dalam membuat kelas virtual dan menyusun konten materi, sedangkan siswa dituntut untuk lebih mandiri dan dapat bekerjasama dengan peserta didik lainnya,” jelas Eko Yulianto kepada 700-an peserta diskusi.
Dalam pembelajaran daring, guru perlu membiasakan peserta didik untuk terlibat dalam diskusi serta menyampaikan tugas dengan memanfaatkan media digital. Ada fasilitas Jamboard dari Google untuk memfasilitasi kegiatan diskusi peserta didik, atau menggunakan aplikasi PHET untuk simulasi praktikum.
Hilda Rachmawati menambahakan bahwa sumber belajar bagi siswa di era digital saat ini tidak hanya berasal dari guru atau buku teks saja, melainkan beragam sumber dapat digunakan dengan memanfaatkan media digital. Akan tetapi, tantangan dari sumber-sumber online tersebut adalah kemampuan untuk menggunakan sumber yang kredibel.
“Media massa dapat menjadi tambahan sumber pembelajaran bagi peserta didik, khususnya dalam informasi terkait isu-isu terkini yang faktual,” ujarnya
Media digital saat ini memungkinkan siapa saja untuk membuat dan membagikan informasi, sehingga informasi di media digital semakin bercampur dan berlimpah. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk bisa menyaring informasi.
“Pastikan mengakses sumber yang kredibel, institusi media massa yang terverifikasi. Gunakan beberapa sumber media sebagai pembanding agar lebih berimbang. Orang tua juga perlu mendampingi dan memantau akses informasi terhadap yang sesuai dengan usia anak,” imbuhnya. (*)
Post a Comment