Guru sebagai Lokomotif Digitalisasi Dunia Pendidikan
Wonosobo: Filsuf Inggris, Herbert Spencer, pernah menyampaikan pandangannya. ”Education has its own object for character formation”. Artinya, pendidikan harus dimaknai secara luas sebagai bentuk rekayasa sosial untuk membentuk karakter pribadi peserta didik.
Dalam konteks mewujudkan tujuan proses pendidikan itulah, pada masa kini, khususnya dalam dinamika dunia pendidikan lima tahun belakangan dan memuncak hampir dua tahun terakhir, proses pendidikan di sekolah mengalami tantangan serius. Yakni, berlangsungnya transformasi teknologi yang mempengaruhi proses pendidikan dan perilaku kehidupan masyarakat yang berubah cepat dengan hadirnya teknologi informasi.
Kepala Kantor Dinas Pendidikan Menengah Kabupaten Kulon Progo DIY, Rudy Prakanto, mengatakan, perkembangan teknologi memang mengubah gaya hidup masyarakat dewasa ini. Karena itu, inilah saatnya melibatkan peran guru sebagai lokomotif, menggunakan teknologi digital untuk mendefinisikan ulang skill knowledge, attitude dan value yang perlu dikuasai oleh peserta didik.
”Karena ditambah dengan kecakapan digital, kini ada kecenderungan pendidikan akan mengarah pada penguasaan kecakapan vokasi, di mana kompetensi yang mesti dikembangkan siswa adalah penguasaan manajemen, literasi data digital, literasi numerik, dan literasi kesehatan yang berkembang dinamis. Guru mesti tampil mempelopori dan menjadi lokomotifnya,” urai Rudy Prakanto, saat tampil sebagai pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (29/11/2021).
Membahas topik ”Transformasi Digital sebagai Solusi Menghadapi Disrupsi Pembelajaran Era Digital”, webinar dibuka dengan pengantar dari Presiden Joko Widodo, dilanjut pesan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Wonosobo Afif Nur Hidayat, serta keynote speech dari anggota Komisi X DPR RI, Ratih Megasari Singkarru.
Dalam paparannya, Ratih Megasari Singkarru antara lain menyampaikan, tantangan dan problem pendidikan di masa depan bakal makin rumit. Disrupsi pendidikan di kalangan kaum milenial dan disrupsi teknologi memaksa peran guru di dalam kelas, baik secara online maupun blended learning, tak bisa lagi bersikap business as usual. Semua sudah berubah cepat dan transformasi digital memaksa guru mesti adaptif dan bisa bertransformasi terhadap perubahan itu.
”Guru maupun siswa mesti bersinergi, belajar cepat memanfatkan teknologi sebagai sarana untuk mengejar dan meningkatkan kompetensi dirinya, baik dalam mengejar ketertinggalan skill digital dan knowledge-nya dengan tetap menjaga jati diri moral keindonesiaan berdasarkan Pancasila,” tutur Ratih Megasari.
Dipandu moderator Fikri Hadil, selain Rudy Prakanto, hadir pula tiga pembicara lain, yakni: Kak Aji Syafa, founder Syafa Smart Teaching and Management; Edi Saputra, dosen Universitas Jambi; dan Harry Poernomo, anggota DPR RI (2019-2024). Turut bergabung Mona Larisa, finalis Indonesian Idol 2018 yang tampil sebagai key opinion leader.
Dalam pandangan Harry Poernomo, tantangan guru ke depan adalah mesti punya kecakapan yang menuntut kompetensi baru dalam hal networking, keterampilan komunikasi, dan mengelola kecakapan manajemen ilmu pengetahuan yang berbasis manajemen data dan link digital yang makin komprehensif dan berkembang luas, lintas batas bukan hanya regional tapi global.
Jadi, lanjut Harry, penguasaan bahasa asing buat guru ke depan makin tak terhindarkan. Karena dengan guru menguasai kompetensi networking, makin banyak membentuk pembelajaran kolaboratif yang melibatkan banyak pihak: peneliti, pelajar tentu saja, representasi pemerintah, dan para praktisi lapangan.
”Dengan begitu, pembelajaran di kelas online akan makin berkembang menarik dan tak membosankan, karena hadirnya pengajar yang makin beragam latar belakangnya. Ini sangat menarik dan menantang siswa untuk tampil bersaing seperti diajarkan dan di-sharing-kan para praktisi langsung di kelas,” pungkas Harry Poernomo. (*)
Post a Comment