Jangan Jadi Sial Gegara Jejak Digital, Ini Tips Penolaknya
Tegal: Dengan populasi 202 juta netizen, warga yang terakses jaringan internet di Indonesia sejak 2020, banjir informasi di ruang digital kian tak terbendung. Dengan posisi sebagai prosumer, produsen sekaligus konsumen dari berjuta konten di ruang digital, maka dibutuhkan kecakapan yang makin bijak dan cerdas saat kita mengonsumsinya. Karena, begitu berisikonya kita meneruskan informasi yang berlimpah tanpa pilah dan pilih.
Dengan beragam tips cerdas berdigital, hanya bakal berbuntut sial dalam karier kita di masa datang. So, jadikan tradisi cek dan pikir ulang sebelum posting sebagai satu dari banyak tips aman menjaga jejak digital agar terawat sehat dan aman. ”Tips lain agar tak mencoreng jejak digital kita adalah biasakan baca tuntas informasi. Jangan biasa share berita karena terprovokasi judul bombastis. Jangan percaya berita berperintah suruh menyebar dan berisiko kalau menolak,” kata Athif Titah Amituhu, redaktur media online ceritasantri.id.
Athif menambahkan, belum lama ada berita dengan foto orang berlidah terjulur dan lebay secara fisik. Caption beritanya: ’Ini azab Allah buat orang yang suka meludah dan kencingin Alquran dan dibalas langsung oleh Allah. Sebarkan agar makin banyak orang tahu, dst’. Ada juga berita seolah manfaat: buat warga Malang, nanti malam standby, jangan tidur jam 23.00, karena kemungkinan gempa besar akan terjadi di Malang, imbas gempa Banjarnegara. Sebarkan agar tak banyak korban dan lebih banyak waspada.
”Itu nyata bentuk provokasi bahasa berita hoaks. Stop, cukup berhenti di Anda kalau ketemu model informasi serupa itu. Mari menjadi netizen yang beradab, mencegah kemudharatan informasi,” ungkap Athif Titah, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 16 November 2021.
Mengupas topik menarik ”Menjadi Pengguna Internet yang Beradab”, webinar yang diikuti ratusan peserta ini dibuka dengan keynote speech Presiden Joko Widodo, dilanjut pesan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, serta Bupati Tegal Umi Azizah. Dipandu moderator Agung Prakoso, yang juga co-founder ATV Creative Asia, hadir tiga pembicara lain yakni: budayawan dan penulis M. Jadul Maula; praktisi pendidikan dan pegiat literasi digital Andika Renda Pribadi; dan Komisioner KPU Kab. Tegal Himawan Tri. Ikut bergabung Ramadhinisari, MC dan host professional yang tampil sebagai key opinion leader.
Athif Titah menambahkan, jangan suka mengunggah konten negatif di ruang digital. Kalau suatu informasi menebarkan permusuhan atau menjelekkan ajaran suatu agama tanpa dasar yang akurat, lebih baik jangan diteruskan distribusi di akun medsos.
Athif lantas menyarankan, lebih bagus kita mengunduh aplikasi cek fakta di Google dan banyak link anti hoaks. Hal itu agar kita tak terlibat dan terjerumus menjadi penyebar kebencian yang merusak nama baik. Juga, meninggalkan citra jejak digital kita buruk, karena tak bisa dihapus. Ingat, yang benar belum tentu baik dan perlu di-sharing. Yang perlu di-sharing kadang juga belum tentu bermanfaat buat orang. Jadi, selalu pikir dan pikir ulang sebelum sharing,” saran Athif, tegas.
Menyambung diskusi, Andhika Renda Pribadi mengatakan, kalau ingin menghentikan informasi yang bernuasa hoaks, coba di-screen shoot, lengkapi datanya, lalu kirim ke aduankonten.id atau ke polisisiber. Bahkan, kalau sifatnya provokasi pribadi, dikirim lewat email pribadi, biasakan untuk cek dulu lewat aplikasi di email-checker.net, akan diketahui kalau email itu berasal dari sumber yang valid atau tidak oke.
”Dunia digital memang menghadirkan banyak problem dan ancaman serius pada diri kita. Tapi di sana juga tersedia banyak solusi buat mencegahkanya, agar kita terhindar. Kini, masalahnya kita mau memanfaatkannya dengan bijak dan cerdas atau tidak?” ujar Andhika, mewanti-wanti. (*)
Post a Comment